May 06, 2020 16:46 Asia/Jakarta
  • Shalat berjamaah
    Shalat berjamaah

Salah satu tujuan dan kebijakan strategis Islam adalah memperkuat dan memperdalam hubungan, mendekatkan hati dan menerapkan kesatuan pemikiaran serta tindakan dan menciptakan kovergensi di antara seluruh umat manusia, khususnya komunitas Islam.

Untuk merealisasikan nilai dan cita-cita besar yang menentukan ini, Islam memanfaatkan berbagai mekanisme dan di antaranya adalah menggelar shalat berjamaah di masjid di mana melalui ritual ini, umat muslim setiap hari berkumpul dan bersatu dalam sebuah saf shalat (barisan) dan selain menunaikan shalat berjamaah, mereka juga membahas berbagai kebutuhan primer dan vital di seluruh bidang baik ideologi, akhlak, budaya, politik, ekonomi dan militer.

Salah satu metode efektif untuk menanam dan membudayakan shalat berjamaah adalah memanfaatkan sarana persuasif dan menumbuhkan harapan. Rasulullah Saw melalui sarana wahyu sekuat tenaga berusaha menjaga persatuan umat Muslim dan di salah satu sabdanya berkata, "Sadarlah siapa saja yang berbondong-bondong ke masjid untuk menunaikan shalat berjamaah maka setiap langkahnya akan dihitung dengan 70 ribu kebaikan dan pahalahnya di catat di amal perbuatannya. Selain itu, 70 ribu dosanya akan dihapus. Oleh karena itu, tingkat spritualitasnya akan ditingkatkan. Tak hanya itu, 70 ribu malaikat ditugaskan untuk menemuinya di alam kubur dan menemaninya serta meminta ampunan baginya kepada Tuhan hingga hari kiamat ."

Meskipun riwayat ini menunjukkan betapa pentingnya shalat jamaah, namun angka dan nominal yang digunakan di dalamnya memiliki beberapa keterbatasan. Tapi riwayat lain dari Rasulullah Saw menunjukkan tidak adanya batasan pahala shalat berjamaah. Rasul bersabda, "Setelah shalat Dhuhur, malaikat Jibril bersama 70 ribu malaikat lainnya datang kepadaku dan berkata, Wahai Muhammad! Allah Swt mengirim salam kepadamu dan berfirman, Aku memberimu dua hadiah yang tidak kuberikan kepada nabi sebelummu. Rasul bertanya, Wahai Jibril, ada dua hadiah tersebut? Jibril menjawab: shalat lima waktu dan shalat berjamaah..."

"...Kemudian Rasul bertanya, apa pahala bagi shalat berjamaah? Jibril menjawab, Wahai Muhammad! Jika makmum satu orang, maka pahalanya sama seperti 150 shalat dan jika dua orang pahalanya 600 shalat. Semakin banyak jumlahnya maka pahalanya juga semakin besar. Jika jumlahnya lebih dari sepuluh orang jika laut langit dan bumi digabungkan dan seluruh pohon menjadi pensil serta seluruh jin, manusia dan malaikat menjadi penulisnya, maka mereka tetap tidak mampu menulis pahala shalat berjamaah."

Shalat berjamaah selain mendekatkan hati dan memperkuat hubungan manusia serta akhlak serta menumbuhkan spirit saling membantu di tengah masyarakat, juga memiliki dampak besar di hari Kiamat. Di hari ketika barisan manusia saleh dan baik dipisahkan dari barisan pendosa serta kriminal, mereka dapat dikenali melalui wajah-wajah mereka.

Rasul bersabda, "Sekelompok orang dibangkitkan di hari Kiamat di mana wajah mereka bersinar terang seperti bintang. Saat itu, malaikat bertanya, apa yang kalian lakukan di dunia sehingga wajah kalian bersinar terang? Mereka menjawah, "Ketika suara azan terdengar, kami langsung berbodong-bondong menunaikan shalat berjamaah dan kami mengedepankan shalat berjamaah dari hal-hal yang lain." Saat itu, sekelompok orang lainnya memasuki padang Mahsyar dan wajah mereka bersinar seperti bulan. Malaikat kembali bertanya kepada mereka alasan wajah bereka bersinar terang. Mereka menjawab bahwa kami mempersiapkan diri jauh sebelum shalat berjamaah digelar dan menuju masjid. Kemudian datang kelompok ketiga di hari Kiamat dengan wajah terang benderang seperti matahari. Malaikat bertanya kepada mereka alasan wajah mereka yang bersinar terang. Mereka menjawab, kami sebelum azan dikumandangkan telah berada di masjid untuk menunaikan shalat berjamaah."

Seluruh para nabi untuk memberi hidayah dan menarik manusia, terkadang memicu motivasi dengan memberi kabar gembira sehingga mereka terbebas dari kegelapan dan penyimpangan. Ketika putus asa dari memberi petunjuk mereka, maka para nabi memberi peringatan kepada manusia. Rasul yang menjadi manifestasi dari rahmat bagi dunia, juga mengikuti metode para nabi sebelumnya supaya membuat masjid menjadi pusat persatuan dan solidaritas umat Muslim, mendorong umat muslim aktif di shalat berjamaah dan ketika menyadari sejumlah muslim malas dan lalai, Rasul memperingatkan mereka dengan bersabda, "Ucapkan salam kepada umat Yahudi dan Nasrani, dan jangan ucapkan salam kepada Yahudi umatku. Sahabat bertanya, Wahai Rasulullah! Siapa Yahudi umatmu? Rasul menjawab, mereka yang mendengar suara azan, namun tidak menghadiri shalat berjamaah."

Pertanyaannya, mengapa Rasul menggunakan retorika seperti ini bagi mereka yang tidak menghadiri shalat berjamaah, padahal ia adalah manifestasi kesopanan dan akhlak mulia di setiap perilaku dan ucapan? Mungkin dapat dikatakan bahwa mengingat shalat berjamaah adalah simbol persatuan dan konvergensi umat Islam. Alasan lainnya adalah shalat berjamaah sebuah ritual ibadah dan spiritual bagi umat Muslim. Dan akhirnya, pelanggaran nyata terhadap perintah ilahi dan instruksi Nabi (SAW) dan para pemimpin yang dipilih ada di hadapan Allah, yang sangat menekankan pada sholat berjamaah.

Mari kita memohon kepada Allah Swt supaya kita diberi taufik dan hidayah untuk menunaikan shalat berjamaah dan menunjukkan lebih besar persatuan kita dihadapan musuh internal dan asing dunia Islam.

Untuk merealisasikan nilai dan cita-cita besar yang menentukan ini, Islam memanfaatkan berbagai mekanisme dan di antaranya adalah menggelar shalat berjamaah di masjid di mana melalui ritual ini, umat muslim setiap hari berkumpul dan bersatu dalam sebuah saf shalat (barisan) dan selain menunaikan shalat berjamaah, mereka juga membahas berbagai kebutuhan primer dan vital di seluruh bidang baik ideologi, akhlak, budaya, politik, ekonomi dan militer.

Salah satu metode efektif untuk menanam dan membudayakan shalat berjamaah adalah memanfaatkan sarana persuasif dan menumbuhkan harapan. Rasulullah Saw melalui sarana wahyu sekuat tenaga berusaha menjaga persatuan umat Muslim dan di salah satu sabdanya berkata, "Sadarlah siapa saja yang berbondong-bondong ke masjid untuk menunaikan shalat berjamaah maka setiap langkahnya akan dihitung dengan 70 ribu kebaikan dan pahalahnya di catat di amal perbuatannya. Selain itu, 70 ribu dosanya akan dihapus. Oleh karena itu, tingkat spritualitasnya akan ditingkatkan. Tak hanya itu, 70 ribu malaikat ditugaskan untuk menemuinya di alam kubur dan menemaninya serta meminta ampunan baginya kepada Tuhan hingga hari kiamat ."

Meskipun riwayat ini menunjukkan betapa pentingnya shalat jamaah, namun angka dan nominal yang digunakan di dalamnya memiliki beberapa keterbatasan. Tapi riwayat lain dari Rasulullah Saw menunjukkan tidak adanya batasan pahala shalat berjamaah. Rasul bersabda, "Setelah shalat Dhuhur, malaikat Jibril bersama 70 ribu malaikat lainnya datang kepadaku dan berkata, Wahai Muhammad! Allah Swt mengirim salam kepadamu dan berfirman, Aku memberimu dua hadiah yang tidak kuberikan kepada nabi sebelummu. Rasul bertanya, Wahai Jibril, ada dua hadiah tersebut? Jibril menjawab: shalat lima waktu dan shalat berjamaah..."

"...Kemudian Rasul bertanya, apa pahala bagi shalat berjamaah? Jibril menjawab, Wahai Muhammad! Jika makmum satu orang, maka pahalanya sama seperti 150 shalat dan jika dua orang pahalanya 600 shalat. Semakin banyak jumlahnya maka pahalanya juga semakin besar. Jika jumlahnya lebih dari sepuluh orang jika laut langit dan bumi digabungkan dan seluruh pohon menjadi pensil serta seluruh jin, manusia dan malaikat menjadi penulisnya, maka mereka tetap tidak mampu menulis pahala shalat berjamaah."

Shalat berjamaah selain mendekatkan hati dan memperkuat hubungan manusia serta akhlak serta menumbuhkan spirit saling membantu di tengah masyarakat, juga memiliki dampak besar di hari Kiamat. Di hari ketika barisan manusia saleh dan baik dipisahkan dari barisan pendosa serta kriminal, mereka dapat dikenali melalui wajah-wajah mereka.

Rasul bersabda, "Sekelompok orang dibangkitkan di hari Kiamat di mana wajah mereka bersinar terang seperti bintang. Saat itu, malaikat bertanya, apa yang kalian lakukan di dunia sehingga wajah kalian bersinar terang? Mereka menjawah, "Ketika suara azan terdengar, kami langsung berbodong-bondong menunaikan shalat berjamaah dan kami mengedepankan shalat berjamaah dari hal-hal yang lain." Saat itu, sekelompok orang lainnya memasuki padang Mahsyar dan wajah mereka bersinar seperti bulan. Malaikat kembali bertanya kepada mereka alasan wajah bereka bersinar terang. Mereka menjawab bahwa kami mempersiapkan diri jauh sebelum shalat berjamaah digelar dan menuju masjid. Kemudian datang kelompok ketiga di hari Kiamat dengan wajah terang benderang seperti matahari. Malaikat bertanya kepada mereka alasan wajah mereka yang bersinar terang. Mereka menjawab, kami sebelum azan dikumandangkan telah berada di masjid untuk menunaikan shalat berjamaah."

Seluruh para nabi untuk memberi hidayah dan menarik manusia, terkadang memicu motivasi dengan memberi kabar gembira sehingga mereka terbebas dari kegelapan dan penyimpangan. Ketika putus asa dari memberi petunjuk mereka, maka para nabi memberi peringatan kepada manusia. Rasul yang menjadi manifestasi dari rahmat bagi dunia, juga mengikuti metode para nabi sebelumnya supaya membuat masjid menjadi pusat persatuan dan solidaritas umat Muslim, mendorong umat muslim aktif di shalat berjamaah dan ketika menyadari sejumlah muslim malas dan lalai, Rasul memperingatkan mereka dengan bersabda, "Ucapkan salam kepada umat Yahudi dan Nasrani, dan jangan ucapkan salam kepada Yahudi umatku. Sahabat bertanya, Wahai Rasulullah! Siapa Yahudi umatmu? Rasul menjawab, mereka yang mendengar suara azan, namun tidak menghadiri shalat berjamaah."

Pertanyaannya, mengapa Rasul menggunakan retorika seperti ini bagi mereka yang tidak menghadiri shalat berjamaah, padahal ia adalah manifestasi kesopanan dan akhlak mulia di setiap perilaku dan ucapan? Mungkin dapat dikatakan bahwa mengingat shalat berjamaah adalah simbol persatuan dan konvergensi umat Islam. Alasan lainnya adalah shalat berjamaah sebuah ritual ibadah dan spiritual bagi umat Muslim. Dan akhirnya, pelanggaran nyata terhadap perintah ilahi dan instruksi Nabi (SAW) dan para pemimpin yang dipilih ada di hadapan Allah, yang sangat menekankan pada sholat berjamaah.

Mari kita memohon kepada Allah Swt supaya kita diberi taufik dan hidayah untuk menunaikan shalat berjamaah dan menunjukkan lebih besar persatuan kita dihadapan musuh internal dan asing dunia Islam.