Kecelakaan Pesawat Ukraina di Tehran
Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran pada hari Sabtu, 11 Januari 2020 mengaku telah secara tak sengaja menembak jatuh pesawat maskapai Ukraina (the Ukraine International Airlines/UIA) disebabkan Human Error.
Boeing 737 Ukraina itu jatuh pada Rabu pagi, 8 Januari 2020 sesaat setelah lepas landas dari Bandara Imam Khomeini ra. Semua penumpang yang mayoritasnya adalah warga Iran (147 warga Iran) meninggal dunia.
Pesawat ditembak jatuh pada Rabu pagi dengan rudal jelajah jarak pendek beberapa jam setelah Iran menembakkan 13 rudal balistik ke dua pangkalan militer pasukan Amerika Serikat di Irak.
Serangan rudal Iran ke pangkalan militer Amerika di Irak sebagai pembalasan atas teror terhadap Komandan Pasukan al-Quds Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) Letnan Jenderal Qassem Soleimani dalam serangan udara AS di Baghdad, Irak.
Komandan Unit Dirgantara IRGC Brigadir Jenderal Amir Ali Hajizadeh mengatakan, pesawat sipil Ukraina telah secara keliru dikira sebagai target musuh berupa rudal jelajah setelah pesawat tersebut bergerak ke arah pusat militer sensitif IRGC.
Menurut Hajizadeh, setelah meneror Letjen Soleimani, Presiden AS Donald Trump mengancam, jika Iran membalas serangan atas Soleimani, maka 52 titik sensitif di Iran akan diserang.
Setelah pada Rabu dini hari, pukul 01.20 waktu Iran, IRGC menghujani pangkalan-pangkalan militer AS di Irak dengan rudal, IRGC sepenuhnya dalam kondisi siap siaga. Untuk mengantisipasi ancaman Trump tersebut, semua unit pertahanan udara Iran juga dalam kondisi siap siaga di level tertinggi.
Pada Rabu pagi, pukul 06.12 waktu Tehran, pesawat Ukraina terbang menuju Kiev dari Bandara Internasional Imam Khomeini ra dan terdeteksi oleh sistem pertahanan udara IRGC bergerak ke salah satu situs sensitif militer Iran dalam jarak 19 km.
Ketika sistem pertahanan mendeteksi pesawat sebagai target musuh yang mendekat, operator harus menghubungi pusat untuk meyakinkan benar tidaknya bahwa itu adalah ancaman dan apa yang harus dilakukan. Namun sistem komunikasi terganggu. Dalam kondisi seperti itu, operator memiliki waktu 10 detik untuk memutuskan, dan diputuskan untuk menembak target yang makin mendekat.
Akibat Human Error tersebut, Angkatan Bersenjata Iran meminta maaf dan menyatakan bertanggung jawab atas kesalahan ini serta akan membawa mereka yang terlibat ke pengadilan militer.
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif juga mengungkapkan penyesalan mendalam, permintaan maaf dan belasungkawa kepada keluarga semua korban, dan kepada negara-negara lain yang terkena dampak.
Pada tahun 1988, Iran Air Penerbangan 655 (IR 655) yang merupakan sebuah penerbangan terjadwal oleh Iran Air dari Tehran menuju Dubai, via Bandar Abbas ditembak oleh kapal jelajah Amerika, USS Vincennes di Teluk Persia.
Pesawat tersebut ditembak jatuh di Teluk Persia oleh misil AS yang ditembakkan oleh kapal penjelajah USS Vincennes. Pemerintah AS pasca insiden tersebut tidak pernah menyatakan bertanggung jawab secara resmi atau membayar ganti rugi maupun meminta maaf secara resmi kepada Iran hingga hari ini.
Kecelakaan tersebut menewaskan seluruh penumpang dan awaknya yang berjumlah 290 orang (termasuk 38 warga negara asing asal Uni Emirat Arab, India, Pakistan, Italia, dan Yugoslavia, serta 66 anak-anak) dan merupakan kecelakaan terbesar sepanjang sejarah penerbangan dunia pada tahun 1988, dan kecelakaan pesawat dengan jumlah korban terbesar yang melibatkan Airbus A300. (RA)