Pesona Iran yang Mendunia (31)
Abu Said Abul Khair adalah sufi terkemuka Khorasan abad kelima Hijriah. Arif besar ini dilahirkan tahun 357 Hijriah atau 967 Masehi di desa Meyhaneh, yang dahulu bagian dari Khorasan Raya. Beliau wafat di tanah kelahirannya tahun 440 Hijriah atau 1048 Masehi di usia 81 tahun.
Salah satu buku biografi klasik tentang kehidupan Abu Said Abul Khair yang menjadi rujukan penting hingga kini ditulis oleh Jamaluddin Abu Ruh bin Abi Saad berjudul "Halat va Sohanan Sheikh Abu Saeed" (Kehidupan dan Perkataan Sheikh Abu Said'). Buku dalam bahasa Farsi tersebut ditulis sekitar empat ratus tahun setelah Abu Said wafat. Sebelum tahun 541 Hijriah tidak ada buku yang membahas tentang biografi kehidupan sufi besar Iran ini.
Dari karyanya ini, Abu Ruh sebagai penulis biografi Abu Said terlihat begitu menguasai bahasa Farsi dan Arab.Terkait hal ini, Dr. Shafeie Kadkanie yang mengedit kembali buku biografi Abu Said, berkata, "Jika manuskrip buku kehidupan dan perkataan [Sheikh Abu Said] utuh hingga kini, barangkali kita akan mengenal lebih baik kemampuan penulis dan kemahirannya dalam sastra Farsi dan Arab serta budaya di zamannya."
Buku karya Abu Ruh mengenai biografi Sheikh Abu Said ini menjadi referensi penting untuk mengenal lebih dalam khazanah sastra Persia dan tasawuf Islam dengan berbagai karakteristiknya. Kitab tersebut menjadi dokumen paling kuat dan penting tentang catatan kehidupan arif besar Iran.
Berdasarkan penjelasan buku "Halat va Sohanan Sheikh Abu Saeed", perjalanan intelektual dan karya sufistik Abu Said bersumber dari buku Asrar al-Tauhid (Rahasia Tauhid) yang ditulis salah seorang cucunya bernama Mohammad Ibn Monavvar, sekitar 130 tahun setelah kematiannya. Buku ini ditulis tahun 574 Hijriah atau 1178 Masehi.
Ketika itu, Khorasan besar dilanda krisis politik besar di era pemerintah Seljuk Timur. Lembaran sejarah menjelaskan, keturunan Sheikh Abu Said dibantai di Meyhaneh, dan seluruh warisan sufi besar Iran ini tidak ada yang tersisa, kecuali makamnya saja. Buku Asrar al-Tauhid menjelaskan pelajaran penting dari kehidupan dan perkataan Sheikh Abu Said yang menjadi referensi utama mengenai sufi besar ini yang ditulis oleh keturunannya sendiri.

Dari sekitar literatur sastra Persia-Islam klasik, Asrar al-Tauhid termasuk buku yang menjelaskan tentang kehidupan dan ajaran tasawuf seorang sufi besar Iran. Buku ini menjelaskan karamah Abu Said yang ditulis oleh murid sekaligus keturunannya sendiri. Selain itu, buku tersebut mengungkapkan perjalanan yang harus ditempuh oleh para pesuluk dengan bahasa yang bisa dipahami orang-orang awam. Buku tersebut juga mendeskripsikan sejarah kehidupan beragama masyarakat Khorasan abad kelima Hijriah atau sebelas Masehi.
Mohammad Ibn Monavvar adalah generasi kelima dari keturunan Abu Said Abul Khair. Meski demikian, karena kuatnya tradisi lisan turun-temurun, bisa dipastikan apa yang disampaikan Mohammad Ibn Monavvar dalam buku Asrar al-Tauhid tidak mengalami penyimpangan signifikan dari penjelasan pendahulunya meski telah berlalu beberapa generasi.
Lalu, apakah penjelasan dalam buku ini merupakan deskripsi realistis atau tidak? Barangkali akan sulit menjelaskan masalah tersabut tanpa melakukan kajian terhadap literatur lain yang menjelaskan biografi Abu Said Abul Khair. Fritz Meier, orientalis terkemuka Swiss menulis buku berjudul "Abu Said Abu Khair: Realitas atau legenda".Tapi tampaknya akan lebih baik jika karya Sheikh dan reaksi pengikutnya dianalisis lebih dalam terhadap sebuah terobosan seorang psikolog agama atau pemimpin agama yang memberikan bimbingan spiritual bagi masyarakat.
Asrar al-Tauhid mengumpulkan dokumen penting tentang perkataan dan kehidupan Abu Said Abul Khair. Buku ini juga menjadi manuskrip penting mengenai sejarah sosial Iran, terutama Khorasan di zaman Abu Said. Lebih khusus, buku ini memberikan konstribusi penting mengenai kehidupan para sufi terkemuka Iran, termasuk guru dan murid Abu Said.
Tidak diragukan lagi, buku Asrar al-Tauhid merupakan salah satu referensi klasik yang terpenting mengenai teks piagam Irfan Islam Iran. Sebab, selain membahas pemikiran Abu Said mengenai tasawuf, buku tersebut juga menjelaskan metode sufisme serta adab tasawuf, dan hubungan sosial di dalam maupun luar lingkaran sufi dari perspektif sastra sufistik.
Buku ini dipandang sebagai referensi klasik di bidang tasawuf Islam Iran serta sastra Persia, karena berbagai karakteristiknya seperti: metode naratif, pemilihan istilah, dan menjaga istilah klasik dengan penjelasannya yang relatif bisa dipahami berbagai kalangan.

Mohammad Ibn Monavvar memulai menyusun buku Asrar al-Tauhid di tahun 574 Hijriah, yang bertepatan dengan peringatan 134 tahun wafatnya Sheikh Abu Said Abul Khair. Meskipun memiliki jarak yang relatif panjang, tapi penulis buku mampu merekam peristiwa yang telah berlalu lebih dari seratus tahun secara akurat berkat tradisi lisan yang sangat kuat di kalangan murid-murid Sheikh Abu Said Abul Khair yang sebagian adalah keluarganya sendiri.
Kajian terhadap buku Asrar al-Tauhid menunjukkan bahwa buku ini dengan baik merekam kehidupan sufistik dan ajaran irfan Sheikh Abu Said dalam bahasa tasawuf dan suluk yang berkembang ketika itu dengan penjelasan yang mudah dipahami. Oleh karena itu, kebanyakan penjelasan yang disampaikan Mohammad Ibn Monavvar dalam buku Asrar al-Tauhid benar adanya.
Barangkali yang tidak lazim berkaitan dengan karamah dan perilaku luar biasa yang didengarnya dari pengikut beliau. Jelas kiranya, selisih waktu lebih dari satu abad memunculkan legenda dari apa yang didengar para pendahulunya mengenai kedudukan mulia dan karamah Sheikh Abu Said.Tapi jika dikaji lebih dalam, posisi para pengikut dalam tasawuf adalah menjelaskan secara turun-temurun seperti riwayat kepada generasi setelahnya melalui tradisi lisan. Selain itu, teks hikayat dalam buku Asrar al-Tauhid menjelaskan kebenaran cerita di dalamnya.
Kitab Asrar al-Tauhid termasuk karya bernilai sekaligus indah mengenai sastra tawasuf Islam Iran. Mohammad Ibn Monavvar menggunakan gaya penulisan sederhana dan jelas. Meskipun demikian, penulis mampu menyampaikan khazanah tradisi tasawuf yang dijelaskan Abu Said Abu Khair. Hal ini menunjukkan kemampuan Mohammad Ibn Monavvar dalam mengungkapkan sebuah masalah penting dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami. Tidak hanya itu, penulis juga memperhatikan aspek keindahan bahasa dalam penyusunan karyanya tersebut. Musik yang lembut dan indah tersimpan dalam rangkaian kata yang sederhana dari buku Asrar al-Tauhid.
Karakteristik lain dari buku Asrar al-Tauhid adalah hikayat dalam bentuk syair yang dikumandangkan oleh Sheikh Abu Said. Para peneliti karya Abu Said berkeyakinan bahwa kitab Asrar Al-Tauhid merupakan referensi klasik syair Farsi di era pertama di babak baru syair Dari.