Lintasan Sejarah 7 Juni 2017
Hari ini, Rabu tanggal 7 Juni 2017 yang bertepatan dengan penanggalan Islam 12 Ramadhan 1438 Hijriah Qamariah. Sementara menurut kalender nasional Iran, hari ini tanggal 17 Khordad 1396 Hijriah Syamsiah. Berikut ini peristiwa bersejarah yang terjadi di hari ini di tahun-tahun yang lampau.
Ibnu Al-Jauzi Meninggal
841 tahun yang lalu, tanggal 12 Ramadan 597 HQ, Ibnu al-Jauzi, seorang ulama fiqih, hadis, dan sejarah abad ke-6 Hijrah, meninggal dunia di kota Bagdad.
Ibnu al-Jauzi dilahirkan pada tahun 510 Hijriah dan menghabiskan sebagian besar umurnya untuk menuntut ilmu dan menulis buku. Selain menguasai bidang fiqih dan hadis, Ibnu al-Jawzi juga mahir dalam berkhutbah, sehingga menjadi kepercayaan dari para ulama di zamannya.
Karya tulis Ibnu al-Jawzi mencapai 200 jilid dan yang terkenal di antaranya berjudul "al-Muntazhim" dan "Mawa'izh al-Muluk".
Paul Gauguin Lahir
169 tahun yang lalu, tanggal 7 Juni tahun 1848, pelukis terkenal Perancis, Paul Gauguin terlahir ke dunia.
Paul Gauguin dianggap sebagai salah satu pelopor seni post-impresionis tahun 1880-an dan 1890-an. Prinsip-prinsip warna dan komposisi yang digunakan Gauguin memberikan pengaruh kuat pada lukisan modern.
Karir Gauguin dipenuhi oleh kemiskinan. Awalnya, ia menjadi pelukis jalanan sambil bekerja sebagai pialang saham. Krisis saham membuatnya beralih kerja menjadi pelukis profesional, tetapi tidak berhasil meraih kesuksesan. Namun, ia meneruskan eksperimen dalam berbagai teknik lukisan.
Ia kemudian tinggal di Tahiti dan melahirkan berbagai lukisan tentang penduduk dan alam negara itu yang kelak membuatnya terkenal. Setelah terlilit masalah kesehatan dan kemiskinan, Gauguin akhinya bunuh diri di Tahiti pada tahun 1898.
Perang 5 Tahun Peru-Chili-Bolivia Meletus
138 tahun yang lalu, tanggal 7 Juni tahun 1879, meletuslah perang antara Peru, Chili, dan Bolivia.
Perang yang berlangsung selama lima tahun ini terjadi akibat pelanggaran perjanjian yang pernah dilakukan antara Bolivia dengan Chilli tahun 1874.
Dalam perjanjian itu, Chili mengakui hak Bolivia atas gurun pasir Atacama dan perusahaan Chili di kawasan itu dibebaskan dari pajak selama 25 tahun ke depan. Namun, Bolivia meminta pajak pada tahun 1878, sehingga Chili menduduki pelabuhan Antofagasta.
Sebagai reaksi, Bolivia mendeklarasikan perang dengan dukungan Peru. Angkatan laut Chili meraih kemenangan besar dan Bolivia mundur dari perang. Namun, Chili meneruskan perang dengan menduduki ibu kota Peru, Lima.
Setelah lewat dua tahun masa pendudukan, Peru menerima rancangan perjanjian damai dari Chili yaitu Treaty of Ancón pada tahun 1883 yang memberikan beberapa wilayah Bolivia dan Peru kepada Chili.
Pesan Imam Khomeini Pasca Invasi Israel ke Lebanon
35 tahun yang lalu, tanggal 17 Khordad 1361 HS, Imam Khomeini ra mengirim pesan pasca invasi Israel ke Lebanon.
Ketika operasi-operasi militer para pejuang Palestina terhadap rezim Zionis Israel semakin meningkat dan dalam kondisi saat Lebanon akan menyelenggarakan pemilu presiden, militer Zionis Israel mempersiapkan mesin-mesin perangnya untuk menyerang Lebanon Selatan. Tujuan penyerangan ini untuk melenyapkan persenjataan para pejuang Palestina di Lebanon dan mencegah terpilihnya presiden Lebanon yang membela perjuangan Palestina.
Untuk itu pada 16 Khordad 1361 HS, jet-jet tempur Zionis Israel mengebom posisi-posisi para pejuang Palestina dan militer Israel yang berhasil melewati perbatasan Lebanon mulai memasuki kawasan selatan negara ini. Sekalipun Lebanon adalah negara Arab dan Islam, tapi tidak ada reaksi dari negara-negara Arab-Islam di kawasan.
Sementara itu, Iran yang baru saja berhasil membebaskan kota Khorramshahr dari cengkeraman tentara Saddam dan masih berada di bawah serangan hebat pesawat-pesawat tempur Irak, Imam Khomeini ra mengeluarkan pesan kepada bangsa Iran, Lebanon dan seluruh umat Islam di dunia pada 17 Khordad 1361 Hs yang isinya menyatakan kesedihan yang mendalam dan menyangkan sikap negara-negara Islam yang diam menyaksikan agresi itu.
Dalam pesannya itu, Imam Khomeini ra memulai dengan ayat al-Quran, "Innaa Lillahi wa Innaa Ilaihi Raaji'uun". Ucapan ini tidak ditujukan atas kejahatan Zionis Israel, bukan untuk korban yang berjatuhan, tidak untuk ribuan pengungsi Palestina dan bukan pula untuk warga Iran yang gugur syahid akibat pengeboman jet-jet tempur rezim Baath Irak, tapi ungkapan ini ditujukan kepada sikap diam negara-negara Islam. Menurut Imam, semestinya mereka tidak diam saja menyaksikan agresi Zionis Israel.