Lintasan Sejarah 16 Januari 2020
-
16 Januari 2020
Hari ini, Kamis, 16 Januari 2020 bertepatan dengan 20 Jummadil Awal 1441 Hijriah atau menurut kalender nasional Iran, hari ini tanggal 26 Dey 1398 Hijriah Syamsiah. Berikut kami hadirkan beberapa peristiwa bersejarah yang terjadi hari ini.
Muhammad bin Hasan Hilli Lahir
759 tahun yang lalu, tanggal 20 Jumadil Awal 682 HQ, Muhammad bin Hasan Hilli, seorang ahli fiqih dan peneliti besar muslim, terlahir ke dunia di kota Hillah, Irak.
Muhammad bin Hasan Hilli yang dijuluki Fakhrul Muhaqiqin atau kebanggaan para peneliti ini adalah putra dari Allamah Hilli, cendekiawan Islam terkemuka pada zaman itu.
Pada usia muda, Fakhrul Muhaqiqin telah berhasil menguasai ilmu-ilmu tingkat tinggi sehingga mencapai derajat mujtahid. Selain terkenal atas ketinggian ilmunya, Fakhrul Muhaqiqin juga dikenal atas ketinggian akhlak dan ketakwaannya.
Beliau banyak meninggalkan karya penulisan di antaranya berjudul Syarh Mubadiul Ushul dan Tahsilun-Najah. Fakhrul Muhaqiqin meninggal dunia tahun 771 Hijriah.
Vincent Auriol Terpilih Sebagai Presiden Perancis
73 tahun yang lalu, tanggal 16 Januari 1947, Vincent Auriol terpilih sebagai Presiden Perancis dan menjabat hingga tahun 1954.
Auriol dilahirkan pada tahun 1884 di Revel, Perancis dan memulai karirnya sebagai seorang pengacara. Auriol adalah anggota partai sosialis di Perancis dan mendirikan sebuah surat kabar sosialis pada tahun 1908. Ia mulai mencalonkan diri dalam pemilu pada tahun 1914.
Setahun kemudian, ia terpilih sebagai walikota Toulouse. Karirnya semakin meningkat sejak terpilih sebagai Menteri Keuangan Perancis. Salah satu kebijakannya yang terkenal adalah tindakannya mendevaluasi mata uang Frank sebesar 30 persen terhadap dollar Amerika pada bulan September 1936, sehingga menimbulkan pelarian modal dan ketidakmenentuan ekonomi di Perancis. Vincent Auriol meninggal dunia tahun 1966.
Shah Pahlevi Meninggalkan Iran
41 tahun yang lalu, tanggal 26 Dey 1357 HS, seiring dengan semakin memuncaknya perlawanan rakyat Iran terhadap rezim penguasa negara itu, Shah Muhammad Reza Pahlevi, raja terakhir Iran, akhirnya memutuskan untuk pergi meninggalkan Iran dengan alasan pengobatan medis.
Muhammad Reza Pahlevi naik tahta pada tahun 1944 setelah ayahnya Shah Reza Pahlevi diasingkan oleh pasukan Sekutu akibat dukungannya kepada Jerman dalam Perang Dunia Kedua. Pada tahun 1954, Shah Pahlevi sempat pergi dari Iran karena memuncaknya perlawanan rakyat terhadap dirinya. Namun, tiga hari kemudian, dia berhasil merebut kembali tahtanya melalui kudeta terhadap pemerintahan Mosaddeq yang dipilih oleh rakyat Iran. Kudeta ini didukung oleh AS sehingga setelah itu, infiltrasi AS dalam pemerintahan Shah Pahlevi menjadi sangat besar.
Pemerintahan Shah yang despotik dan merupakan perpanjangan tangan kepentingan AS di Iran, membuat rakyat negara ini kembali bangkit menentang rezim Shah dengan dipimpin oleh Imam Khomeini.
Pesan 9 Butir Imam Khomeini ra
Bersamaan dengan kaburnya Mohammad Reza Pahlevi dari Iran, Imam Khomeini ra pada 26 Dey 1357 Hs, mengirimkan pesan yang berisikan 9 butir penting kepada bangsa Iran di antaranya:
“Saya memperingatkan mereka yang masuk menjadi anggota Dewan Kerajaan Ilegal agar segera mengundurkan diri. Bila membangkang, maka mereka bertanggung jawab atas apa yang terjadi. Saya memperingatkan anggota parlemen ilegal, bila mereka melanggar, maka bangsa Iran akan menghukum mereka.”
Dalam pesan beliau juga disebutkan:
“Para petani segera menanam gandum, bank tidak boleh membayar deposito para pendukung rezim dan penjarah harta Baitul Mal, para mahasiswa harus tetap melanjutkan perjuangannya melawan pemerintah haram, shah, Dewan Monarki Ilegal dan jangan menerima dosen-dosen yang punya hubungan dengan rezim despotik.”
Imam Khomeini ra dalam pesannya merekomendasikan kepada bangsa Iran untuk melakukan demonstrasi di hari Arbain Imam Husein as.