Jalan Menuju Cahaya 999
Surat al-Mujadila 18-22
يَوْمَ يَبْعَثُهُمُ اللَّهُ جَمِيعًا فَيَحْلِفُونَ لَهُ كَمَا يَحْلِفُونَ لَكُمْ وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ عَلَى شَيْءٍ أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ الْكَاذِبُونَ (18) اسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ الشَّيْطَانُ فَأَنْسَاهُمْ ذِكْرَ اللَّهِ أُولَئِكَ حِزْبُ الشَّيْطَانِ أَلَا إِنَّ حِزْبَ الشَّيْطَانِ هُمُ الْخَاسِرُونَ (19)
(Ingatlah) hari (ketika) mereka semua dibangkitkan Allah lalu mereka bersumpah kepada-Nya (bahwa mereka bukan musyrikin) sebagaimana mereka bersumpah kepadamu; dan mereka menyangka bahwa mereka akan memperoleh suatu (manfaat). Ketahuilah, bahwa sesungguhnya merekalah orang-orang pendusta. (58: 18)
Syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah golongan syaitan. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan syaitan itulah golongan yang merugi. (58: 19)
Pada pembahasan sebelumnya kita telah mengkaji salah satu karakteristik orang munafik, yaitu mereka menyalahgunakan kesucian agama seperti bersumpah atas nama Tuhan. Al-Quran dalam ayat ini menyatakan bahwa sumpah palsu bukan saja di dunia, bahkan di akhirat juga menjadi metode mereka.
Orang munafik menyangka bahwa di hari Kiamat mereka dapat menyelamatkan diri dari pengadilan ilahi dengan bersumpah palsu, oleh karena itu mereka berusaha mengingkari perbuatan dosanya dengan mengucapkan sumpah. Sejatinya mereka menganggap memiliki kekuatan yang mampu menipu Tuhan, dan ini adalah puncak dari kebodohan dan kedunguan.
Lebih lanjut al-Quran mengungkapkan, masalah utama orang munafik adalah setan menguasai mereka, dan mereka juga menerimanya. Jelas tempat di mana setan bersarang, maka tidak ada tempat bagi Tuhan dan mengingat-Nya. Hasilnya adalah orang munafik mencapai titik di mana mereka menjadi anggota kelompok setan dan mempertimbangkan untuk mengikutinya daripada mengikuti Tuhan sebagai nilai bagi diri mereka sendiri.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga pelajaran berharga yang dapat dipetik.
1. Siapa saja yang mengikuti setan pasti rugi. Kerugian ini baik di dunia dan juga di akhirat, tapi di akhirat kerugiannya lebih nyata dan lebih besar.
2. Jika berbohong menjadi sebuah kebiasaan manusia, maka di hari Kiamat ia akan berani berbohong kepada Tuhan dan menganggapnya sebagai sebuah kecerdikan.
3. Kerugian sejati adalah mengikuti setan yang menghancurkan kemanusiaan manusia, bukan kerugian harta benda.
إِنَّ الَّذِينَ يُحَادُّونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ فِي الْأَذَلِّينَ (20) كَتَبَ اللَّهُ لَأَغْلِبَنَّ أَنَا وَرُسُلِي إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ (21)
Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, mereka termasuk orang-orang yang sangat hina. (58: 20)
Allah telah menetapkan: "Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang". Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (58: 21)
Dalam ayat sebelumnya telah dibahas mengenai kesombongan dan rasa superioritas orang munafik terhadap orang beriman, dan ayat ini menyatakan, dihadapan Tuhan orang seperti ini adalah orang paling hina, dan mereka tidak akan pernah mampu mengalahkan kekuasaan Tuhan.
Kemenangan pengikut agama ilahi terhadap aliran sesat dan palsu memiliki dua aspek: Salah satunya adalah jika para nabi dibantu oleh orang mukmin, maka kemenangan ini akan terealisasi. Yang lainnya adalah aspek intelektual dan logis. Dari sudut pandang ini, kebenaran selalu menang atas kebatilan, dan kemenangan ini terus meluas.
Menurut ayat ini dan ayat-ayat al-Quran lainnya, salah satu janji pasti Tuhan dalam al-Quran adalah kemenangan final kebenaran atas kebatilan dan kemenangan ajaran para nabi terhadap aliran manusia yang berujung pada kekalahan dan kehinaan front kebatilan.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga pelajaran berharga yang dapat dipetik.
1. Akibat kemunafikan dan bermuka dua dalam urusan agama adalah terperosok ke dalam lembah kekafiran dan mengingkari perintah dan ajaran Allah dan Rasul.
2. Melawan kebenaran akan membuat ahli kebatilan hina.
3. Janji ilahi terkait kemenangan final kebenaran atas kebatilan sampai saat ini belum terealisasi. Menurut riwayat dari Rasulullah, janji ini akan terwujud saat kemunculan Imam Mahdi as.
لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آَبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ أُولَئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الْإِيمَانَ وَأَيَّدَهُمْ بِرُوحٍ مِنْهُ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ أُولَئِكَ حِزْبُ اللَّهِ أَلَا إِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (22)
Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung. (58: 22)
Ini ayat terakhir Surat al-Mujadila dan mengisyaratkan sebuah prinsip umum, serta menyatakan, cinta kepada Allah dan wali Allah tidak dapat berdampingan dalam satu hati dengan cinta kepada musuh agama Tuhan. Dan jika seseorang mengatakan bahwa ia beriman kepada Tuhan dan rasul-Nya, tapi dalam hatinya juga ada rasa cinta kepada kerabat dan teman-teman yang memusuhi agama Tuhan, maka ia bukan mukmin sejati.
Wajar jika seseorang karena Tuhan menyatakan berlepas diri dari sebagian kerabatnya yang menjadi musuh Tuhan dan memperioritaskan agama dari perasaan kekeluargaan, mendapat keridhaan dan dukungan Tuhan, serta ia terus meraih bantuan ilahi.
Orang-orang munafik yang menyatakan keimanan mereka dengan lidah mereka, tapi dihatinya mencintai musuh Tuhan, dalam ayat ke-19 surat ini dinyatakan sebagai anggota kelompok setan. Ayat terakhir Surat al-Mujadila ini menyatakan orang mukmin yang berlepas diri dari musuh Tuhan sebagai anggota kelompok Tuhan (Hizbullah), dan memberi janji kemenangan atas musuh.
Dari satu ayat tadi terdapat tiga pelajaran berharga yang dapat dipetik.
1. Syarat dari iman sejati adalah mencintai orang-orang beriman dan berlepas diri dari musuh Tuhan. Seperti Nabi Ibrahim as yang berlepas diri dari pamannya yang kafir.
2. Dalam satu hati, tidak ada tempat untuk dua rasa cinta, dan Tuhan tidak memberikan dua hati kepada manusia sehingga dua kecintaan yang saling bertentangan dapat eksis. Oleh karena itu, kecintaan kepada Tuhan tidak dapat digabungkan dengan kecintaan terhadap musuh agama Tuhan.
3. Dalam agama Islam, ikatan iman dan agama didahulukan dari ikatan keluarga, etnis dan bahkan ikatan nasional serta tanah air.