Des 20, 2017 13:27 Asia/Jakarta

Salah satu energi terpenting di abad terakhir dan mendapat perhatian besar umat manusia adalah energi nuklir. Energi nuklir dewasa ini memiliki penggunaan besar di berbagai bidang, di mana kehidupan manusia tanpa sumber energi ini sepertinya tidak mungkin. Namun di samping manfaat besar, energi nuklir memiliki cacad dan kendala besar. Salah satunya adalah limbah nuklir.

Limbah radioaktif adalah jenis limbah yang mengandung atau terkontaminasi radionuklida pada konsentrasi atau aktivitas yang melebihi batas yang diijinkan yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir. Definisi tersebut digunakan di dalam peraturan perundang-undangan. Pengertian limbah radioaktif yang lain mendefinisikan sebagai zat radioaktif yang sudah tidak dapat digunakan lagi, dan/atau bahan serta peralatan yang terkena zat radioaktif atau menjadi radioaktif dan sudah tidak dapat difungsikan/dimanfaatkan. Bahan atau peralatan tersebut terkena atau menjadi radioaktif kemungkinan karena pengoperasian instalasi nuklir atau instalasi yang memanfaatkan radiasi pengion.

Isu kontrol dan pengawasan jangka panjang sampah nuklir dan berbagai isu mengenainya menjadi teka teki paling rumit di masa sekarang, karena jika limbah ini tidak ditimbun secara aman, maka radioaktif nuklir akan merembes ke air di permukaan atau bawah tanah melalui tanah dan air. Jika air yang terkontaminasi dengan radioaktif tersebut dikonsumsi hewan atau tumbuhan maka akan menciptakan bencana lingkungan hidup yang parah serta bagi manusia.

Ketakutan terhadap bahan radioaktif kini menjadi mimpi buruk bagi dunia dan ilmuwan nuklir. Pengalaman mengerikan tragedi Hiroshima dan ledakan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Chernobyl mengindikasikan bahwa jika satu gram uranium yang diperkaya menyebar di alam dan lingkungan kehidupan manusia, maka dibutuhkan empat juta tahun untuk mengurangi setengah radioaktif satu gram uranium ini serta polusinya.

Sampai saat ini masih banyak manusia di Hiroshima yang menderita akibat radiasi bom atom tersebut. Sama seperti warga di sekitar Laut Kaspia setelah beberapa tahun dari tragedi Chernobyl menghadapi polusi di laut ini serta banyak spesies ikan yang musnah dan berbagai burung tidak lagi berhijrah ke kawasan ini. Selain itu, produksi sayur-sayuran di kawasan ini tak luput dari bencana polusi sampah nuklir tersebut.

Chernobyl

Bencana Chernobyl, kecelakaan reaktor nuklir Chernobyl, atau hanya "Chernobyl", adalah kecelakaan reaktor nuklir terburuk dalam sejarah. Pada tanggal 26 April 1986, reaktor nomor empat di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Chernobyl yang terletak di Uni Soviet di dekat Pripyat di Ukraina meledak. Akibatnya, isotop radioaktif dalam jumlah besar tersebar ke atmosfer di seluruh kawasan Uni Soviet bagian barat dan Eropa.

Bencana nuklir ini dianggap sebagai kecelakaan nuklir terburuk sepanjang sejarah, dan merupakan satu dari dua kecelakaan yang digolongkan dalam level 7 pada Skala Kejadian Nuklir Internasional. Jumlah pekerja yang dilibatkan untuk menanggulangi bencana ini sekitar 500.000 orang, dan menghabiskan dana sebesar 18 miliar rubel dan mempengaruhi ekonomi Uni Soviet. Ribuan penduduk terpaksa diungsikan dari kota ini.

Meski banyak bahaya yang mengintai, kini salah satu cara memproduksi energi adalah melalui instalasi nuklir. Dari setiap delapan megawatt jam energi elektrik yang diproduksi reaktor nuklir, meninggalkan 30 gram sampah radioaktif. Sebagai perbandingan, untuk memproduksi listrik serupa dengan batu bara terbaik, maka akan meninggalkan delapan ribu kg karbon dioksida di udara.

Meski jumlah sampah radioaktif sangat sedikit, namun ancamanya lebih besar dari sampah lain dan perawatannya sangat penting serta sulit. Sampah radioaktif dibagi berdasarkan besarnya aktivitas, umurnya dan fisik. Dari segi besanya aktivitas dibagi dalam limbah aktivitas tinggi, aktivitas sedang dan aktivitas rendah. Dari segi umurnya dibagi menjadi limbah umur paruh panjang, dan limbah umur paruh pendek. Dari bentuk fisiknya dibagi menjadi limbah padat, cair dan gas.

Limbah radioaktif umumnya berasal dari setiap pemanfaatan tenaga nuklir, baik pemanfaatan untuk pembangkitan daya listrik menggunakan reaktor nuklir, maupun pemanfaatan nuklir untuk keperluan industri dan rumah sakit.

Secara umum, pengelolaan limbah nuklir yang lazim digunakan oleh negara-negara maju meliputi tiga pendekatan pokok yang bergantung pada besar kecilnya volume limbah, tinggi rendahnya aktivitas zat radioaktif yang terkandung dalam limbah serta sifat-sifat fisika dan kimia limbah tersebut. Tiga pendekatan pokok itu meliputi:

Reaktor nuklir
  1. Limbah nuklir dipekatkan dan dipadatkan yang pelaksanaannya dilakukan dalam wadah khusus untuk selanjutnya disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama. Cara ini efektif untuk menangani limbah nuklir cair yang mengandung zat radioaktif beraktivitas sedang dan atau tinggi.
  2. Limbah nuklir disimpan dan dibiarkan meluruh dalam tempat penyimpanan khusus sampai aktivitasnya sama dengan aktivitas zat radioaktif lingkungan. Cara ini efektif bila dipakai untuk pengelolaan limbah nuklir cair atau padat yang beraktivitas rendah dan berwaktu paruh pendek.
  3. Limbah nuklir diencerkan dan didispersikan ke lingkungan. Cara ini efektif dalam pengelolaan limbah nuklir cair dan gas beraktivitas rendah.

Pada PLTN sebagian besar limbah yang dihasilkan adalah limbah aktivitas rendah (70 – 80%). Sedangkan limbah aktivitas tinggi dihasilkan pada proses daur ulang elemen bakar nuklir bekas, sehingga apabila elemen bakar bekasnya tidak didaur ulang, limbah aktivitas tinggi ini jumlahnya sangat sedikit. Penangan limbah radioaktif aktivitas rendah, sedang maupun aktivitas tinggi pada umumnya mengikuti tiga prinsip, yaitu :

  • Memperkecil volumenya dengan cara evaporasi, insenerasi, kompaksi/ditekan.
  • Mengolah menjadi bentuk stabil (baik fisik maupun kimia) untuk memudahkan dalam transportasi dan penyimpanan.
  • Menyimpan limbah yang telah diolah, di tempat yang terisolasi.

Pengolahan limbah cair dengan cara evaporasi/pemanasan untuk memperkecil volume, kemudian dipadatkan dengan semen (sementasi) atau dengan gelas masif (vitrifikasi) di dalam wadah yang kedap air, tahan banting, misalnya terbuat dari beton bertulang atau dari baja tahan karat (B,xxxx). Alat untuk proses evaporasi di sebut evaporator. Alat ini mampu mereduksi volume limbah cair dengan faktor reduksi 50. Hal ini berarti jika ada 50 m3 (meter kubik) limbah cair yang diolah, maka akan dihasilkan 1 m3 konsentrat radioaktif, sedang sisanya yang 49 m3 hanyalah berupa air destilat yang sudahtidak radioaktif lagi.

Pengolahan limbah padat adalah dengan cara diperkecil volumenya melalui proses insenerasi/pembakaran, selanjutnya abunya disementasi. Sedangkan limbah yang tidak dapat dibakar diperkecil volumenya dengan kompaksi/penekanan dan dipadatkan dalam drum/beton dengan semen. Sedangkan limbah yang tidak dapat dibakar/dikompaksi, harus dipotong-potong dan dimasukkan dalam beton kemudian dipadatkan dengan semen atau gelas masif (B,xxxx). Proses pemadatan bisa dilakukan dengan semen (sementasi), aspal (bitumentasi), polimer (polimerisasi) maupun bahan gelas (vitrifikasi).

Selanjutnya limbah radioaktif yang telah diolah disimpan secara sementara (10-50 tahun) di gudang penyimpanan limbah yang kedap air sebelum disimpan secara lestari. Tempat penyimpanan limbah lestari dipilih ditempat/lokasi khusus dengan kondisi geologi yang stabil dan secara ekonomi tidak bermanfaat (B,xxxx).

Radioaktif

Karena limbah memancarkan radiasi, maka apabila tidak diisolasi dari masyarakat dan lingkungan maka radiasi limbah tersebut dapat mengenai manusia dan lingkungan. Misalnya, limbah radioaktif yang tidak dikelola dengan baik meskipun telah disimpan secara permanen di dalam tanah, radionuklidanya dapat terlepas ke air tanah dan melalui jalur air tanah tersebut dapat sampai ke manusia.Bahaya radiasi adalah, radiasi dapat melakukan ionisasi dan merusak sel organ tubuh manusia.

Kerusakan sel tersebut mampu menyebabkan terganggunya fungsi organ tubuh. Disamping itu, sel-sel yang masih tetap hidup namun mengalami perubahan, dalam jangka panjang kemungkinan menginduksi adanya tumor atau kanker. Ada kemungkinan pula bahwa kerusakan sel akibat radiasi mengganggu fungsi genetika manusia, sehingga keturunannya mengalami cacat.

Saat ini limbah nuklir menjadi kendala utama bagi para ilmuwan nuklir. Sementara untuk kalangan elit politik, isu ini berubah menjadi isu politik. Bahkan banyak negara industri maju secara diam-diam atau terang-terangan membuang limbah nuklir ke negara lain. Mereke labih memilih untuk menerima dampak langkahnya tersebut, ketimbangan ancaman nyata dari limbah nuklir.

Dalam hal ini rezim Zionis Israel termasuk salah satu pihak yang secara diam-diam membuang limbah nuklirnya ke wilayah lain. Israel dilaporkan membuang limbah nuklirnya ke sebuah kawasan dan padang sahara di selatan Libya. Kepala staf angkatan udara Libya saat diwawancarai Kantor berita Anadolu mengungkapkan realita ini dan mengatakan, militer Libya memantau masuknya sebuah kapal mencurigakan  ke perairan negara ini yang membuang muatan limbah nuklir. Ia menandaskan bahwa kapal tersebut milik rezim Zionis Israel.

Tags