May 05, 2021 09:12 Asia/Jakarta
  • Doa hari ke-22 Ramadhan.
    Doa hari ke-22 Ramadhan.

Bulan suci Ramadhan dan malam sepuluh terakhir yang di dalamnya terdapat Lailatul Qadar adalah saat-saat yang berharga dalam Islam. Al-Quran sebagai kitab petunjuk yang jelas dan pemisahan antara kebenaran dan kebatilan, diturunkan pada malam Lailatul Qadar.

Qadr berarti takdir dan ukuran. Pada malam mulia ini, manusia selain memperbanyak ibadah, juga harus meluangkan waktu untuk bertafakkur dan merenungi kadar (qadr) dirinya. Mengenai kadar dan nilai manusia, Imam Ali as berkata, “Sesungguhnya tidak ada kadar dan nilai bagi jiwa-jiwa kalian kecuali setara dengan surga. Jadi, waspadalah agar tidak menjualnya lebih rendah dari harga itu.”

Jika seseorang menyadari kadar dan nilainya, ia tidak akan menjual dirinya kecuali kepada Allah Swt. Dalam surat At Taubah ayat 111 disebutkan, “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka.”

Orang yang beriman tidak akan menjual dirinya dengan harga murah dan ia tahu bahwa hanya Allah Swt yang mau membeli manusia dengan harga tertinggi. Bertafakkur pada malam Lailatul Qadar juga bertujuan untuk memahami makna itu, di mana seseorang harus memanfaatkan momentum istimewa ini untuk memperbaiki dan menempa dirinya.

Manusia dengan mengenal dirinya, berarti telah mengenal Tuhan-nya dan pengenalan ini akan menghasilkan penghambaan yang tulus kepada Allah. Dia telah memberikan panduan praktis penghambaan ini lewat sebuah kitab yang disebut al-Quran serta menjadikan Nabi Saw dan Ahlul Bait – kota dan pintunya ilmu – sebagai penjelas, penafsir, dan pentakwil al-Quran.

Seseorang mengetahui kadar dan nilainya ketika ia telah berpegang teguh pada al-Quran dan Ahlul Bait Nabi, sehingga pada malam istimewa ini – ketika para malaikat turun ke bumi dan menyampaikan salam kepada orang-orang mukmin – ia pun akan termasuk di antara mereka yang mendapatkan salam dan doa dari para malaikat. “Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.”

Tata Cara Qadha Puasa Ramadhan

Perlu diketahui bahwa seseorang yang tidak sadarkan diri dan koma selama satu hari atau lebih sehingga puasa wajib terlewatkan, maka ia tidak perlu mengganti (qadha) puasa yang terlewatkan pada hari-hari itu.

Seseorang yang telah berniat untuk puasa, tetapi kemudian ia kehilangan kesadaran (mabuk) dan menghabiskan sebagian atau seluruh waktunya dengan kondisi seperti ini, maka ia harus mengganti puasa hari tersebut, terutama jika ia dalam keadaan mabuk berat yang menyebabkan hilangnya akal. Tidak ada bedanya apakah benda yang memabukkan itu dari barang haram atau halal, karena sakit atau tidak tahu tentang hukum barang tersebut.

Dalam kajian hukum qadha puasa, seorang wanita harus mengqadha puasa yang ditinggalkan karena haid atau melahirkan setelah bulan Ramadhan. Jika belum menggantinya sampai bertemu Ramadhan tahun berikutnya, maka ia harus membayar kafarat atas keterlambatan ini.

Seseorang yang meninggalkan puasa Ramadhan selama beberapa hari karena alasan syar’i, tetapi tidak tahu persis tentang jumlah hari yang terlewatkan, maka ia dapat mengambil jumlah yang sedikit dan mengqadhanya. Jika sejak awal ia tahu bahwa puasanya bakal tertinggal karena ada uzur (seperti bepergian), tetapi ia tidak tahu persis jumlah hari yang terlewatkan, maka ia harus mengambil jumlah yang banyak dan mengqadhanya.

Jika seseorang punya utang puasa dari beberapa bulan Ramadhan, maka ia boleh memilih puasa Ramadhan mana yang terlebih dulu akan diqadha olehnya.

Doa dan Munajat

Rasulullah Saw pada malam ke-23 Ramadhan membangunkan anggota keluarganya dan memercikkan air di wajah mereka agar terjaga dan tidak kehilangan malam Lailatul Qadar. Beliau bersabda, “Barang siapa melakukan ibadah di malam Lailatul Qadar karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.”

Kaum Muslim – dengan mengikuti keteladanan Rasulullah Saw – sangat dianjurkan untuk menghidupkan malam-malam tersebut dengan doa dan munajat. Ada banyak amalan yang dilakukan untuk menyambut malam Lailatul Qadar dan yang pertama sekali adalah mandi.

Doa yang biasa dibaca pada malam Lailatul Qadar adalah doa Jausyan Kabir atau Abu Hamzah Tsumali, dan kemudian meletakkan al-Quran di atas kepala dan meminta ampunan kepada Allah Swt atas semua dosa-dosa kita, serta memperbaiki ikrar untuk menjalani kehidupan yang lebih baik.

Diriwayatkan bahwa pada malam ke-23 Ramadhan, seseorang dianjurkan untuk membaca doa berikut secara berulang-ulang baik dalam keadaan sujud, duduk, berdiri, atau dalam kondisi apapun. Pertama-tama menyampaikan pujian kepada Allah Swt dan kemudian bershalawat kepada Rasulullah, setelah itu membaca doa berikut:

اللَّهُمَّ کُنْ لِوَلِیِّکَ الْحُجَّةِ بْنِ الْحَسَنِ صَلَوَاتُکَ عَلَیْهِ وَ عَلَى آبَائِهِ فِی هَذِهِ السَّاعَةِ وَ فِی کُلِّ سَاعَةٍ وَلِیّا وَ حَافِظا وَ قَائِدا وَ نَاصِرا وَ دَلِیلاً وَ عَیْنا حَتَّى تُسْکِنَهُ أَرْضَکَ طَوْعا وَ تُمَتِّعَهُ فِیهَا طَوِیلا

 

“Ya Allah, jadilah Engkau sebagai Wali, Pemelihara, Pemimpin, Penolong, Penunjuk (jalan), dan Pemantau bagi wali-Mu al-Hujjah bin Hasan Askari –shalawat-Mu atasnya dan atas nenek-moyangnya – pada saat ini dan pada setiap saat hingga Engkau menetapkannya di atas bumi-Mu dengan tunduk dan mempertahankan ia hidup di atasnya selama mungkin.”

Doa lain yang dianjurkan untuk dibaca pada malam ke-23 Ramadhan adalah:

یَا رَبَّ لَیْلَةِ الْقَدْرِ وَ جَاعِلَهَا خَیْرا مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ وَ رَبَّ اللَّیْلِ وَ النَّهَارِ وَ الْجِبَالِ وَ الْبِحَارِ وَ الظُّلَمِ وَ الْأَنْوَارِ وَ الْأَرْضِ وَ السَّمَاءِ یَا بَارِئُ یَا مُصَوِّرُ یَا حَنَّانُ یَا مَنَّانُ یَا اللَّهُ یَا رَحْمَانُ یَا اللَّهُ یَا قَیُّومُ یَا اللَّهُ یَا بَدِیعُ یَا اللَّهُ یَا اللَّهُ یَا اللَّهُ لَکَ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى وَ الْأَمْثَالُ الْعُلْیَا وَ الْکِبْرِیَاءُ وَ الْآلاءُ أَسْأَلُکَ أَنْ تُصَلِّیَ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّدٍ وَ أَنْ تَجْعَلَ اسْمِی فِی هَذِهِ اللَّیْلَةِ فِی السُّعَدَاءِ وَ رُوحِی مَعَ الشُّهَدَاءِ وَ إِحْسَانِی فِی عِلِّیِّینَ وَ إِسَاءَتِی مَغْفُورَةً وَ أَنْ تَهَبَ لِی یَقِینا تُبَاشِرُ بِهِ قَلْبِی وَ إِیمَانا یُذْهِبُ الشَّکَّ عَنِّی وَ تُرْضِیَنِی بِمَا قَسَمْتَ لِی وَ آتِنَا فِی الدُّنْیَا حَسَنَةً وَ فِی الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ الْحَرِیقِ وَ ارْزُقْنِی فِیهَا ذِکْرَکَ وَ شُکْرَکَ وَ الرَّغْبَةَ إِلَیْکَ وَ الْإِنَابَةَ وَ التَّوْبَةَ وَ التَّوْفِیقَ لِمَا وَفَّقْتَ لَهُ مُحَمَّدا وَ آلَ مُحَمَّدٍ عَلَیْهِمُ السَّلامُ

 

“Wahai Tuhan malam Lailatul-Qadar dan Yang menjadikannya lebih baik dari pada seribu bulan, wahai Tuhan malam, siang, gunung-gunung, lautan, kegelapan, cahaya, bumi, dan langit, Wahai Zat Maha Pencipta, wahai Zat Maha Pembentuk, wahai Zat Mahabelas kasih, ya Allah wahai yang Maha Pengasih, ya Allah wahai yang Maha Berdiri Sendiri, ya Allah wahai yang Maha Pencipta (tanpa contoh sebelumnya), ya Allah, ya Allah, ya Allah, hanya bagi-Mu seluruh asma yang baik, seluruh perumpamaan yang tinggi, kebesaran, dan karunia. Aku mohon kepada-Mu agar Kaulimpahkan shalawat atas Muhammad dan keluarga Muhammad, menjadikan namaku pada malam di antara orang-orang yang berbahagia, ruhku bersama para syahid, kebaikanku di surga ‘Illiyin, dan kejelekanku terampuni, menganugerahkan padaku keyakinan yang dengannya Kauawasi kalbuku dan keimanan yang dapat menyirnakan keraguan dariku, merelakanku terhadap apa yang telah Kaubagikan untukku. Anugerahkanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, lindungilah aku dari siksa api neraka yang membakar, dan anugerahkanlah padaku pada malam ini untuk mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu, merindukan-Mu, dan taufik (untuk menggapai) apa yang (telah digapai oleh) Muhammad dan keluarga Muhammad dengan taufik-Mu.” (RM)

Tags