Perspektif Rahbar Soal Tragedi Mina
Rahbar atau pemimpin besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Al-Udzma Sayyid Ali Khamenei, pekan lalu bertemu dengan para anggota keluarga syuhada korban tragedi Mina. Seraya menyampaikan belasungkawa mendalam kepada keluarga para syuhada, Rahbar juga menyampaikan poin-poin penting terkait tragedi Mina.
Haji merupakan manasik terbesar dan terpenting bagi umat Islam di dunia dan merupakan manifestasi keimanan dan kebesaran umat Rasulullah Saw. Setiap tahun pada musim haji, ratusan ribu Muslim dari berbagai negara dunia dengan berbagai warna kulit, ras dan bahasa, berkumpul pada hari-hari tertentu untuk melaksanakan sejumlah manasik, yang merupakan faridhah terbesar dalam agama Islam.
Allah Swt dalam Al-Quran berfirman, “Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i'tikaf, yang ruku' dan yang sujud".
Kabah adalah rumah Allah Swt yang aman di mana penghormatannya telah disebutkan dalam Al-Quran sebagai "balad al-haram, di mana hewan dan manusia aman di dalamnya. Manasik haji juga harus berlangsung dalam kondisi aman dan tenteram. Namun tahun lalu, pada hari Idul Adha lebih dari 7.000 hujjaj gugur syahid di padang Mina. Mereka terbunuh dalam kondisi mengenakan ihram. Akan tetapi para penguasa Al-Saud, yang memperkenalkan diri sebagai Khadim Al-Haramain, bukan hanya tidak memikirkan pencegahan tragedi ini bahkan dengan kejam membiarkan para hujjaj yang sedang sekarat kepanasan dan kehausan di bawah terik mata, sampai meninggal dunia.
Para petugas Arab Saudi yang tidak becus, melempar tubuh hujjaj ke dalam kontainer-kontainer jenazah tanpa mengecek kondisi mereka terlebih dahulu. Mereka bahkan menolak menyerahkan jenazah para hujjaj kepad akeluarga mereka dan banyak hujjaj yang dikuburkan tanpa ijin dari negara asal mereka. Setahun berlalu pasca tragedi Mina, namun para pejabat Saudi bukan hanya tidak meminta maaf bahkan dengan gampang melimpahkan faktor tragedi tersebut pada masalah takdir.
Setelah mendapat peringatan tegas dari Rahbar, Arab Saudi akhirnya menyerahkan 450 jenazah syuhada hujjaj asal Iran. Namun mereka tetap bersikap keji dengan mencegah para hujjaj Iran berangkat haji untuk tahun ini.
Dalam pertemuan dengan para keluarga syuhada Mina, seraya mengucapkan selamat datang, Rahbar juga menegaskan bahwa berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang merupakan jadwal pertemuan beliau dengan para pejabat panitia haji, untuk tahun ini beliau bertemu dengan para keluarga korban tragedi Mina. Rahbar mengatakan, "Hati kita penuh dengan duka dan kesedihan. Berlalunya waktu tidak melunturkan pentingnya tragedi ini dan duka dari musibah ini dari dada dan hati kita semua. Kita semua berduka atas peristiwa tersebut. Para kekasih kita di Mina dan Masjidul Haram ketika beribadah dan dalam kondisi bibir kekeringan; selama berjam-jam mereka menghabiskan akhir hidup mereka di bawah terik matahari yang panas dan membakar. Ini semua menyakitkan. Ini semua melukai hati kita dan kita tidak dapat melupakannya."
Menyinggung sulitnya jam-jam terakhir masa hidup para korban tragedi Mina, Rahbar menyampaikan belasungkawa dan solidaritas seraya mengatakan, "Hal yang menenangkan hati kalian adalah bahwa meski para kekasih kalian telah tiada dan kepergian mereka sangat berat bagi kalian akan tetapi mereka bergelimang dalam nikmat Allah Swt. Para kekasih kalian meninggal dunia dalam kondisi beribadah dan berzikir, dalam kondisi berihram, dengan hati yang penuh perhatian kepada Allah Swt dan sedang melaksanakan kewajiban; ini semua menjadi bekal dan sarana untuk mendapat pengampunan dari Allah Swt dan rahmat ilahi serta ketinggian derajat mereka di sisi Allah Swt."
Terkait gugur syahidnya lebih dari 7.000 syuhada Muslim tahun lalu di berbagai negara dunia, Rahbar menilai kebungkaman dan kepasifan pemerintah Islam dunia sebagai sebuah "musibah besar" dan emngatakan, "Pemerintah-pemerintah terjebak basa-basi politik, para pejabat banyak negara terkadang terperangkap uang dan kekuasaan serta hubungan politik dan semacamnya, [akan tetapi] mengapa para elit bungkam? Mengapa para ulama tidak bereaksi? Mengapa para aktivis tidak bersikap? Mengapa para cendikiawan tidak menulis makalah, memprotes dan bersikap?"
Beliau lebih lanjut mengatakan, "Ketidaksensitifan di hadapan sebuah tragedi dengan skala seperti ini di rumah Allah Swt, di samping Baitullah, membiarkan oknum-oknum yang congkak dan sombong itu, melalui begitu saja sebuah peristiwa berat menyedihkan ini, bahkan tanpa meminta maaf kepada dunia Islam. Para penguasa Arab Saudi tidak meminta maaf kepada dunia Islam! Betapa mereka ini congkah, betapa mereka tidak memiliki rasa malu!"
Rahbar menekankan bahwa rezim Al-Saud tidak layak mengelola Haramain Syarifaian. Bahkan jika tragedi Mina tidak disengaja pun, rezim Al-Saud juga telah melakukan kejahatan besar karena ketidaklayakan dan ketidakmampuan manajemen mereka. Ditujukan kepada para penguasa Saudi, Rahbar mengatakan, "Bagaimana kalian tidak dapat menjaga keamanan para tamu Yang Maha Pengasih, para tamu Allah Swt, di saat kalian mengantongi pendapatan besar di sektor ini dan kalian menyematkan status [sebagai Khadimul Haramain] untuk diri kalian sendiri? Apakah ada jaminan pada kesempatan lain tidak akan terjadi peristiwa yang sama? Ini adalah sebuah pertanyaan besar. Dunia Islam harus menarik kerah mereka, menyoal mereka; mengapa tidak ada sikap? Mereka ini adalah musibah bagi dunia Islam."
Ayatullah Khamenei menyinggung perjuangan Republik Islam Iran, menghadapi kejahilan, materialisme dan pengentengan ini dan mengatakan, "Republik Islam Iran berdiri sendirian, dengan tegas menyerukan syiar-syiar qurani dan islami, menjelaskan dengan gamblang sikap benarnya, ini adalah pokok di mana kalian bangsa Iran harus merasa bangga karenanya." Keberanian dan kekuatan tersebut menurut Rahbar adalah berkat iman dan tekad bangsa Iran.
Mengkritik kebungkaman lembaga-lembaga hak asasi manusia di hadapan tewasnya 7.000 Muslim di Mina, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran mengatakan, "Pemerintah-pemerintah pengklaim HAM yang menciptakan kontroversi karena alasan penjara atau hukuman mati di sejumlah negara, atau karena hak-hak hewan, bungkam dan tidak berkata apa-apa dalam tragedi yang menelan ribuan nyawa akibat ketidaklayakan dan manajemen buruk sebuah pemerintahan. Sayang sekali banyak pemerintah Islam dan non-Islam yang hanya menyatakan sangat menyayangkan terjadinya tragedi tersebut serta tidak mengambil langkah-langkah untuk menyelidiki, menuntut atau menindaklanjutinya."
Rahbar menekankan pentingnya pembentukan komite pencari fakta dalam tragedi Mina dan menegaskan bahwa, "Meski satu tahun telah berlalu, akan tetapi terdapat banyak wawancara dan foto, serta berbagai dokumen dan bukti yang dapat memperjelas hakikat dalam hal ini." Menurut beliau, pohon buruk dan terlaknat rezim Al-Saud ini membungkam banyak mulut dengan uang. Para budak uang dan dunia itu tidak akan membiarkan ada orang yang berbicara melawan mereka atau memprotes mereka.
Beliau mendesak para pejabat dunia Islam untuk membentuk komite pencari fakta dalam hal ini. Perlu disebutkan pula bahwa rezim Al-Saud memasang ratusan kamera CCTV di jalur hujjaj. Akan tetapi Riyadh tidak mempublikasikan satu pun dari rekaman kamera CCTV untuk membantu memperjelas fakta di balik tragedi Mina.
Di bagian lain pernyataannya, Rahbar menyinggung dimensi lebih penting dari tragedi Mina tahun lalu, yaitu mengenal kekuatan pendukung rezim Al-Saud dalam kejahatan pada musim haji itu dan juga dalam kejahatan lainnya. Beliau mengatakan, "Para penguasa buruk [Arab Saudi] dengan dukungan dan partisipasi Amerika Serikat, dapat melakukan kejahatan sedemikian kejam di hadapan dunia Islam dan melakukan dosa besar itu, bahkan tidak meminta maaf dengan satu kata pun. Dengan demikian mereka [Amerika Serikat] adalah mitra Saudi, seperti dalam kasus Yaman, dan berbagai kasus di dunia Islam-baik Suriah, Irak dan Bahrain—jika dunia Islam terpukul, maka orang-orang Amerika menjadi mitra dalam kejahatan Saudi."