Pesona Iran yang Mendunia (38)
Pada acara sebelumnya kita sudah mengupas sekilas mengenai biografi Nasir Khusraw, penyair sekaligus ilmuwan terkemuka Iran abad kelima Hijriah. Beberapa tahun di penghujung akhir hayatnya, Ia menuju Yamghan, Badakhsan untuk menyendiri di kaki gunung. Di sana, ia hidup seorang diri dan terus berkarya dengan menulis buku. Kebanyakan karyanya ditulis selama lima belas tahun tinggal di pegunungan Badakhsan, salah satunya adalah buku Safar Nameh.
Kitab Safar Nameh berisi tentang catatan perjalanannya selama tujuh tahun yang ditulis secara sederhana, tapi memuat informasi detil dan akurat di zamannya mengenai geografi dan sejarah, termasuk tradisi masyarakat yang dikunjunginya ketika itu. Friksi sengit antara Nasir Khusraw dan para ulama di zamannya dengan jelas tampak dalam berbagai karyanya.
Berkaitan dengan nilai geografis buku Safar Nameh bisa dikatakan bahwa penjelasan Nasir Khusraw mengenai kota dan tempat yang disaksikan langsung olehnya menjadi warisan langka yang ditinggalkan ilmuwan Iran ini. Ia mengunjungi kota yang telah berusia lebih dari seribu tahun dengan penjelasan terperinci hingga kini bisa membuat replika serupa dengan yang disaksikan Nasir Khusraw. Beberapa tempat seperti Kairo, Zamzam, Safa, Marwah, Mekah, dan Baitul Maqdis diceritakan dengan sangat detil kondisinya.

Ketika tiba di suatu tempat, pertama kali yang ia lakukan adalah menjelaskan kondisi geografisnya, terutama cuaca, gunung, hutan, gurun dan mata air kota-kota yang ia kunjungi. Kemudian, Nasir Khusraw memaparkan jarak antarkota dan desa. Setelah itu, ia mendeskripsikan bangunan-bangunan khusus seperti menara dan gerbang masuk, yang menjadi tanda khas yang dimiliki sebuah kota.
Tahap selanjutnya Nasir Khusraw menceritakan tentang rumah ibadah seperti masjid, bangunan bersejarah dan makam para tokoh masyarakat, pejabat dan pembesar kota, serta pasar.Tidak lupa, ia juga menjelaskan tentang situasi ekonomi dan sosial sebuah tempat, apakah makmur atau sebaliknya, terutama aspek pertaniannya. Nasir Khusraw mengungkapkan secara rinci berbagai peristiwa yang dialaminya di sebuah tempat seperti kekeringan atau musibah gempa bumi dan lainnya.
Buku Safar Nameh Nasir Khusraw adalah sebuah buku yang disusun berdasarkan pengalamannya selama tujuh tahun yang dimulai sejak enam Jumadil Akhir 437 Hijriah dari Marv dan berakhir Jumadil Akhir 444 Hijriah dengan kembali ke Balkh. Perjalanan yang ditempuh lebih dari tiga Ribu Farsakh ini bagi Nasir Khusraw menyebabkan kematangan pemikirannya. Catatan perjalannya yang disusun dari seluruh peristiwa yang disaksikannya dalam perjalanan tersebut, bagi kita menjadi warisan berharga. Catatannya sangat jelas, akurat dan jauh dari tamsil yang membingungkan maupun ambigu bagi para pembaca.
Kitab Safar Nameh disusun ketika Nasir Khusraw kembali dari perjalannya selama tujuh tahun. Dengan membaca buku ini, kita bisa memiliki gambaran yang baik tentang situasi dan kondisi dunia Islam di pertengahan pertama abad kelima Hijriah. Tidak hanya itu, buku tersebut menjelaskan adat istiadat masyarakat dan perkembangan kota-kota Islam ketika itu.
Situasi politik ketika Nasir Khusraw hidup berada di bawah pengaruh kekuasaan dinasti Seljuk dan sebagian berada di bawah pemerintahan daerah. Adapun di Mesir, Syam dan Hijaz berada dalam pengaruh Khalifah Fatimiyah. Di setiap tempat yang dikunjunginya, ia menjelaskan tentang pembangunan dan kehancuran secara objektif. Di tempat yang dirasakannya aman, ia pun tidak segan-segan memuji pemerintahan manapun yang mengelolanya. Nasir Khusraw juga menceritakan tentang kekacauan di jalan wilayah Fars dan wilayah Arab antara Mekah dan Madinah serta Karbala.

Nasir Khusraw menuliskan apa yang dilihat dan didengarnya serta dia rasakan dalam bentuk tulisan yang rinci jelas dan akurat. Selain itu, ia juga mahir menggambarkan situasi dan kondisi tempat yang dikunjunginya. Setiap daerah yang ia kunjungi, Nasir Khusraw menggambar tempat tersebut dengan indah seperti aslinya yang memukau.Contohnya, ketika mengunjungi kota Isfahan, ia menuliskan cerita tentang kota budaya itu.
"Ini adalah kota dengan cuaca yang baik. Di manapun pergi ke pelosok desa, selalu ditemukan sumur yang mengeluarkan air. Di kota terdapat tembok perkasa dan gerbang masuk serta pos militer dan benteng. Di dalam kota cuaca tenang dan bangunan-bangunanan indah dan megah."
Nasir Khusraw melanjutkan ceritanya, "Di tengah kota ada masjid raya besar dan megah. Benteng kota berukuran tiga setengah Farsakh dan di dalam kota semua terlihat makmur. Tampak tidak ada yang rusak. Begitu banyak pasar dan aku melihat para pedagang, dan di belakangnya dua ratus pria penjual mata uang. Setiap pasar, baik yang berada di dalam dan di gerbang masuk berada di tempat dan gang dengan bangunan yang kuat, dan juga penginapan yang bersih."
Masih tentang kota Isfahan, Nasir Khusraw dalam buku Safar Nameh menulis, "Di sebuah jalan kecil yang disebut Kotraz terdapat 50 penginapan yang nyaman, dan di sana terlihat ramai para pengunjung yang menempatinya. Rombongan yang kami sebut pengiring membawa barang seberat 1300 kharvar (setiap kharvar seberat 300 kg) dari kota itu. tapi saya tidak sempat melihat langsung bagaimana diangkut, meskipun demikian tidak ada jalan yang terganggu."
Tulisan Nasir Khusraw ini menjadi salah satu contoh bagaimana ketelitiannya dalam menjelaskan situasi dan kondisi yang terjadi secara objektif. Di tempat lain dalam bukunya, ilmuwan sekaligus penyair Iran ini menceritakan kondisi pertanian, produk hasil bumi, bagaimana sistem pengairan, industri, ilmuwan dan pembesar, ketangguhan bangunan dan pengelolaan kota, hubungan antarpengusaha, keyakinan yang dianut masyarakat, peristiwa-peristiwa penting bersejarah dan karakteristik masyarakat Islam ketika itu.

Dengan menelisik magnum opus Nasir Khusraw, Safar Nameh, para peneliti bisa menggali informasi penting mengenai berbagai disiplin ilmu mulai dari tata kota hingga fasilitas di dalamnya, keyakinan masyarakat, dan kondisi kota-kota Islam di abad kelima Hijriah.
Contohnya, penjelasan menarik Nasir Khusraw mengenai penjual mata uang atau Sharaf, dan alat perdagangan yang dipergunakan masyarakat Bashrah yang kini disebut bank. Nasir Khusraw menulis, "Kondisi pasar di sana akan saya jelaskan. Orang-orang memberikan sesuatu kepada sharaf, dan darinya mendapat sebuah tanda khusus transaksi. Setiap kali akan membeli sesuatu, nilainya akan dikirimkan ke sharaf. Beberapa waktu tinggal di kota itu, engkau tidak akan melihat di luar dari lingkaran sharaf."
Dua naskah tulisan tangan kitab Safar Nameh saat ini berada di Prancis. Pada tahun 1298 Hijriah, seorang orientalis Prancis menrjemahkan buku Safar Nameh ke dalam bahasa Prancis. Kemudian, buku ini dicetak di Mumbai, India. Selanjutkan buku tersebut dicetak di Tehran bersama dengan kumpulan syair Nasir Khusraw oleh Zainal Abidin al-Sharif al-Safawi. Pada tahun yang sama kembali dicetak ulang dan dipasarkan ke publik.
Cetakan kelima buku ini diterbitkan oleh penerbit Kaviani Berlin berkat usaha Ghanizadeh dengan dua Matsnawi "Roshana-i Nameh" dan "Saadat Nameh" pada tahun 1340 Hijriah. Buku tersebut juga dicetak kembali tahun 1335 Hijriah berkat usaha doktor Mohamamd Dabirseyaghi.