Jul 27, 2022 18:37 Asia/Jakarta
  • Militer Amerika
    Militer Amerika

Intervensi militer Amerika Serikat di Afghanistan selama 20 tahun (2001-2021) menimbulkan beragam dampak di sektor keamanan negara ini.

Di antara dampak buruk penandatanganan kesepakatan keamanan antara AS dan Afghanistan adalah kian lemahnya militer dan pasukan keamanan Afghanistan, maraknya pengaruh dan hegemoni Taliban yang kali ini meluas di seluruh wilayah Afghanistan, terbentuknya Daesh (ISIS) di Afghanistan dan transit sisa-sisa anasir Daesh Suriah ke negara ini, eskalasi instabilitas dan terbunuhnya warga sipil khususnya warga Syiah, eskalasi penyelundupan manusia, dan maraknya arus pengungsian warga Afghanistan.

Setelah serangan AS dan sekutunya ke Afghanistan di tahun 2001, diputuskan dibentuk unit-unit baru polisi, militer dan dinas keamanan di negara ini. Tapi meski ada pengumuman investasi negara-negara Barat di bidang ini, muncul beragam kesulitan di unit militer Afghanistan. Di antara masalah tersebut adalah masalah calon polisi yang diseleksi oleh Kementerian Dalam Negeri. Peserta pelatihan ini tidak dapat menerima pelatihan yang diperlukan dan memadai dari pelatih mereka karena kursus pelatihan non-standar yang disediakan oleh Amerika, dan kebanyakan dari mereka tidak menyelesaikan kursus penuh dari jadwal yang sesuai.

Pelatihan polisi Afghanistan dengan senjata mainan

Di sisi lain, tidak ada koordinasi antara tim pelatihan dan pandangan masing-masing negara yang terlibat dalam masalah pelatihan militer dan keamanan, bahkan, ada semacam ketidaksepakatan, terutama antara rencana Amerika dan Eropa dalam hal pendidikan. Eropa percaya bahwa polisi adalah alat penting untuk melawan pemberontak, asalkan mereka memiliki peralatan dan pelatihan yang memadai, jika tidak, kurangnya pasukan keamanan yang efektif akan sangat mempengaruhi legitimasi pemerintah. Para pejabat Eropa menyatakan keprihatinan kepada rekan-rekan Amerika mereka bahwa segera setelah Amerika meninggalkan daerah-daerah di bawah kendali mereka, unit-unit polisi akan mulai mempekerjakan kelompok-kelompok bersenjata lokal, pengedar narkoba ilegal, atau kelompok mana pun yang akan membayar mereka lebih banyak.

Selain pasukan polisi, militer dan pasukan keamanan Afghanistan juga memiliki banyak masalah. Salah satu masalah yang mereka hadapi, seperti kepolisian, adalah rendahnya tingkat literasi. Di sisi lain, isu-isu terkait prasangka dan pengaruh pemikiran etnis juga terlihat dalam kekuatan ini; Alih-alih memperhatikan satu kebangsaan Afghanistan dan persatuan nasional, militer dan pasukan keamanan memprioritaskan kesetiaan kepada rakyat dan keturunan mereka dalam pikiran dan tindakan mereka.

Masalah ini menyebabkan banyak pasukan, baik yang berupa prajurit maupun yang berupa pejabat tinggi militer, tidak dapat menjalankan fungsi pertahanan, ofensif, keamanan, dan intelijennya. Juga, dengan menandatangani Perjanjian Doha, Amerika Serikat untuk menekan pemerintah Afghanistan supaya bersedia menuruti dan mematuhi kesepakatan, menolak membayar bantuan keuangan kepada pemerintah Kabul. Tindakan pemerintah Amerika membuat pemerintah Afghanistan mengurangi gaji militer, aparat keamanan dan polisi negara ini.

Amerika setelah menandatangani perjanjian Doha; Dugaan ini telah menjadi wacana dominan di tentara Afghanistan bahwa pemerintah Afghanistan yang rapuh tanpa kehadiran pasukan militer Amerika tidak mampu melawan Taliban dan ikatan pemerintah akan segera runtuh. Pembentukan dan penyebaran pemikiran seperti itu di Afghanistan menyebabkan fragmentasi dan perpecahan di dalam tubuh polisi, tentara dan pasukan keamanan nasional Afghanistan dan menargetkan moral mereka ke titik di mana mereka tidak lagi memiliki kemampuan untuk melawan Taliban.

Intervensi militer Amerika di Afghanistan tidak hanya tidak membuat negara ini menjadi tanah yang lebih aman dan lebih sejahtera bagi rakyatnya yang menderita, tetapi telah mengakibatkan banyak biaya keuangan dan kehidupan bagi mereka, dan rakyat biasa serta pasukan keamanan Afghanistan telah menjadi korban dari kebijakan intervensionis Amerika. Militer AS dan koalisi ISAF menciptakan bencana kemanusiaan bagi jutaan warga Afghanistan melalui intervensi militer di Afghanistan. Kematian banyak orang Afghanistan karena serangan udara pasukan Amerika dan sekutunya selama 20 tahun pendudukan telah menyebabkan pembunuhan orang Afghanistan.

Sebuah riset oleh lembaga keamanan AS menunjukkan bahwa dari tahun 2017 hingga keluarnya AS secara tak bertanggung jawab dari Afghanistan, jumlah warga sipil yang terbunuh akibat serangan udara Amerika naik 330 persen. Kantor perwakilan politik PBB di Afghanistan (UNAMA) di laporannya tahun 2021 menyebut jumlah korban di pihak warga sipil akibat bentrokan antara militer koalisi ISAF dengan milisi bersenjata, kubu radikal dan teroris sejak intervensi militer tahun2001 hingga 2021 sebanyak 31.241 korban tewas, dan 37.321 terluka. Di samping korban warga sipil, harus diingatkan bahwa berdasarkan laporan ini, data yang ditaksir menyebutkan 66 ribu anggota polisi dan militer Afghanistan terbunuh selama perang.

Kabul jatuh ke tangan Taliban tanpa perlawanan

Secara umum, dapat dikatakan bahwa dengan adanya berbagai masalah di antara pasukan keamanan Afghanistan selama 20 tahun intervensi militer Amerika di negara ini, penjajah sengaja menciptakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi Afghanistan. Kondisi yang tidak menguntungkan ini membuat sebagian besar pasukan keamanan dan militer Afghanistan tidak mau menjalankan tugas yang diberikan, termasuk memerangi Taliban. Akibatnya, dengan penarikan tentara Amerika dari Afghanistan, militer Afghanistan dan pasukan keamanan menemukan diri mereka tanpa dukungan, sehingga mereka menyerah kepada Taliban atau melarikan diri dari pos mereka.

Mantan presiden Afghanistan, Hamid Karzai terkait dampak keamanan intervensi militer AS di negara ini di tahun 2021 mengatakan, selama kehadiran Amerika Serikat dan pasukan NATO di Afghanistan, kelompok teroris Daesh (ISIS) muncul. Kehadiran pasukan Amerika membantu pertumbuhan terorisme di Afghanistan, dan kehadiran pasukan internasional tidak membuat kondisi rakyat membaik, tapi malah lebih buruk. Rakyat Afghanistan menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri pesawat tanda indentitas mengirim senjata dan peralatan militer kepada Daesh. Padahal keamanan Afghanistan berada di tangan Amerika, maka jelas bahwa tidak ada negara kecuali Amerika yang mampu melakukan hal ini.

 

Tags