Jan 08, 2020 22:09 Asia/Jakarta

Letnan Jenderal Qassem Soleimani adalah pejabat tinggi militer Republik Islam Iran yang popularitasnya mulai meningkat setelah memimpin perang melawan kelompok teroris takfiri Daesh (ISIS) di Suriah dan Irak.

Letjen Soleimani adalah Komandan Pasukan al-Quds Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) untuk misi di luar perbatasan Iran. Dia sangat membantu Suriah sebagai penasihat militer pasukan negara Arab ini ketika Daesh meluncurkan serangan berdarah ke Suriah pada 2011.

Dia juga memainkan peran penting dalam membentuk Pasukan Relawan Irak yang dikenal sebagai Hashd al-Shaabi pada 2014 ketika Daesh mendeklarasikan kekhalifahannya di Irak dan menguasai beberapa provinsi di negara ini.

Hashd al-Shaabi kemudian berhasil mengalahkan Daesh dan mengusir kelompok teroris itu keluar dari Irak. Kemenangan bagi pasukan Suriah dan Irak ini semakin meningkatkan popularitas Letjen Soleimani di kalangan rakyat Irak, Suriah dan Iran.

Ketika Letjen Soleimani mendeklarasikan berakhirnya kekhalifahan Daesh pada tahun 2018, Amerika Serikat –yang menyebut dirinya penyelamat bagi rakyat Irak dan Suriah– menganggap Soleimani sebagai musuh bebuyutan dan rintangan bagi perdamaian di Asia Barat (Timur Tengah). AS kemudian memberlakukan sanksi terhadap pejabat militer Iran ini. Rezim Zionis juga memasukkan Soleimani ke dalam daftar yang disebut sebagai daftar teroris.

Sekarang pada tahun 2020, pembunuhan terhadap Letjen Soleimani dan Wakil Hashd al-Shaabi Abu Mahdi al-Muhandis dalam serangan drone AS menimbulkan pertanyaan kunci: Apakah AS benar-benar memerangi Daesh? Atau, seperti kata Presiden AS Donald Trump sendiri, apakah Daesh diciptakan oleh pendahulunya Barack Obama?

Mungkin sekarang akan lebih mudah untuk menjawab pertanyaan ini setelah pembunuhan Letjen Soleimani. Yang jelas adalah bahwa AS telah membunuh seseorang yang memainkan peran terbesar dalam  menumpas Daesh dari kawasan dan mengisolasi Washington.

Setelah serangan teroris ini dan gugur syahidnya orang-orang yang telah memerangi Daesh dan teroris takfiri lainnya sepanjang waktu, pertanyaannya adalah: siapa yang benar-benar menginginkan stabilitas dan perdamaian di kawasan dan siapa yang telah memicu perang untuk menjarah Asia Barat? (RA)