Lintasan Sejarah 5 Juli 2017
Hari ini, Rabu tanggal 5 Juli 2017 yang bertepatan dengan penanggalan Islam 10 Syawal 1438 Hijriah Qamariah. Sementara menurut kalender nasional Iran, hari ini tanggal 14 Tir 1396 Hijriah Syamsiah. Berikut ini peristiwa bersejarah yang terjadi di hari ini di tahun-tahun yang lampau.
Ibnu Muqlah Meninggal Dunia
1110 tahun yang lalu, tanggal 10 Syawal 328 HQ, Abu Ali Muhammad bin Abdullah Baghdadi, yang terkenal dengan julukan Ibnu Muqlah, seorang penulis dan kaligrafer terkemuka muslim, meninggal dunia.
Ibnu Muqlah dilahirkan di kota Baghdad dan menuntut ilmu dari ulama-ulama terkemuka pada masa itu. Pada usia muda, Ibnu Muqlah telah diangkat sebagai menteri di pemerintahan Abbasiah.
Namun, penentangannya terhadap praktek despotisme dan penyelewengan yang dilakukan rezim Abbasiah, membuatnya dijebloskan ke penjara. Akhirnya, atas perintah rezim tersebut, lidah dan tangan Ibnu Muqlah dipotong dan kemudian dibunuh.
Ibnu Muqlah lebih terkenal dalam bidang kaligrafi. Di bidang ini, ia berhasil menciptakan beberapa jenis huruf baru. Karya penulisan yang ditinggalkan Ibnu Muqlah di antaranya berjudul "Risalah Fi Ilmi al-Khat wal Qalam".
Ayatullah Mohammad Taqi Najafi Isfahani Wafat
103 tahun yang lalu, tanggal 14 Tir 1293 HS, Ayatullah Mohammad Taqi Najafi Isfahani meninggal dunia di Isfahan dan dikebumikan di komplek Imam Zadeh Ahmad bin Ali bin Imam Muhammad Baqir as.
Sheikh Mohammad Taqi bin Sheikh Mohammad Tehrani Razi yang lebih dikenal dengan panggilan Agha Najafi lahir di kota Isfahan sekitar tahun 1225 Hs. Beliau mempelajari ilmu-ilmu agama di kota kelahirannya dan setelah itu mengikuti kuliah guru-guru besar di sana hingga mencapai gelar mujahid.
Sheikh Mohammad Taqi Razi termasuk ulama besar Syiah di awal-awal abad ke-14 Hq. Beliau menguasai ilmu-ilmu aqli dan naqli ditambah kekuatan hapalannya yang luar biasa.
Dalam peristiwa pengharaman tembakau, beliau termasuk pelopor perjuangan dan memiliki pengaruh spritual yang luar biasa di kawasan. Sementara di masa marjaiyatnya, beliau begitu serius membantu masyarakat dan melawan kezaliman yang dilakukan terhadap mereka.
Agha Najafi meninggalkan lebih dari 100 karya tulis seperti Adab al-shalah, Adab al-Arifin, al-Ijtihad wa al-Taqlid, Asrar al-Ayat, Asrar al-Ahkam, Asrar al-Ziarat, Asrar al-Syariah, Ushul ad-din dan lain-lain.
Aljazair Merdeka
55 tahun yang lalu, tanggal 5 Juli 1962, setelah berjuang selama bertahun-tahun dan mengorbankan sekitar saju juta syuhada, rakyat muslim Aljazair akhirnya berhasil meraih kemerdekaan mereka.
Pada tahun 1830, Perancis datang menyerang Aljazair dengan tujuan menjadikan negara itu sebagai wilayah jajahannya, namun mendapat perlawanan keras dari bangsa Aljazair.
Salah satu pejuang kemerdekaan Aljazair yang terkemuka adalah Amir Abdul Qadir Aljazairi. Namun setelah 17 tahun berjuang, ia akhirnya tertangkap oleh tentara Perancis dan sejak itu, kekuasaan Perancis di Aljazair semakin hari semakin besar. Dengan leluasa, Perancis menguras hasil bumi negara ini dan menindas rakyat Aljazair.
Setelah Perang Dunia Kedua berakhir, perjuangan rakyat Aljazair kembali meningkat dan ketika De Gaulle diangkat sebagai Presiden Perancis, ia setuju untuk memberikan hak otonomi kepada Aljazair. Namun, perjuangan rakyat Aljazair yang menghendaki kemerdekaan penuh terus berlanjut, sampai akhirnya atas tekanan internasional, Perancis bersedia menandatangani "Perjanjian Evian" yang secara resmi mengakui kemerdekaan Aljazair.
Diplomat dan Wartawan Iran Disandera
35 tahun yang lalu, tanggal 14 Tir 1361 HS, tiga orang warga Iran yang terdiri dari diplomat dan wartawan disandera oleh kelompok militan Phalangist di Beirut, Lebanon.
Pada masa itu, rezim Zionis dengan dukungan kelompok militan Kristen Lebanon, yaitu Phalagist, menduduki Lebanon. Zionis dan kelompok Phalangist melakukan berbagai aksi teror di Lebanon, termasuk di antaranya pembantaian massal warga Palestina yang tinggal di kamp pengungsian Sabra-Shatila pada bulan September 1982.
Penyenderaan terhadap diplomat dan wartawan Iran juga merupakan salah satu di antara aksi teror tersebut mengingat Republik Islam Iran di bawah pimpinan Imam Khomeini merupakan negara yang paling aktif dalam menentang penindasan yang dilakukan Rezim Zionis terhadap bangsa Palestina. Hingga saat ini, ketiga warga Iran tersebut masih belum jelas nasibnya dan PBB sama sekali tidak melakukan langkah nyata apapun dalam penyelesaian kasus ini.