Perkembangan Iptek di Iran dan Dunia (4)
-
Teknologi medis
Pada bagian ini akan diulas singkat mengenai metode standar pertama untuk mendeteksi indera penciuman dan berbagai keberhasilan para peneliti Republik Islam Iran di bidang medis dan ilmu kedokteran.
Dalam dunia sains dan teknologi, setiap hari peralatan baru dibuat atau ditemukan untuk menunjang dan membantu kehidupan manusia setiap harinya. Dalam konteks ini, para peniliti Iran baru-baru ini merancang alat pendeteksi penciuman yang merupakan metode standar pertama untuk dievaluasi indera penciuman secara kuantitatif.
Perangkat deteksi indera penciuman ini dirancang untuk tes sederhana dan untuk menunjukkan adanya gangguan atau tidak dalam indera penciuman seseorang. Alat pendeteksi penciuman yang dirancang peneliti Iran digunakan untuk gangguan yang disebabkan polusi udara dan memprediksi penyakit-penyakit syaraf pusat seperti Parkinson dan Alzheimer. Alat ini juga untuk mendiagnosa malingering hilangnya indera penciuman dalam ilmu kedokteran forensik dan mengevaluasi gangguan pertumbuhan anak seperti autis, hiperaktif dan kurangnya konsentrasi.
Selain itu, alat tersebut juga digunakan untuk mengevaluasi kinerja indera penciuman dan mendeteksi gangguan penciuman yang umumnya digunakan di klinik-klinik, pusat kesehatan, penelitian dan skrining (screening) individu untuk ketrampilan kerja. Para peneliti di bidang ini berusaha memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat dengan cara mengoperasikan alat itu di berbagai klinik tes penciuman.
Sementara itu, peneliti-peneliti Iran di Royan Institute telah membuktikan bahwa tingkat tinggi Apolipoprotein A1 merupakan salah satu penyebab infertilitas (ketidaksuburan) pada wanita yang menderita sindrom ovarium polikistik. Sebuah jenis protein yang disebut sebagai Apolipoprotein A1 baru-baru ini diidentifikasi sebagai jenis protein yang mengurangi tingkat keberhasilan untuk embrio yang diterima di endometrium.
Para peneliti Iran di Royan Institute telah menjelankan eksperimen bahwa jumlah Apolipoprotein A1 yang diekspresikan pada Ribonucleic Acid (RNA) dan protein telah diukur dan dibandingkan dalam 10 wanita sehat dan 15 wanita yang menderita sindrom ovarium polikistik. Hasil penelitian yang dipublikasikan di majalah internasional, “Riset dalam Ilmu Kedokteran” menunjukkan bahwa “ekspresi” Apolipoprotein A1 pada wanita yang terjangkit sinrom ovarium polikistik secara signifikan lebih tinggi daripada wanita yang sehat.
Di sisi lain, pada wanita yang sehat, jumlah ekspresi protein ini berbeda dalam berbagai tahap siklus menstruasi dan mencapai tingkat minimum ketika rahim siap menerima embrio. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa jumlah yang lebih tinggi dari protein ini adalah salah satu penyebab ketidaksuburan pada wanita yang menderita sindrom ovarium polikistik.
Para peniliti di University of Michigan Health System telah mengidentifikasi protein yang membantu sel-sel kanker ovarium berkembang biak dan menyebar. Dengan menghalanginya dengan suatu zat anti-bodi baru, mereka memperlambat pertumbuhan kanker dan menghentikannya dari metastatis. Metastatis adalah penyebaran kanker dari suatu organ tubuh ke organ tubuh lain seperti ke otak, tulang, paru-paru atau hati.
Penemuan tersebut memiliki potensi untuk mengarah pada pengobatan guna mencegah atau membatasi kanker ovarium pada wanita berisiko tinggi. Dalam hal ini, para peneliti mengamati EGFL6. EGFL6 adalah faktor pertumbuhan yang mendorong pertumbuhan sel dan mengatur sel induk. Faktor ini terkenal karena perannya dalam folikel rambut. Para peneliti menduga hal itu juga mungkin memainkanperan dalam sel induk kanker ovarium.
Ketika para peneliti memicu EGFL6 di sel-sel kanker ovarium, EGFL6 merangsang kanker untuk tumbuh dua sampai tiga kali lebih cepat. Namun ketika mereka menghilangkan EGFL6, tumor tumbuh sangat buruk, yaitu sekitar empat kali lebih lambat. Mereka menemukan bahwa EGFL6 bertindak secara khusus pada sel-sel induk kanker. Sel-sel kanker induk ini diyakini sebagai “bahan bakar” pertumbuhan dan penyebaran kanker. Mereka sering resisten terhadap kemoterapi dan radiasi perawatan saat ini.
Di Universitas Semnan, salah satu peneliti Iran yang memanfaatkan Karbon Nanotube, berhasil membuat sebuah polimer nankomposit yang memiliki kekhususan perlindungan, dimana setelah terjadi perubahan bentuk, akan kembali ke bentuk aslinya. Polimer nanokomposit jenis ini digunakan di industri otomotif dan kedirgantaraan. Bahkan perlindungan yang ada di polimer ini jika kita panaskan ke suhu tertentu, mampu pulih ke bentuk aslinya.
Salah satu masalah dalam industri otomotif adalah rusaknya bumper mobil atau perubahan warnanya akibat kecelakaan. Kecelakaan biasanya menyebabkan kerusakan bumper, dimana untuk memperbaikinya, bumper ini harus diganti seluruhnya, atau jika kelengkungannya terlalu banyak, maka untuk mengembalikannya ke bentuk semula harus ada perubahaan bentuk. Namun dengan menggunakan polimer nanokomposit tersebut, bumper mobil yang rusak akan kembali ke bentuk aslinya dengan proses pemanasan dan tanpa harus menggantinya.
Para peneliti di Universitas Azad Iran dalam penelitian laboratoriumnya berhasil membuat bahan katun yang memiliki berbagai manfaat seperti melindungi dari radiasi Sinar Ultraviolet (UV), Self-Cleaning, tahan apai, anti-bakteri, anti-air dan minyak dan konsuktivitas listrik. Karena tingginya konsumsi bahan katun dan intoxic (tidak beracunnya) nanopartikel zirkonium oksida, maka bahan ini bisa digunakan di rumah sakit, industri busana dan pakaian, dan juga tempat-tempat di mana terjadi kemungkinan kebakaran. Dalam penelitian yang menggunakan metode sederhana ini, diproduksi bahan katun dengan karateristik yang sangat baik dan tahan luntur.
Di sisi lain, para peneliti Iran berhasil mencapai pengetahuan untuk memproduksi obat anti-kanker bernama Carboplatin. Mereka mengatakan, pelaksanaan proyek di bidang ilmu ini bertujuan untuk memproduksi obat lokal yang efektif guna mengurangi ketergantungan kepada negara-negara asing.
Mahboubeh Eslami-Moghadam, peneliti dari Unibersitas Sains dan Teknologi Iran telah bekerja di sektor penelitian tersebut selama lebih dari satu tahun. Ia mengatakan, Carboplatin yang dijual di bawah nama perdagangan Paraplatin adalah obat kemoterapi yang digunakan untuk beberapa jenis kanker terutama karsinoma ovarium, paru-paru, kanker kepala dan leher, endometrium, seofagus, kandung kemih, payudara dan lain sebagainya.
Menurut peneliti muda Iran itu, beberapa negara telah berhasil mencapai pengetahuan untuk memproduksi obat ini dan Iran akan melokalisasi produksi massal dalam waktu kurang dari satu tahun. Ia menegaskan bahwa para peneliti Iran tetap memperhatikan standar dan proses sesuai dengan persyaratan internasional. Carboplatin tergolong obat Cytotoxic chemotherapy dan lebih spesifiknya adalah alkylating. Obat ini dapat digunakan tanpa atau dengan obat lain untuk menekan pertumbuhan sel kanker.
Carboplatin biasanya diberikan melalui vena (intravena) selama 15 menit oleh ahli kesehatan. Dosis obat tergantung pada kondisi kesehatan, berat badan dan respon tubuh pasien terhadap pengobatan. Normalnya, obat ini tidak boleh diberikan lebih dari empat kali seminggu. Hingga sekarang, hanya beberapa negara saja yagn mampu memproduksi jenis obat tersebut. Sebelumnya, Iran setiap tahun juga mengimpor antara 5-8 kg obat anti-kanker Carboplatin yang dikemas dalam botol 5 gram. Namun kini, para peneliti negara ini mampu memproduksi obat tersebut hanya dengan sepertiga biaya sampel asing.