Lintasan Sejarah 3 Februari 2016
Hari ini, Selasa tanggal 3 Februari 2016 yang bertepatan dengan penanggalan Islam 23 Rabiul Tsani 1437 Hijriah Qamariah. Sementara menurut kalender nasional Iran, hari ini tanggal 14 Bahman 1394 Hijriah Syamsiah. Berikut ini peristiwa bersejarah yang terjadi di hari di tahun-tahun yang lampau.
Sultan Mahmud Ghaznawi Wafat
1016 tahun yang lalu, tanggal 23 Rabiul Tsani 421 Hq, Sultan Mahmud Ghaznawi, Raja Ketiga Dinasti Ghaznawi meninggal dunia.
Sultan Ghaznawi sejak tahun 387 Hq setelah mengalahkan saudarahnya Ismail, berhasil merebut kekuasaan. Ia juga berhasil mengalahkan para gubernur Dinasti Shafari, Samani, Ali Buyeh, Ali Ziyar dan Khorazmshahian di Utara dan Timur Iran lalu menguasainya.
Sultan Mahmud Ghaznawi secara perlahan-lahan melakukan perluasan dan banyak daerah yang dikuasainya. Ia menyerang India sebanyak dua belas kali, tapi sebelum pergi ke Rey dan setelah berkuasa selama 34 tahun, ia meninggal dunia akibat penyakit TBC.
Sultan Ghaznawi merupakan raja yang independen dan merupakan pribadi besar dari Dinasti Ghaznawi. Ia terkenal dengan keberanian dan perluasan kekuasaan dalam sejarah Islam. Perang yang dilakukannya terhadap India dan pampasan perang yang didapatkan dari negara ini serta berkumpulnya ulama dan para penyair di istananya membuat namanya terkenal di mana-mana.
Abu Shamah Lahir
838 tahun yang lalu, tanggal 23 Rabiul Tsani tahun 599 Hijriah, Shihabuddin Abdurrahman Dimashqi Muqaddasi, yang terkenal dngan nama Abu Shamah, terlahir ke dunia di kota Damaskus, Syria. Abu Shamah adalah seorang cendikiawan dan ulama terkemuka di Damaskus.
Dia menuntut ilmu-ilmu agama di Iskandariah, Mesir. Abu Shamah meninggalkan banyak karya penulisan, di antaranya berjudul Mukadimah Ilmu Nahwu dan Sejarah Ringkas Kota Damaskus. Namun sayang sekali sebagian besar karya Abu Shamah hancur dalam kebakaran yang menimpa perpustakaan besar yang dimilikinya.
Terusan Suez Diserang Jerman
101 tahun yang lalu, tanggal 3 Februari tahun 1915, dalam era Perang Dunia I, Terusan Suez yang saat itu berada di bawah kekuasaan Inggris, diserang oleh pasukan bersama Jerman dan Ottoman. Posisi Terusan Suez yang sangat strategis, yaitu menghubungkan Lautan Mediterania dengan Lautan Merah, menjadikan terusan ini objek rebutan antara pasukan Sekutu dan Axis.
Inggris yang khawatir kehilangan kontrol atas Terusan Suez, karena akan membahayakan daerah-daerah koloninya di Asia, berusaha mati-matian mempertahankan Terusan ini. Akhirnya pasukan aliansi Jerman dan Ottoman terpaksa menelan kekalahan dan terusan itu tetap berada di bahwa kekuasaan Inggris sampai tahun 1956 ketika dinasionalisasi oleh Presiden Mesir saat itu, Gamal Abdul Naser.
Tentara AS Menginvasi Kepulauan Marshall
72 tahun yang lalu, tanggal 3 Februari tahun 1944, tentara AS menginvasi Kepulauan Marshall di Lautan Pasifik. Kepulauan ini sebelumnya berada di bawah kekuasaan Jepang sejak tahun 1914, dalam era perang Dunia I.
Perjanjian Versailles yang mengakhiri Perang Dunia I, menetapkan bahwa pulau-pulau yang semula dikuasai Jerman, termasuk kepulauan Marshall, Carolina, dan Mariana, harus diserahkan kepada Jepang di bawah pengawasan Liga Bangsa-Bangsa. Namun, Jepang keluar dari Liga Bangsa-Bangsa pada tahun 1933 dan menjadikan kepulauan di Pasifik tersebut sebagai pangkalan militer.
Selama Perang Dunia II, kepulauan ini menjadi sasaran serangan pasukan Sekutu dan akhirnya pada tanggal 3 Februari, kepulauan Marshall jatuh ke tangan AS dengan mengorbankan nyawa sekitar 40 tentara Amerika.
Imam Khomeini Akan Bentuk Pemerintahan Sementara
37 tahun yang lalu, tanggal 14 Bahman 1357 Hs, dua hari setelah kembalinya Imam Khomeini ke Iran, beliau mengadakan jumpa pers dengan para wartawan. Dalam kesempatan itu, Imam Khomeini menjelaskan bahwa pemerintahan Revolusi Islam akan segera dibentuk dengan tugas untuk mempersiapkan pelaksanaan referendum.
Referendum ini direncanakan akan diadakan setelah disusunnya undang-undang dasar Republik Islam. Selain itu, Imam Khomeini juga menyatakan akan mengeluarkan fatwa jihad kepada rakyat Iran, bila tindakan represif pemerintahan Perdana Menteri Shapour Bakhtiar masih diteruskan. Imam Khomeini juga menyerukan kepada angkatan bersenjata Iran agar bergabung dengan rakyat untuk mendukung revolusi Islam.
Ayatullah Abdurrasul Ghaemi Wafat
22 tahun yang lalu, tanggal 14 Bahman 1372 Hs Ayatullah Sheikh Abdurrasul Ghaemi meninggal dunia dalam usia 97 tahun dan dimakamkan di komplek suci Sayidah Fathimah as di kota Qom.
Ayatullah Abdurrasul Ghaemi lahir pada 1275 Hs di sebuah desa bagian dari Isfahan. Setelah melewati masa kanak dan remaja, beliau pergi ke Isfahan untuk melanjutkan pendidikan agama dan setelah beberapa tahun pergi ke Najaf, Irak. Selama di Irak beliau belajar kepada ulama besar seperti Ayatullah Sayid Abolhassan Isfahani. Beberapa tahun menimba ilmu, beliau diperintah oleh gurunya ke kota Abadan untuk menghadapi propaganda pengikut Komunis dan Bahai.
Beliau melaksanakan perintah gurunya dengan baik hingga akhir hidupnya dan sempat mendirikan Hauzah Ilmiah Abadan, panti asuhan bagi anak-anak yatim, mendirikan sejumlah masjid dan pusat aktivitas agama untuk perempuan.
Sebelum kemenangan Revolusi Islam Iran, beliau menjadi rujukan para pejuang dan beliau menyelamatkan mereka yang dikejar oleh rezim Shah ke luar negeri.
Ayatullah Ghaemi menjadi wakil penuh dari para marji besar seperti Sayid Abolhassan Isfahani, Sayid Hosseon Boroujerdi, Sayid Muhsin al-Hakim, Sayid Abulqasim Khui, Sayid Mohammad Reza Golpaygani dan Imam Khomeini ra akhirnya memilih kembali ke Isfahan dan aktif menuntun masyarakat di sana hingga meninggal dunia.