Mar 06, 2019 11:02 Asia/Jakarta
  • Lintasan Sejarah 6 Maret 2019

Hari ini, Rabu 6 Maret 2019 bertepatan dengan 28 Jumadil Tsani 1440 Hijriah atau menurut kalender nasional Iran, hari ini tanggal 15 Isfand 1397 Hijriah Syamsiah. Berikut kami hadirkan beberapa peristiwa bersejarah yang terjadi pada hari ini di masa lampau.

Abul Qasim Syatibi Wafat

850 tahun yang lalu, tanggal 28 Jumadil Tsani 590 HQ, Abul Qasim Syatibi ulama dan pembaca al-Quranul Karim asal Mesir, meninggal dunia. Meskipun buta, Syatibi yang termasyhur dengan nama Imamul Qurra'. Selain menguasai ilmu pembacaan al-Quran, juga menguasai ilmu tajwid, nahwu, tafsir Quran, hadis, bahasa, dan ilmu-ilmu agama lainnya. Dia juga sangat banyak menghapal hadis.

Abul Qasim Syatibi banyak meninggalkan karya di antaranya "Qasidah Syatibiah" yang berisi berbagai masalah tajwid dan telah dicetak berkali-kali di Mesir dan India.

 

Peta Ghana

Ghana Merdeka

62 tahun yang lalu, tanggal 6 Maret 1957,  rakyat Ghana di bawah pimpinan Dokter Kwane Nkrumah, akhirnya berhasil meraih kemerdekaan mereka. Ghana sejak abad ke 15 dijajah oleh Portugis. Kemudian, pada tahun 1874, negara yang dijuluki Pantai Emas karena memiliki tambang emas yang kaya itu, jatuh ke tangan Inggris.

Perjuangan rakyat Ghana pada pertengahan abad ke-20, membuat Inggris terpaksa memberikan status otonomi kepada Ghana dan pada tahun 1952, diadakan pemilu yang  behasil menetapkan Nkrumah sebagai Perdana Menteri.

Dua tahun berikutnya, Nkrumah memproklamasikan kemerdekaan negerinya. Ghana menjadi negara Afrika pertama yang merdeka dan menjadi anggota PBB.

 

Saddam Hussein langgar perjanjian Aljazair

Iran-Irak Tandatangani Perjanjian Aljazair Soal Perbatasan

44 tahun yang lalu, tanggal 15 Isfand 1353 HS, Iran dan Irak menandatangani perjanjian Aljazair soal perbatasan. Ketika kepala-kepala negara pengekspor minyak, OPEC mengadakan pertemuan di Aljazair dari tanggal 13 hingga 15 Isfand 1353 HS yang bertepatan dengan tanggal 4 hingga 6 Maret 1975, pada tanggal 15 Isfand 1353 HS (6 Maret 1975) Iran dan Irak dalam sebuah pernyataan bersama mengumumkan kesepakatan terkait perbatasan kedua negara. Iran dan Irak bersedia untuk menciptakan keamanan dan saling percaya di garis perbatasan kedua negara.

Iran dan Irak memutuskan untuk membangun hubungan baik dan bersahabat, khususnya untuk menghilangkan pandangan negatif kedua negara dan menciptakan kerjasama guna melindungi keduanya dari campur tangan pihak-pihak asing. Guna melaksanakan keputusan ini, menteri luar negeri Iran, Irak dan Aljazair melakukan sejumlah pertemuan guna menyusun dan menandatangani dokumen perjanjian Aljazair. Akhirnya, pada tanggal 23 Khordad 1354 HS (13 Juni 1975) kedua pihak menandatangani perjanjian tersebut.

Hubungan Iran dan Irak meningkat luar biasa pasca perjanjian Aljazair. Terlebih lagi setelah kedua negara telah mengambil keputusan tegas untuk melaksanakan seluruh isi perjanjian tersebut demi mengakhiri segala perselisihan kedua negara sejak dahulu.

Tapi perjanjian Aljazair ini tidak bertahan lebih dari lima tahun dan pada bulan Shahrivar 1359, rezim Saddam Husein melanggar perjanjian ini dan menyerang daerah-daerah Iran yang berbatasan dengan irak. Rezim Baath Irak memaksakan perang selama 8 tahun terhadap Iran. Perang berakhir dan rezim Saddam menelan kekalahan memalukan dan Saddam Husein akhirnya mengakui kembali perjanjian Aljazair.

 

Tags