Mengenal Potensi Pasar Iran (29)
Setelah ditemukannya plastik di pertengahan abad ke 19, kehidupan umat manusia mengalami perubahan besar. Industri ini di Iran memiliki latar belakang yang menarik.
Di sejarah penemuan umat manusia, produksi polimer tercatat sebagai penemuan paling memukau manusia. Polimer hasil dari jerih payah pemikiran, inovasi dan impian umat manusia. Banyak tokoh sepanjang sejarah yang berusaha membuat beragam produk dengan memurnikan unsur dan susunan polimer melalui reaksi kimia. Pencapaian manusia membuat polimer sama halnya dengan terealisasinya impian manusia.
secara umum pengertian polimer adalah senyawa yang terbentuk dari penggabungan unit molekul-molekul kecil sehingga jumlahnya menjadi semakin banyak. Unit molekul kecil disebut dengan monomer. Polimer akan terbentuk apabila 100 atau 1.000 unit monomer saling berikatan dalam suatu rantai.
Sebenarnya, polimer ini telah digunakan oleh manusia sejak abad-abad sebelumnya dalam bentuk aspal, minyak, damar dan permen karet. Perindustrian polimer baru mulai berkembang pada masa revolusi industri. Pada akhir tahun 1830-an, Charles Goodyear berhasil memproduksi karet alami melalui proses vulkanisasi. Setelah 40 tahun kemudian, Celluloid berbentuk plastik keras dari nitrocellulose berhasil dikomersialisasikan. Dan pada tahun 1930-an, diperkenalkan vinyl, neoprene, polystyrene dan nilon.
Apa saja jenis-jenis polimer dan contohnya ? Polimer merupakan istilah yang lebih dikenal sebagai unsur plastik. Penggolongan polimer berdasarkan asalnya digolongkan menjadi 3 kelompok yakni :
- Polimer Alami adalah polimer yang berasal dari bahan alam seperti kapas, kayu, karet alam, kulit binatang dan rambut.
- Polimer Semi Sintetik adalah jenis polimer yang berasal dari hasil dari modifikasi polimer alam dan bahan kimia.
- Polimer Sintesis adalah polimer hasil buatan tangan manusia. Contoh polimer sintetis adalah homopolimer dan kopolimer.
Polimer merupakan asas terbentuknya plastik. Sebelum manusia mampu memproduksi polimer sintesis, polimer alami terbentuk dari bahan alam seperti selulosa, protein, karet, aspal dan tar. Manusia untuk waktu yang lama memanfaatkan polimer alami (getah) untuk membuat peralatan hidup dan senjata.
Tapi di pertengahan abad ke 19, seiring dengan produksi plastik, kehiudupan umat manusia mengalami perubahan besar. Struktur bahan plastik didasari unsur kimia yang ada di alam seperti karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, klor dan sulfur. Unsur ini diperoleh dari bahan bakar fosil (minyak dan gas), udara, air dan bahkan tumbuhan yang hidup.
Plastik pertama kali diperkenalkan oleh Alexander Parkes pada tahun 1862 di sebuah ekshibisi internasional di London, Inggris. Plastik temuan Parkes disebut parkesine ini dibuat dari bahan organik dari selulosa.
Parkes mengatakan bahwa temuannya ini mempunyai karakteristik mirip karet, namun dengan harga yang lebih murah. Ia juga menemukan bahwa parkesine ini bisa dibuat transparan dan mampu dibuat dalam berbagai bentuk. Sayangnya, temuannya ini tidak bisa dimasyarakatkan karena mahalnya bahan baku yang digunakan.
Sejak tahun 1950-an plastik menjadi bagian penting dalam hidup manusia. Plastik digunakan sebagai bahan baku kemasan, tekstil, bagian-bagian mobil dan alat-alat elektronik. Dalam dunia kedokteran, plastik bahkan digunakan untuk mengganti bagian-bagian tubuh manusia yang sudah tidak berfungsi lagi. Pada tahun 1976 plastik dikatakan sebagai materi yang paling banyak digunakan dan dipilih sebagai salah satu dari 100 berita kejadian pada abad ini.
Istilah selulosa kemudian menjadi semakin terkenal ketika John Wesley Hyatt menemukan jenis terbaru serat ini. Penemuannya itu terjadi pada 1869 ketika dia mencampur selolusa organik dengan alkohol. Salah satu hasilnya adalah ketika bola biliar yang semula terbuat dari semen digantikan dengan bahan temuan Hyatt ini. Sayangnya, temuan Hyatt dianggap kurang bagus sebab jenis plastik ini sangat mudah meleleh di udara panas dan akhirnya bentuknya rusak. Namun, di sisi lain, temuan Hyatt ini kemudian sangat fenomenal dalam perkembangan dunia fotografi. Ketika selulosa dijadikan bahan pembuat film yang kemudian disebut seluloid pada awal 1900.
Dalam waktu hampir bersamaan, tepatnya 1897, muncul jenis plastik lain bernama formaldehyde resins atau disebut bakelit. Tidak jelas siapa penemunya. Namun, jenis plastik ini kemudian disebut sebagai plastik modern. Sifatnya lebih lunak dan mirip serbuk. Salah satu produk yang terkenal ketika itu adalah ketika jenis ini digunakan sebagai campuran pembuat kapur tulis.
Pada 1899, Arthur Smith, seorang ilmuwan Inggris, juga membuat temuan jenis plastik baru bernama phenol formaldehyde. Plastik jenis ini mencampur antara formaldehyde resin dengan teknik pembuatan dengan elektrisitas (listrik). Plastik milik Smith bersifat lebih keras dan kaku.
Secara garis besar, pada 1839 – 1894 merupakan era kemunculan plastik jenis semisintetis. Pada era ini pula, tepatnya 1872, plastik khusus pipa air atau disebut polyvinyl chloride (PVC) ditemukan oleh Eugen Baumann.
Sedangkan pada awal abad ke-20 (1908 – 1932) merupakan era paling produktif munculnya jenis-jenis plastik, mulai dari plastik yang kemudian dijadikan benang (nilon), PVC yang lebih elastis, hingga “si busa putih bernama Styrofoam temuan Ray McIntire pada 1954”.
Memasuki era modern, 1940 – 1980, material pembuat plastik bukan hanya dari selulosa, alkohol, atau resin, namun ada yang dicampur kristal. Yang sifatnya kaku, awet, dan bening transparan seperti kristal. Plastik jenis ini kemudian banyak digunakan sebagai kaca lampu kendaraan atau lampu-lampu lainnya.
Iran yang memiliki cadangan minyak besar, industri perminyakatan dan petrokimia tercatat sebagai salah satu produsen bahan plastik terbesar di dunia. Plastik merupakan salah satu produk olahan petrokimia dan menempati posisi teratas di antara produksi petrokimia.
Industri petrokimia merupakan salah satu industri terpenting bagi pengembangan ekonomi dan sosial negara-negara penghasil minyak dan gas. Salah satu prioritas investor di Iran, meski negara ini memiliki cadangan besar gas dan minyak, adalah pengembangan industri petrokimia.
Mengingat bahan utama petrokimia adalah gas, dan Iran dalam hal ini memiliki keunggulan dalam persaingan. Kandungan tingga etana di gas alam Iran, besarnya pasar dalam negeri dan keragaman petrokimia Iran, merupakan keunggulan lain industri petrokimia negara ini.
Mengingat potensi tinggi industri petrokimia Iran, sejumlah tokoh seperti Alastair Henman, penasehat investasi meyakini, "Ada peluang besar investasi di Iran. Iran memiliki infrastruktur produksi sangat tepat dan dalam jangka panjang akan menjadi negara yang mengekspor banyak produk petrokimia."
Tahun 2014, saham Iran di produksi petrokima di Timur Tengah sekitar 25 persen. Setiap tahun lebih dari lima juta ton bahan baku polimer diproduksi di Iran dan lebih dari satu juta tonnya adalah plastik. Dewasa ini berbagai produk diproduksi lebih dari 50 perusahaan petrokimia di berbagai bidang seperti peralatan rumah tangga, industri tekstil dan otomotif.
Aktivis sektor ini berusaha menjual produk yang memiliki nilai tambah ke pasar dengan menanam investasi lebih besar di industri menengah dan kecil sebagai industri dukungan dan produsen bahan baku dengan memanfaatkan teknololgi maju.
Selain industri plastik, Iran juga memiliki produk melamin yang tercatat sebagai produsen melamin ketiga dunia. Selama tahun lalu produsen melamin Iran berhasil menjual berbagai produknya ke pasar negara-negara kawasan Teluk Persia, Eropa Timur, Afrika Selatan dan Amerika Selatan dengan inovasi baru kualitas dan bentuk serta membangun laboratorium kontrol kualitas di berbagai unit produksi.
Tak diragukan bahwa keberadaan plastik di dunia saat ini telah memudahkan kehidupan kita. Tapi produksi besar-besaran dan perusakan lingkungan karena plastik tidak dapat larut, menjadikan produk ini sebagai sumber polusi lingkungan dan ancaman bagi kehidupan di bumi.