Pesona Iran yang Mendunia (39)
Pada acara sebelumnya, kita sudah mengupas biografi intelektual Nasir Khusraw, penyair sekaligus ilmuwan terkemuka Iran abad kelima Hijriah. Beberapa tahun di penghujung akhir hayatnya, ia menuju Yamghan, Badakhsan untuk menyendiri di kaki gunung.
Di sana, Nasir Khusraw hidup seorang diri dan terus berkarya dengan menulis buku. Kebanyakan karyanya ditulis selama lima belas tahun tinggal di pegunungan Badakhsan. Nasir Khusraw meninggalkan karya monumental yang masih bisa kita nikmati hingga kini. Di antara karyanya antara lain: Safar Nameh, Khan Ikhwan, Gashayesh Rahai, Jami al-Hikmatain, Zad a-Musafirin, dan Wajh Din.
Pada acara sebelumnya kita sudah mengulas mengenai kitab Safar Nameh yang berisi tentang catatan perjalanannya selama tujuh tahun yang ditulis secara sederhana, tapi memuat informasi rinci dan akurat di zamannya mengenai geografi dan sejarah, termasuk tradisi masyarakat yang dikunjunginya ketika itu.
Dari sekian buku yang ditulisnya tentang teologi, kitab Zad al-Musafir termasuk yang paling terkenal. Buku tersebut ditulis tahun 453 Hijriah. Buku ini terbagi dalam 27 pembahasan.Penulis menjelaskan berbagai ilmu pengetahuan dan filsafat dari masalah materi, ruang dan waktu, jiwa, metafisika, dan logika, hingga ajaran agama non-Islam seperti reinkarnasi dan lainnya.
Buku Zad al-Musafir merupakan salah satu karya terpenting dari pemikiran filsafat Ismailiah. Sebab buku tersebut ditulis oleh seorang ilmuwan yang memiliki kedudukan khusus di kalangan ulama Dinasti Fatimiah Mesir. Buku ini merupakan contoh terbaik dari naskah tua yang berpengaruh di bidang filsafat dalam bahasa Farsi. Di buku ini ditemukan banyak istilah teknis filsafat dalam bahasa Farsi.

Sebagaimana karya Nasir Khusraw lainnya di bidang filsafat dan teologi, Zad al-Musafir disusun dengan genre Nasr era Samanid. Dibandingkan dengan karya lainnya, Zad al-Musafir tampil lebih klasik, meskipun terdapat sejumlah perubahan di era Gaznavid dalam Nasr Farsi yang memberikan pengaruh dalam penulisan buku ini.
Dari sisi penggunaan istilah Farsi, buku Zad al-Musafir memiliki kedudukan khusus. Sebab kitab ini memuat berbagai istilah langka yang jarang dipergunakan dalam naskah-naskah kuno lainnya, bahkan tidak ditemukan dalam buku lain. Selain itu, buku ini juga memuat istilah Farsi yang tepat untuk padanan istilah Arab yang sebagian sangat langka. Urgensi kitab Zad al-Musafir salah satunya terletak pada sejumlah istilah Farsi yang terdapat dalam buku itu yang tidak ditemukan dalam kamus mana pun.
Kitab lain Nasir Khusraw berjudul "Wajh Din", yang termasuk karya penting lainnya yang membahas masalah teologi Ismailiah dan takwil batin serta fiqh ajaran tersebut. Seluruh kitab Nasir Khusraw secara umum disusun secara sederhana, tapi menggunakan bahasa klasik dan teknis yang bersifat filosofis. Oleh karena itu, karyanya merupakan salah satu sumber rujukan yang baik untuk melacak terma filsafat dan kalam dalam bahasa Farsi di naskah klasik Islam. Sebab buku-buku kalamnya ditulis dengan bahasa filsafat, yang membutuhkan pemahaman dasar filsafat. Hingga kini, karya Nasir Khusraw telah dipublikasikan dan tersebar luas.
Buku tersebut menjelaskan mengenai mazhab Ismailiah. Meskipun tahun penulisan buku ini tidak disebutkan dengan jelas, tapi yang bisa dipastikan bahwa buku ini ditulis ketika Nasir Khusraw kembali dari perantauan sejak tahun 453 Hijriah. Sebab dalam buku ini, ia meyinggung karya sebelumnya seperti Zad al-Musafir dan fitnah yang dilancarkan para ulama Khorasan terhadap dirinya.
Nasir Khusraw memberikan perhatian besar terhadap buku ini. Dalam pembukaan buku Wajh Din, ia menulis, "Orang-orang terpelajar bacalah buku ini. Kenalilah agama dan dengan sebenar-benarnya". Karya Nasir Khusraw ini pernah hilang beberapa waktu, tapi akhirnya dua naskahnya ditemukan oleh seorang ilmuwan Rusia di kalangan penganut Ismailiah Shagnan Badakhsan. Kemudian, Seyed Hassan Taqi zadeh membawa copy naskah dari buku ini ke Berlin dan dicetak dengan bantuan profesor Brown.

Jami al-Hikmatain menjadi karya terkemuka lainnya dari Nasir Khusraw. Pada tahun 1333, buku ini diterbitkan berkat kerja keras Mohammad Moin dan Henry Corbin dalam bahasa Farsi dan terjemahan Prancis di Tehran. Sastrawan Iran dan filsuf Prancis ini memberikan pengantar atas buku Jami al-Hikmatain.
Pada awalnya, buku ini ditulis oleh Nasir Khusraw sebagai komentar terhadap kasidah filosofi Khawajeh Abu al-Haitsam Ahmad bin Hassan Jurjani. Nasir Khusraw menulis buku ini atas permintaan Amir Badakhsan, Samsh al-Din Abol Maali Ali Ibn Assad di tahun 463 Hijriah.
Penyair Abu al-Haitsam yang bermazhab Ismailiah, di bagian kasidahnya pada bait 82 mengungkapkan persoalan filosofis. Amir Badakhsan yang juga bermazhab Ismailiah meminta Nasir Khusraw yang berada di Yamghan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Buku ini merupakan salah satu karya penting mengenai pemikiran Nasir khusraw di bidang filsafat. Buku Jami al-Hikmatain membahas tentang filsafat Yunani dan prinsip teologis Ismailiah.
Khawajeh Abu Haitsam dalam kasidahnya berdendang:
Yeki ast sorat har nou ra va nist gazar
Chera keh heiat har sorati bud bisyar
Tampak, tiada satu forma untuk setiap spesies
Karena, bentuknya begitu banyak
Nasir Khusraw menjawab syair tersebut dengan berbagai penjelasan filosofis dan teologi dalam bukunya Jami Al-Hikmatain. Banyaknya istilah teknis filsafat berbahasa Farsi dalam buku tersebut, menyebabkan Jami Al-Hikmatain hingga kini masih menjadi perhatian para peneliti filsafat Islam yang serius menelaah teks klasik pemikiran Islam.
Dua risalah berjudul "Khan al-Ikhwan" dan "Ghesayesh Rahai" merupakan karya lain dari Nasir Khusraw. Naskah tulisan tangan buku ini hingga kini tersedia di perpustakaan Hagia Sophia Turki. Pada tahun 1940, Yahya al-Hasyab pertama kali menerbitkannya berdasarkan naskah tersebut di Kairo.
Cetakan kedua dilakukan editing oleh Saeed Nafisi dan dicetak di kota Bombai pada tahun 1950. Para peneliti meyakini karya Nasir Khusraw "Ghasayesh Rahai (Jalan Keselamatan Terbentang) menunjukkan tanda-tanda kepemimpinan yang jelas yang diungkapkan penulisnya mengenai gerakan Ismailiah di zamannya. Dalam buku tersebut, Nasir Khusraw mengungkapkan tiga puluh masalah dalam bentuk tanya jawab dengan bahasa yang mudah dipahami dan logis. Buku ini menjelaskan cara orang-orang mukmin dalam mengatasi masalah sulit yang mereka hadapi.
Selain berbagai karya tersebut, Nasir Khusraw juga memiliki karya lain seperti Bustan al-Uqul, Kitab al-Miftah wa al-Misbah, Dalil al-Mutaahirin, Kitab Ajaib al Sanaah, Lisan al-Alam, al-Ikhtiar al-Imam wa Ikhtiar al-Iman, Kitab al-Dalil, Gharaib al-Hisab wa Ajaib al-Hisab. Tapi sayangnya buku-buku berharga tersebut tidak sampai ke tangan kita saat ini.
Tidak hanya itu, ada beberapa buku lainnya yang dinisbatkan kepada Nasir Khusraw seperti Sir al-Asrar, Eksir Azam dan Qanun Azam. Tapi beberapa buku tersebut masih diperselisihkan oleh para sejarawan, apakah memang ditulis Nasir Khusraw atau bukan.