Nov 21, 2022 20:44 Asia/Jakarta
  • Pangakalan militer AS di Timur Tengah
    Pangakalan militer AS di Timur Tengah

Para peneliti seraya menyinggung peningkatan kekuatan rival Amerika, di mana Cina tercatat sebagai tival terpenting Washington, meyakini bahwa kemunduran AS setelah insiden 11 September semakin cepat.

Menurut para peneliti ini, Amerika selama beberapa dekade mendatang akan terpaksa menerima negara lain untuk mengatur dunia. Tapi bagaimana proses terjadinya kemunduran kekuatan pengaruh Amerika dan apa yang mempengaruhinya ?

Mencermati peristiwa lebih dari setengah abad lalu menunjukkan bahwa Amerika setelah tahun 1945 secara bertahap berada di puncak kekuasaan. Negara ini dari sisi pertumbuhan industri dan ekonomi berhasil menyalip Eropa; Mengembangkan ekonomi global kapitalisme. Selama tahun-tahun tersebut, meski dunia dibagi menjadi dua kutub, blok komunis dan kapitalis, tapi Amerika Serikat selama beberapa dekade setelah perang, berhasil memantapkan hegemoni globalnya.

Insiden 11 September

Proses ini melanggar pernyataan-pernyataan yang meramalkan penurunan kekuasaan ini pada tahun 1970-an dan 1980-an. Di penghujung Perang Dingin, Amerika masih menjadi pusat era globalisasi kedua. Faktanya, dalam sistem kapitalis dan global, para pemimpin Amerika Serikat yang merupakan satu-satunya kekuatan yang hadir, memimpikan Amerika baru.

Di tahun 1998, Zbigniew Brzezinski membenarkan bahwa domain dan kehadiran kekuatan global Amerika tak tertandingi saat ini.

Tiga tahun kemudian, Henry Kissinger mengatakan, kemajuan global Amerika Serikat tidak tertandingi seperti kerajaan terbesar di masa lalu.

Era keemasan ini tidak berumur panjang. Dua perang dan krisis ekonomi telah mempengaruhi hegemoni Amerika Serikat.

Noam Chomsky, teoretikus di isu-isu internasional di bukunya Failed States menganalisa secara detail dan cermat kebijakan pemerintah Amerika dan rekor sejarahnya. Ia di bukunya membedah pemerintahan Amerika dan menyebutkan kelemahan mendalamnya yang melemahkan peran rakyat di pengambilan keputusan dan pengaruh keras kelompok represif dan kekuatan ekonomi.

Chomsky percaya bahwa pandangan sepihak Amerika tentang isu-isu internasional, bahwa seluruh dunia harus didefinisikan dalam kerangka kepentingan minoritas kecil ini, dan bahwa hambatan harus dihilangkan, berakar pada sejarah dan pemikiran pendiri masyarakat Amerika. Dia memperingatkan bahwa tren ini akan mengarah pada penghancuran semua pencapaian manusia untuk perdamaian, kebebasan dan kesetaraan sepanjang sejarah.

Chomsky

Chomsky juga berbicara tentang kemunculan kelompok neokonservatif atau “neocon” di Amerika sebagai spektrum misterius dan kuat dalam pemerintahan dalam dimensi politik dunia, dan mereka yang memiliki kecenderungan suka berperang seperti intervensi militer dalam bentuk militer, dan mereka tercatat sebagai arus politik paling berbahaya di sepanjang sejarah. Pada saat yang sama, dia membahas kegagalan invasi Amerika ke Asia Barat dan mengkritik kinerja dan strategi pemerintah Barat, termasuk Amerika Serikat.

Koran Economist di laporannya terkait hal ini menulis, kekuatan tak terbantahkan Amerika Serikat menurun dari arena berdarah Suriah ke Laut Cina dan ditantang oleh negara-negara paling kuat di dunia. Sejak jatuhnya Uni Soviet, kedua wilayah menghadapi perubahan besar dalam hubungan negara adikuasa.

Sementara itu, Time dilaporannya menulis, hari ini mayoritas warga menerima kemunduran relatif di kekuatan, posisi dan pengaruh Amerika Serikat.

Perubahan ini mendoorng Amerika semakin menghadapi banyak persaingan di dunia di berbagai sektor. Perubahan ini dalam arti lain merupakan indikasi pengumuman resmi dari semakin tumbuhnya kekuatan negara-negara lain di permainan kekuatan baru.

Francis Fukuyama, filsuf politik dan teroritis " The End of History" serta ketua kelompok pengembangan ekonomi internasional di Universitas Johns Hopkins dalam sebuah artikel untuk Economist membahas kemunduran hegemoni Amerika. Ia menulis, "Gambaran mengerikan dari warga Afghanistan yang putus asa mencoba meninggalkan Kabul setelah jatuhnya pemerintah yang didukung AS menandai titik balik besar dalam sejarah dunia ketika Amerika berpaling dari dunia."

Lebih dari satu dekade pendudukan Afghanistan menunjukkan bahwa Amerika memandang kepentingannya bukan di perang kontra terorisme, tapi di perluasan instabilitas dan berlanjutnya perang serta intervensi militer di kawasan. Khususnya Afghanistan memiliki posisi geografis yang tepat untuk pengaruh Daesh (ISIS) ke negara-negara tetangga.

Transformasi selama beberapa tahun terakhir di Asia Barat menunjukkan bahwa intervensimiliter AS dari satu sisi mendorong pengaruh lebih besar Washington di kawasan, dan dari sisi lain, keamanan kawasan telah tunduk pada hubungan trans-regional dan kompetisi non-produktif.

Ini adalah fakta yang diungkapkan Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah Sayid Ali Khamenei dan beliau berkata, "Tangan yang sama yang menciptakan Daesh (ISIS) dan menjadikannya alat untuk kekejaman dan kejahatan terhadap orang-orang di Suriah dan Irak, hari ini setelah kekalahan di wilayah tersebut, mereka ingin memindahkan Daesh ke Afghanistan, dan pembunuhan baru-baru ini sebenarnya adalah awal dari rencana ini."

Terorisme dan instabilitas faktanya adalah sebuah tantangan dan kendala yang diciptakan oleh AS beserta sekutunya melalui kerja sama sejumlah rezim agresor dan jahat di kawasan. Kondisi ini memicu kekhawatiran keamanan negara-negara kawasan Asia Barat. Kini keamanan negara-negara kawasan tidak lagi dapat dipisahkan satu sama lain. Sejatinya keamanan negara-negara kawasan dapat didefinisikan dlaam koridor keamanan seluruh kawasan.

Image Caption

Transformasi tahun-tahun terakhir menuinjukkan bahwa kekuatan hegemoni, khususnya Amerika Serikat memanfaatkan terorisme radikal sebagai sarana untuk menghancurkan Islam dan konftontasi antara Islam dan Barat. Selama satu dekade lalu, berbagai konspirasi Barat dan negara-negara Arab terhadap Iran serta keamanan kawasan berujung pada menurunnya keamanan dan stabilitas bersama.

Faktanya harus dikatakan bahwa kehadiran militer Amerika Serikat dan pasukan trans-regional dengan dalih menciptakan keamanan, hasilnya adalah memicu instabilitas dan menyebarkan kertidakamanan.

 

Tags