Lintasan Sejarah 7 Januari 2021
-
7 Januari 2021
Hari ini, Kamis 7 Januari 2020 bertepatan dengan 23 Jumadil Awal 1442 Hijriah atau menurut kalender nasional Iran tanggal 18 Dey 1399 Hijriah Syamsiah. Berikut kami hadirkan beberapa peristiwa bersejarah yang terjadi hari ini.
Syah Abbas Safawi Wafat
404 tahun yang lalu, tanggal 23 Jumadil Awal 1038 HQ, Raja Abbas Safawi meninggal dunia dalam usia 59 tahun dan dimakamkan di kota Qom.

Syah Abbas Safawi merupakan raja paling terkenal dari Dinasti Safawi. Hal itu dikarenakan di periodenya, Syah Abbas Safawi memberikan perhatian lebih kepada ilmuwan, ulam dan seniman.
Banyak mega proyek yang dibangun di masanya seperti Masjid Emam dan bundaran Naghshe Jahan, membuat terowongan di Kouhrang Isfahan untuk mengalirkan air dari sungai Karoun ke Zayandeh, mendirikan pusat perdagangan sutra, membangun jalan bagi karavan yang berdagang sutra dari lewat Isfahan dan menciptakan mata uang baru yang dipergunakan di seluruh negeri.
Sekalipun demikian, Raja Abbas Safawi dikenal sebagai penguasa yang bengis dan telah banyak membunuh rakyatnya sendiri.
Amir Kabir Meninggal
169 tahun yang lalu, tanggal 18 Dey 1230 HS (7 Januari 1852), Mirza Muhammad Taqi Khan Amir Kabir, politisi dan penasehat terkemuka dinasti Qajar Iran, tewas terbunuh atas perintah Shah Nashiruddin.

Amir Kabir lahir dan besar di keluarga yang miskin. Setelah dewasa, keluarga kerajaan mengenali kemampuan Amir Kabir yang besar lalu mengangkatnya sebagai penasehat kerajaan. Selama masa jabatannya yang singkat, Amir Kabir banyak melakukan reformasi yang memihak rakyat banyak serta mencegah masuknya kekuatan asing dalam urusan internal Iran.
Di bidang keilmuan, Amir Kabir mendirikan sekolah teknik pertama di Iran, yaitu Darul Funun, menerbitkan buku-buku terjemahan serta koran-koran ilmiah dan budaya.
Amir Kabir juga melakukan langkah-langkah untuk memerangi penyelewengan dalam pemerintahan sehingga para penguasa Iran dan kekuatan-kekuatan asing yang memiliki kepentingan di Iran membencinya. Akhirnya, Shah Nashiruddin mengasingkan Amir Kabir ke kota Kashan, lalu dibunuh.
Indonesia Keluar dari PBB
56 tahun yang lalu, tanggal 7 Januari 1965, Indonesia menyatakan keluar dari keanggotaan PBB.
Ketika konfrontasi dengan Indonesia-Malaysia berlangsung, secara mengejutkan negara Malaysia dicalonkan sebagai anggota tidak tetap Dewan keamanan PBB. Indonesia jelas muak dan tidak menyetujui pencalonan itu.

Dalam pidatonya pada tanggal 31 Desember 1946, Bung karno menyatakan ketidaksetujuannya atas pencalonan Malaysia. Pernyataan Presiden Sukarno ini disertai ancaman akan out dari member PBB seandainya PBB menerima malaysia menjadi member tidak tetap Dewan keamanan PBB.
Pada hari yang sama, kepala perutusan tetap Republik Indonesia untuk PBB menyampaikan isi pidato presiden Republik Indonesia kepada sekretaris jenderal PBB U Thant. Berikut isi pidato Bung karno tersebut:
“Agar para anggota PBB tidak mendukung masuknya malaysia ke dalam PBB;
Agar anggota-anggota PBB lebih memilih tetap tinggalnya Indonesia dalam PBB daripada mendukung masuknya malaysia kedalam Dewan Keamanan PBB.
Memperingatkan PBB bahwa Indonesia bersungguh-sungguh akan melaksanakan Niatnya.”
Pada kenyataanya, Indonesia tidak memperoleh hasil yang diharapkan. Seminggu setelah keluar ancaman Indonesia, Malaysia terpilih sebagai anggota tidak tetap Dewan keamanan PBB. Dalam menyikapi kenyataan ini, pada rapat umum Anti pangkalan Militer Asing di Jakarta, Presiden Republik Indonesia Ir. Soekarno atau Bung karno menyatakan Indonesia keluar dari Perserikatan bangsa-bangsa (PBB) sejak tanggal 7 januari 1965.
Peristiwa keluarnya Indonesia dari PBB merupakan puncak keterkucilan Indonesia dari pergaulan internasional yang didominasi Amerika Serikat, tapi keluarnya Indonesia dari PBB juga sekali lagi menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia tidak mau dipandang sebelah mata atau dilecehkan eksistensinya sebagai negara yang berdaulat dan momen ini juga sebagai tanda kebesaran kharisma pemimpin Indonesia yang pernah lahir dibumi pertiwi ini, Bung karno sang Putra Fajar.