Lintasan Sejarah 2 Februari 2016
Hari ini, Selasa tanggal 2 Februari 2016 yang bertepatan dengan penanggalan Islam 22 Rabiul Tsani 1437 Hijriah Qamariah. Sementara menurut kalender nasional Iran, hari ini tanggal 13 Bahman 1394 Hijriah Syamsiah. Berikut ini peristiwa bersejarah yang terjadi di hari di tahun-tahun yang lampau.
Mulla Muhammad Muhsin Faidh Kashani Wafat
346 tahun yang lalu, tanggal 22 Rabiul Tsani 1091 Hq, Muhammad bin Shah Murtadha yang biasa dipanggil Muhsin, tapi lebih dikenal dengan nama Mulla Muhsin Faidh Kashani meninggal dunia dalam usia 84 tahun. Beliau dimakamkan di sebuah tempat yang kemudian menjadi pekuburan Faidh.
Mulla Muhsin Faidh Kashani lahir pada 1007 Hq di kota Kashan. Beliau mempelajari ilmu-ilmu pengantar keagamaannya di kota kelahirannyan dan sejak remaja ia pergi ke Isfahan untuk menuntut ilmu. Beliau sempat belajar kepada ulama besar di masanya seperti Allamah Muhammad Taqi Majlisi, Sheikh Bahai, Mir Damad, Mir Fandareski dan Mulla Sadra Shirazi.
Ketika Mulla Sadra tinggal di desa Kahak, Qom, Mulla Muhsin tinggal bersamanya dan kemudian menikahi anak gadis Mulla Sadra dan kemudia ia dipanggil dengan Faidh. Beberapa tahun kemudian ia kembali ke kampong halamannya Kashan dan sibuk mengajar dan menulis buku. Alamul Huda dan Muin ad-Din, anak saudaranya, Dhiya ad-Din Muhammad dan puluhan ulama lainnya tumbuh dalam didikannya.
Selama 65 tahun beliau menyibukkan diri dengan meneliti dan belajar, sehingga menghasilkan sekitar 200 buku dan risalah dalam pelbagai disiplin ilmu. Tafsir Shafi, Asfha dan Mushaffa merupakan buku tafsirnya, sementara al-Wafi, as-Syafi dan al-Mahajjah al-Baidha serta puluhan buku lainnya ditulis terkait irfan, hadis, teologi, sastra dan lain-lain. Semua ini menunjukkan keluasan ilmunya.
Agha Najafi Lahir
175 tahun yang lalu, tanggal 22 Rabiul Tsani 1262 Hijriah, Syeikh Muhammad Taqi Razi, yang terkenal dengan nama Agha Najafi, seorang ulama besar Iran, terlahir ke dunia di kota Isfahan.
Agha Najafi menuntut ilmu-ilmu pendahuluan dari ayahnya dan kemudian melanjutkan pendidikan ke hauzah ilmiah di kota Najaf, Irak. Di Najaf, Agha Najafi menimba ilmu dari ulama-ulama besar zaman itu, seperti Mirza Muhammad Hasan Shirazi dan Syaikh Mahdi Kashiful Githa'.
Ketika kembali ke tanah kelahirannya, Agha Najafi menajdi ulama yang amat berpengaruh dalam masayarakat. Ia juga aktif dalam menulis di antyaranya Al Ijtihad wat-Taklid dan Anwarul Arifin.
John Dalton Meninggal
172 tahun yang lalu, Tanggal 2 Februari tahun 1844, John Dalton, seorang fisikawan dan kimiawan Inggris terkenal, meninggal dunia.
Dalton merupakan pembangun teori atom sehingga dianggap sebagai salah seorang pendiri ilmu fisika modern. Karena menderita buta warna, Dalton juga melakukan penelitian dalam masalah ini. Dalton mengemukakan teori bahwa buta warna diakibatkan oleh tidak berwarnanya medium cair di bola mata.
Salah satu hasil penelitian Dalton yang hingga kini masih digunakan dalam bidang sains adalah hukum perbandingan berganda yang lebih sering disebut sebagai Hukum Dalton, yang berbunyi, "Bila dua buah unsur dapat membentuk dua atau lebih senyawa untuk massa salah satu unsur yang sama banyaknya maka perbandingan massa unsur kedua akan berbanding sebagai bilangan bulat dan sederhana".
Mirza Fazel Touni Wafat
55 tahun yang lalu, tanggal 13 Bahman 1339 Hs, Mirza Mohammad Hossein Fazel Touni meninggal dunia dalam usia 82 tahun di Tehran.
Mirza Fazel Touni seorang ulama besar yang lahir di kota Ferdows, Khorasan. Beliau menyelesaikan pendidikannya bersama ulama besar seperti Adib Neishabouri, sehingga mencapai tingkat keilmuwan yang tinggi. Fazel Touni menguasai pelbagai bidang keilmuwan seperti fiqih, ushul fiqih, filsafat, irfan, matematika, astronomi dan sastra Arab.
Beliau kemudian diangkat menjadi dosen di Fakultas Sastra Universitas Tehran. Fazel Touni mengajar sastra Arab dan filsafat klasik. Pada 1339 Hs, beliau pensiun dikarenakan usia yang sudah tua.
Fazel Touni meninggal sejumlah karya ilmiah seperti Filsafat Klasik, Teologi, Komentar atas Asfar Arba’ah.
Reaksi AS atas Pidato Imam Khomeini di Behesht Zahra
37 tahun yang lalu, tanggal 13 Bahman 1357 Hs, pasca pidato Imam Khomeini ra tanggal 12 Bahman 1357 Hs, di Behesht Zahra yang berisikan sikap transparan beliau terkait kebijakan intervensif Amerika di Iran, Kementerian Luar Negeri Amerika sebagai pendukung utama rezim Zionis Israel menyebut pidato itu sangat anti Amerika.
Di sisi lain, rezim Zionis Israel menyatakan kekhawatirannya setelah Imam kembali ke Iran. Karena Israel mengetahui dengan benar bahwa Imam Khomeini ra dan rakyat revolusioner Iran sebagai penentang keras rezim penjajah al-Quds.
Kantor Berita Uni Soviet, Tass juga dalam reaksinya terkait kembalinya Imam Khomeini ra ke negaranya menyatakan bahwa kembalinya Ayatullah Imam Khomeini ke Iran akan membawa perjuangan di negara ini memasuki tahap paling menentukan.
Di sisi lain, di hari ini, rakyat yang ingin bertemu dengan Imam mulai menuju tempat tinggal Imam di madrasah Alavi, Tehran. Dalam pidatonya di hadapan rakyat, Imam Khomeini ra menyebut rezim Zionis Israel melanggar akal dan hak asasi manusia. Ditekankan juga oleh Imam bahwa setiap bangsa berhak untuk menentukan nasibnya sendiri.