Jun 26, 2019 13:47 Asia/Jakarta
  • Kelompok minoritas Yahudi yang melakukan demo anti-Zionis di AS
    Kelompok minoritas Yahudi yang melakukan demo anti-Zionis di AS

Pada abad kedua puluh, banyak imigran dari seluruh dunia membanjiri Amerika Serikat, yang sebagian dari para imigran itu berkulitkuning dari kawasan Asia Timur. Banyak dari imigran berasal dari pria dan wanita Cina, Thailand dan Vietnam yang bermigrasi untuk bekerja di Amerika Serikat.

Saat ini, minoritas kulit kuning di Amerika dibentuk dari anak-anak dan generasi berikutnya dari imigran dan para imigran dalam beberapa tahun terakhir, dimana sering bekerja dengan upah yang sangat rendah dengan kerja yang keras, terutama di sektor konstruksi. Terlepas dari peran penting yang mereka mainkan dalam mengembangkan Amerika Serikat, akibat penghasilan yang rendah, mereka terpaksa melewati kehidupannya di daerah-daerah miskin, yang dengan sendirinya menjadi alasan untuk selalu terpapar sikap diskriminasi dan kekerasan polisi.

Aksi demo warga kulit hitam dan kuning menolak kekerasan polisi

Pada tahun 1999, Danny Dunn, seorang pria paruh baya yang menderita gangguan mental, dibunuh di kota Kern, California dalam serangan brutal polisi di pusat penahanan. Insiden itu terjadi ketika tiga petugas polisi, Danny Dan, yang tidak memiliki keseimbangan psikologis dan kekuatan mengambil keputusan, ditangkap dan dipukuli kemudian dipindahkan ke pusat penahanan, di mana mereka pertama kali menghancurkan pandangannya dengan semprotan merica. Kemudian, para petugas polisi mengikat kedua tangan Danny dari belakang, mereka kemudian menduduki pinggangnya lalu dengan penuh kekasaran mereka memukulnya sampai kehilangan kesadaran.

Setelah Danny Dumn kehilangan kesadarannya, polisi memindahkannya ke rumah sakit, tapi sebelum sampai ke rumah sakit ia telah terlebih dahulu meninggal dunia .Dalam laporan otopsi mayat Danny Dunn, penyebab kematian diumumkan dikarenakan pendarahan internal dan kerusakan pada ginjal dan hatinya akibat, tentu saja, pukulan bertubi-tubi petugas polisi ke badannya. Namun, pengadilan menganggap kematiannya sepenuhnya tiba-tiba dan membebaskan tiga petugas polisi kriminal tersebut.

Dalam contoh lain dari jenis insiden ini, pada tanggal 13 Juli 2003, kekerasan polisi yang tidak masuk akal terhadap seorang wanita kulit kuning yang menyebabkan kematiannya, yang membangkitkan kemarahan dan protes komunitas Asia-Amerika. Dalam insiden ini, Cau Thi Bich Tran, seorang wanita berkulit kuning berusia 25 tahun, berasal dari Vietnam dan ibu dari dua anak, ditembak oleh petugas polisi kulit putih bernama Chad Marshall di dalam rumahnya di San Jose, California.

Insiden itu terjadi ketika dua petugas polisi pria kulit putih mendapat pengaduan dan keluhan dari tetangga wanita kulit kuning ini akan suara bising bayi. Kedua polisi tanpa memperke tanpa memperkenalkan diri tiba-tiba memasuki rumahnya. Ibu muda dan tak berdaya ini tentu saja sangat ketakutan, terkejut dan marah. Dengan bahasa Inggris yang lemah dan terpatah-patah, ia meminta dua petugas polisi untuk meninggalkan rumahnya. Tetapi salah satu dari mereka, Chad Marshall, menembak wanita itu ketika sedang mengangkat piring dari meja. Ia menembaknya berkali-kali sekalipun tahun wanita itu sudah terjatuh. Petugas polisi pembunuh itu ketika menjustifikasi perbuatannya mengatakan dia merasa bahaya ketika wanita itu mengangkat piring dari atas meja.

Sejatinya, Cau Thi Bich Tran, seorang wanita berusia 25 tahun dibunuh di rumahnya oleh seorang polisi kulit putih dengan timah panas hanya dikarenakan bayinya menangis. Peristiwa malang ini diikuti oleh protes publik besar-besaran di Amerika Serikat. Terlepas dari protes ini, polisi AS bukan hanya tidak menghentikan kekerasan mereka terhadap orang kulit berwarna, tetapi kekerasan terhadap warga bekulit kuning terus berlanjut di tahun-tahun berikutnya. Sebagai contoh, Kang Chun Wong, pria berkulit kuning Asia berusia 84 tahun, terluka parah oleh polisi pada 20 Mei 2017 ketika hendak menyeberang jalan di Manhattan, New York.

Pria tua itu dipukuli secara brutal oleh polisi New York saat berjalan-jalan, tanpa alasan untuk memukul. Keberlanjutan kejahatan semacam itu terhadap minoritas mencerminkan rasisme yang terus terjadi dalam masyarakat Amerika, dan khususnya polisi dan pengadilan negara ini. Seperti yang ditunjukkan oleh jajak pendapat televisi CNN pada 2013, sekitar 83 persen orang Amerika, masih di abad ke-21, menganggap rasisme sebagai salah satu masalah utama masyarakat Amerika.

Kang Chun Wong, 84 tahun, warga kulit kuning yang dipukuli polisi saat berjalan di New York

Kajian dan studi menunjukkan bahwa minoritas ras, etnis dan agama minoritas lebih rentan terhadap kekerasan polisi daripada warga negara Amerika lainnya. Terutama jika penampilan seseorang dari warna kulit hingga gaya berpakaian dan pakainnya mengungkapkan keyakinannya atau atau keperceyaannya akan satu agama atau etnis tertentu, maka kemungkinan ia akan mengalami lebih banyak kekerasan dan perlakuan diskriminatif oleh polisi AS jauh lebih mungkin.

Pada saat yang sama, kekerasan terhadap minoritas dan diskriminasi etnis dan ras di Amerika Serikat dapat dilihat di hampir setiap lingkungan sosial dan fisik. Di jalan-jalan, stadion, bioskop, kantor-kantor publik dan swasta, di pengadilan dan penjara, dan bahkan di sekolah-sekolah.

Terlepas dari upaya berkelanjutan dari eksekutif dan yudisial Amerika Serikat untuk menyembunyikan bentrokan polisi dengan orang kulit berwarna dan minoritas, yang dalam banyak kasus menyebabkan mereka terbunuh atau cacat fisik dan psikologis, hari ini pengungkapan serangan-serangan ini melalui Internet dan jejaring sosial semakin meluas dikarenakan kemudahan menggunakan ponsel pintar telah menyebabkan penyebaran informasi dan semakin kompak gerakan-gerakan protes sipil di seluruh Amerika Serikat.

Sebagai contoh, pada bulan September 2018, ribuan warga yang menolak rasisme di Amerika Serikat, dengan bantuan informasi publik yang tersebar luas melalui jejaring sosial, dapat berkumpul bersama dalam acara United Aid di Washington dan mengadakan demonstrasi protes besar-besaran di Bundaran Freedom di kota ini, yang kemudian direfleksi luas oleh media-media AS dan dunia. Demonstrasi itu berlangsung pada peringatan hari ulang tahun kerusuhan yang dilakukan pendukung keunggulan kulit putih di Charlottsville dan sebagai bentuk kecaman terhadap kerusuhan tersebut. Para peserta demonstrasi besar-besaran di Washington mengutuk klaim bahwa kulit putih lebih unggul di Amerika Serikat dan menyerukan untuk mengakhiri rasisme di negara ini.

Demo anti Rasisme di peringatan setahun kerusuhan di Charlottsvill

Di antara minoritas di Amerika Serikat, status Yahudi minoritas benar-benar berbeda. Banyak para pemilik modal dan pemilik media berpengaruh di Amerika Serikat adalah orang Yahudi. Selama bertahun-tahun, mereka telah bekerja dengan propaganda media dan pengaruh di pusat-pusat kekuatan politik dan ekonomi untuk menciptakan citra baik orang-orang Yahudi di benak orang-orang Amerika. Sementara konstitusi AS menekankan kebebasan beragama di negara itu, kebanyakan orang Yahudi, yang mendukung Zionisme dan perang yang dipimpin Zionis Israel dan kebijakan ekspansionis di wilayah Palestina yang diduduki, mendapat dukungan dari undang-undang ini. Lobi kuat dan berpengaruh Zionisme di Kongres AS adalah contoh dari masalah ini.

Namun, di antara orang Yahudi Amerika, kelompok dan tokoh, termasuk otoritas agama dan rabi Yahudi, menghadapi kekerasan dan diskriminasi polisi dan lembaga-lembaga negara Amerika Serikat karena penentangan mereka terhadap Zionisme dan rezim Zionis. Yahudi Anti-Zionis di Amerika Serikat adalah minoritas yang berada di bawah tekanan dan sensor media bahkan lebih dari minoritas lain di negara ini, dan kesadaran publik tentang kekerasan polisi tidak mudah bagi mereka.

Salah satu contoh bentrokan polisi yang keras dengan Yahudi anti-Zionis terjadi pada 2012, tercermin dalam media dan media yang relatif independen. Dalam hal ini, Elizabeth Flock, dalam laporan yang diterbitkan secara serentak di situs web berita USNews mengatakan, "Warga Yahudi menentang penyelenggaraan konferensi AIPAC di Washington, DC dan berkumpul di depan tempat konferensi untuk memperingatkan publik tentang bahaya infiltrasi lobi Zionis dalam politik Amerika."

Pertemuan itu dihadapkan dengan tindakan keras oleh polisi AS, meskipun demonstrasi dilakukan dengan cukup tenang dan tanpa tekanan dari para rabi dan warga Yahudi, tapi polisi, dengan tongkat dan alat-alat lain menghantam para rabi Yahudi, yang hanya memegang plakard berisikan slogan-slogan anti-Zionis. Para rabi Yahudi, dalam slogan-slogan mereka, menyatakan bahwa kaum Zionis melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Hitler dan Nazi pada waktu mereka kemudian mereka memprotes kebijakan dan tindakan lobi Zionis dalam politik luar negeri dan dalam negeri Amerika."

Selama demonstrasi orang-orang Yahudi anti-Zionis di Washington pada tahun 2012, Michael Benzikry, seorang demonstran dan aktivis Yahudi hak asasi manusia yang berbasis di Seattle yang datang ke Washington bersama keluarganya, berteriak kepada Zionis dan Yahudi ekstremis yang menyelenggarakan konferensi AIPAC. Dia berkata, "Kamu adalah Hitler masa kini." Kelompok pemrotes Yahudi ini termasuk para rabi anti-Zionis mengutuk kejahatan Zionis terhadap rakyat Palestina yang tertindas sementara menentang dukungan tanpa syarat dari rezim Zionis.

Tags