Jul 08, 2019 19:17 Asia/Jakarta
  • Langkah Kedua Revolusi (13)

Ayatullah Khamenei dalam pernyataannya mengenai langkah kedua revolusi menjelaskan, "Perjuangan kaum muda di arena yang sulit, termasuk pertahanan suci, dengan doa dan semangat persaudaraan serta pengorbanannya menghidupkan peristiwa awal Islam dan memperlihatkannya kepada semua orang,".

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran dalam pernyataan langkah kedua revolusi yang dikemukakan pada peringatan 40 tahun kemenangan Revolusi Islam menekankan masalah penguatan spiritualitas di tengah masyarakat.

Revolusi Islam Iran berdiri di atas pilar-pilar Islam yang menjunjung tinggi nilai-nilai transendental. Oleh karena itu, setelah kemenangannya memberikan tempat khusus bagi nilai-nilai kemanusiaan yang tinggi seperti moralitas dan spiritualitas.

Moralitas menjadi bagian penting dari spiritualitas, dan hasilnya berbentuk kumpulan sifat-sifat terpuji yang berada dalam diri manusia secara berkelanjutan. Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran menggambarkan secara sederhana mengenai spiritualitas dan moralitas dengan menjelaskan, "Spiritualitas berarti memperhatikan nilai-nilai spiritualitas seperti: ketulusan, pengorbanan, tawakal, keimanan dalam diri dan masyarakat. Sedangkan moralitas bermakna memperhatikan kebajikan seperti pemaaf, membantu orang yang membutuhkan, jujur, keberanian, kerendahan hati, kepercayaan diri, dan sifat baik lainnya,".

Agama-agama langit, terutama agama Islam senantiasa menjadikan spiritualitas dan moralitas di jalan yang benar. Karena alasan ini, Muslim sejati harus mengambil langkah-langkah untuk menghiasi dirinya dengan kebajikan spiritual dan moral, dan Republik Islam Iran berkomitmen untuk menyediakan landasan bagi perjalanan spiritual dan gerakan progresif semacam itu.

 

Rahbar menekankan, "Spiritualitas dan etika adalah motor dari dari semua gerakan dan aktivitas individu maupun sosial sekaligus kebutuhan dasar masyarakat; keberadaannya akan menyebabkan lingkungan hidup, bahkan dengan segala keterbatasan material akan menjadi  surga, dan ketiadaannya, meskipun berlimpah material akan menjadi neraka,".

Ayatullah Khamenei menambahkan, "Semakin tinggi kecerdasan spiritual dan ketajaman hati nurani yang tumbuh dalam masyarakat, maka pertumbuhan dan berkahnya sebanyak besar."

Revolusi Islam Iran mengibarkan bendera spiritualitas dan etika di dunia, di saat Barat bergerak menjauh dari keduanya. Pandangan materialistis yang menjadi pijakan Barat menjadikan kemewahan duniawi sebagai dasarnya yang telah menyebabkan maraknya praktik asusila, goyahnya fondasi institusi suci keluarga, kecanduan narkoba dan alkohol, peningkatan kekerasan dan kejahatan, perampasan sumber daya dari negara-negara tertindas, berkobarnya perang dan pembantaian sesama manusia

Ayatullah Khamenei mengingatkan masalah perkembangan spiritualitas sebagai salah satu pencapaian utama dari gerakan rakyat yang masif di Iran pasca kemenangan Revolusi Islam. Rahbar mengungkapkan, "(Revolusi Islam) mendorong peningkatan spiritualitas dan etika dalam ruang publik masyarakat".

Meskipun rezim Pahlavi melakukan berbagai langkah untuk menyebarkan korupsi dan kerusakan dengan mengisolasi agama, serta meminggirkan spiritualitas, dan moralitas,  tapi spiritulitas dan etika yang tumbuh di tengah masyarakat tetap terjaga, terutama di tengah kalangan muda.

Rahbar menjelaskan, "Meskipun korupsi dan propaganda Barat yang tidak terkendali di era Pahlavi menyebabkan pukulan berat terhadap kehidupan masyarakat lapisan menengah, terutama kaum muda, tapi pendekatan agama dan moralitas dalam Republik Islam memikat hati dan menerangi  banyak orang, terutama kaum muda, dan menciptakan suasana baru  yang memperhatikan nilai-nilai agama dan moralitas. "

Tentu saja, pernyataan beliau tidak mengabaikan peran Imam Khomeini, pendiri Republik Islam Iran dalam hal ini yang di tekankan dalam pernyataannya, "Fenomena yang diberkati ini (penyebaran spiritualitas dan moralitas) adalah perilaku teladan dari Imam Khomeini selama periode perjuangannya sebelum dan setelah kemenangan revolusi. Manusia religius dan arif ini telah membersihkan dirinya dengan kecenderungan material, dan menempatkan nilai-nilai luhur dalam urusan puncak  negara yang menjadi menyebabkan kepercayaan mendalam rakyat terhadap beliau,".

Pasca kemenangan revolusi Islam, jumlah masjid di Iran bertambah tiga kali lipat, dan pertemuan doa maupun berbagai acara keagamaan lainnya semakim berkembang dengan kehadiran orang-orang yang antusias mengikutinyan secara aktif. 

Di Iran, masjid digunakan tidak hanya untuk sholat berjamaah dan kegiatan ibadah lainnya, tapi lebih dari itu sebagai sentral untuk berbagai kegiatan budaya, sosial dan politik, termasuk pembinaan mental negerasi muda. Salah satu manifestasi paling penting dari kinerja masjid yang unik adalah pelatihan dan pengiriman pemuda yang bersemangat dan mujahid dari pangkalan-pangkalan revolusioner ini ke medan perang melawan pasukan Saddam yang menyerang Iran tahun 1980-1988.

Pemuda Iran di medan perang

Ayatullah Khamenei dalam pernyataannya mengenai langkah kedua revolusi menjelaskan, "Perjuangan kaum muda di arena yang sulit, termasuk pertahanan suci, dengan doa dan semangat persaudaraan serta pengorbanannya menghidupkan peristiwa awal Islam dan memperlihatkannya kepada semua orang," (PH)