Jan 19, 2023 20:48 Asia/Jakarta
  • Bendera Amerika
    Bendera Amerika

Rahbar dalam pidatonya bertepatan dengan 13 Aban, Hari Nasional Iran Melawan Arogansi Global, mengisyaratkan poin bahwa kekuatan lunak AS berarti "Membujuk dan memaksakan pendapatnya kepada negara lain", kini berada dalam kondisi terlemahnya.

Banyak pengamat meyakini bahwa selama beberapa tahun terakhir hegemoni Amerika sebagai kekuatan hegemonik telah turun, dan negara ini tidak lagi mampu memaksakan kehendaknya kepada pihak lain, serta hal ini semakin mendorong dunia ke arah sistem multipolar. Amerika sebagai kekuatan ekonomi maju terbesar dan terkuat di dunia, tapi selama beberapa tahun lalu dan mengingat kondisi ekonomi global yang tidak stabil, yang disusul dengan devisit anggaran Amerika serta hutang luar negeri dan meletusnya protes rakyat di negara ini atas kesenjangan ekonomi di tengah masyarakat, Washington menghadapi kemunduran dan kelemahan politik dari dalam.

Sementara di sektor luar negeri, pendekatan AS selama beberapa dekade terakhir memicu penurunan pengaruh Amerika di kancah internasional. Penerapan kebijakan luar negeri sepihak negara ini selama perang Irak dan Afghanistan serta intervensi AS di berbagai krisis Timur Tengah termasuk faktor yang mendorong sejumlah pakar mempertanyakan kekuatan Amerika di berbagai sektor, dan menjelaskan peluang kemundurannya.

Image Caption

Riset akan kekuatan lunak Amerika menjelaskan bahwa khususnya selama era pemerintahan Donald Trump, citra Amerika semakin turun. Kondisi ini memiliki berbagai dampak dan pengaruh. Sejumlah pakar politik dan sosial meyakini faktor internal dan eksternal memiliki pengaruh langsung di penurunan kekuatan lunak Amerika.

Di antara serangkaian penyebab dan faktor yang mempengaruhi penurunan kekuatan Amerika, pendekatan introspektif, berorientasi pada kepentingan, militeristik dan monopolistik telah memainkan peran terbesar. Bersamaan dengan elemen-elemen ini, kebijakan petualang, intervensionis, dan peningkatan ancaman yang disebabkan oleh penyalahgunaan kekuasaan dianggap sebagai faktor penyebab kebencian terhadap Amerika dan meningkatnya sentimen anti-Amerika.

Isu-isu seperti terorisme, ekstremisme, pengabaian peran organisasi internasional, pelanggaran perjanjian yang sering terjadi; Mengabaikan kedaulatan nasional negara-negara lain, mencampuri urusan dalam negeri negara-negara independen, dan kebijakan otoriter Amerika Serikat telah menjadi ancaman serius bagi perdamaian dunia. Contoh dari tekanan tersebut dapat dilihat pada penolakan pengiriman bantuan internasional ke Iran di bidang barang saniter; obat-obatan dan akses Iran terhadap peralatan medis untuk menghadapi pandemi corona, yang menunjukkan seberapa jauh kebijakan permusuhan Amerika terhadap Iran telah menurun, negara adidaya dunia ini telah jatuh ke level terendah tindakan anti-manusia untuk menunjukkan kemampuannya mengancam Iran. Merosotnya hegemoni Amerika sebenarnya adalah akibat dari penyalahgunaan kekuasaan negara ini pada tahun-tahun setelah Perang Dunia II. Dengan menyalahgunakan kekuasaan, Amerika telah kehilangan sekutunya dan memperkuat musuhnya.

Menciptakan ketidakamanan, perang dan pertumpahan darah adalah salah satu strategi yang diusung oleh Amerika untuk mengamankan kepentingan-kepentingan tidak sah di kawasan. Sejak Perang Dunia Kedua, Amerika telah membayangkan dirinya sebagai kekuatan dan polisi dunia yang tak terbantahkan, tetapi dalam dekade terakhir, tanda-tanda penurunan kekuatan Amerika telah terungkap di kancah dunia.

James Petras

James Petras, dosen Universitas Binghamton meyakini bahwa kebijakan yang dipaksakan oleh lobi Zionis adalah salah satu faktor kemunduran kekuatan Amerika; Menurut Petras, setelah berakhirnya Perang Dunia II, Eropa Barat, Jepang, dan baru-baru ini Cina dan Rusia bergerak menuju pengembangan kemampuan ekonomi mereka sendiri, sementara Amerika Serikat beralih ke militerisme untuk melayani kepentingan lobi Zionis.

Sejumlah pengamat mengisyaratkan sejumlah pandangan lain terkait komponen internal yang berpengaruh pada jatuhnya nilai-nilai dan turunnya kekuatan Amerika Serikat.

Christopher Layne, pengamat politik meyakini peristiwa yang terjadi di dunia telah sangat mengurangi  kekuatan lunak (soft power) Amerika. Dia percaya bahwa salah satu dampak terbesar resesi besar ekonomi adalah dampaknya terhadap persepsi publik dunia tentang kekuatan lunak Amerika.

Sekarang komunitas dunia menghadapi banyak tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang berakar pada pendekatan unilateral Amerika Serikat. Kebijakan dan tindakan yang menantang, termasuk intervensi nyata Amerika Serikat di Venezuela, Kuba, Nikaragua, Suriah, Libya, dan mendukung perang yang menghancurkan di Yaman, serta keputusan Gedung Putih mengakui Yerusalem sebagai ibu kota rezim Zionis, pengenaan sanksi yang menindas terhadap Iran, dan penarikan diri dari JCPOA menunjukkan berbagai tindakan sepihak yang dapat membahayakan perdamaian dan keamanan internasional.

Christopher Layne

Seperti yang dijelaskan Rahbar, hari ini bukan saja berbagia bangsa, tapi juga pemerintah Eropa, Cina, Rusia, India, Afrika dan Amerika Latin terang-terangan menentang berbagai keputusan Amerika Serikat, karena unilateralisme Washington bukan saja menjadi ancaman bagi Iran, tapi juga bagi seluruh dunia.

Amerika telah menempatkan dirinya dalam posisi pasif di kancah internasional dengan tindakan-tindakan abnormal, termasuk bersikeras melanjutkan kebijakan anti-kemanusian berupa sanksi kejam terhadap Iran, dan tindakan tersebut berarti kekalahan Amerika. Penjatuhan sanksi ekonomi kepada negara lain merupakan langkah yang bertentangan dengan "hak atas perdamaian" lainnya dan bukti nyata dari pelanggaran HAM, dan bahkan pendahuluan bagi meletusnya perang. Sanksi ekonomi menyebabkan berbagai aspek hak yang tercantum dalam kovenan internasional, termasuk hak ekonomi, sosial dan budaya serta hak untuk hidup, dilanggar dan dasar-dasar hak asasi manusia terganggu.

Rahbar menilai permusuhan mendalam Amerika terhadap bangsa Iran membuat negara ini melakukan perhitungan membabi buta dan pengulangan kesalahan mereka. Rahbar menandaskan, "Amerika sejak hari pertama kemenangan Revolusi Islam, dan ketika revolusi ini sebuah pohon yang masih muda, telah memulai permusuhannya, dan hari ini ketika Republik Islam Iran menjadi pohon rindang dan kuat, terus melanjutkan konspirasi sia-sianya, karena permusuhan dan kedengkian telah menutup mata mereka dan mengalanginya untuk melihat dan memahami realita dengan benar, dan ini kesalahan yang masih terus diulang oleh Amerika."

 

Tags