Kebijakan AS terhadap Iran di Masa Trump (Bagian 1)
https://parstoday.ir/id/radio/world-i31111-kebijakan_as_terhadap_iran_di_masa_trump_(bagian_1)
Donald Trump, miliarder dari Partai Republik yang terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat ke-45 akan segera memasuki Gedung Putih. Suara Trump dan kemenangannya dalam pemilu presiden tahun 2016 dianggap sebagai akibat dari ketidakpuasan dan kemarahan masyarakat Amerika terhadap Partai Demokrat, Hillary Clinton dan kinerja Barack Obama.
(last modified 2025-07-30T06:25:16+00:00 )
Jan 17, 2017 11:19 Asia/Jakarta

Donald Trump, miliarder dari Partai Republik yang terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat ke-45 akan segera memasuki Gedung Putih. Suara Trump dan kemenangannya dalam pemilu presiden tahun 2016 dianggap sebagai akibat dari ketidakpuasan dan kemarahan masyarakat Amerika terhadap Partai Demokrat, Hillary Clinton dan kinerja Barack Obama.

Menyusul kemenangan Trump pada pemilu presiden AS tahun 2016, muncul banyak pertanyaan, di mana di antara pertanyaan yang menjadi fokus perhatian banyak kalangan adalah apa pengaruh dan dampak terpilihnya Trump terhadap Republik Islam Iran? Apakah perilaku anti-Iran akan berubah setelah Trump berkuasa di AS, atau justru sebaliknya dan kondisi semakin memburuk?

 

Persoalan terkait Iran dan AS memiliki kompleksitas historis dan ideologis tertentu sehingga pemecahan masalah ini tidak mudah dan tidak mungkin diselesaikan dalam waktu yang singkat. Selain itu, permasalahan tersebut juga telah bercampur dengan peristiwa-peristiwa internal di AS. Dalam pemilu AS, muncul seseorang seperti Trump dari dalam Demokrasi Liberal yang dianggap sebagai simbol populisme Amerika.

 

Yang pasti, Trump telah mencapai kekuasaan di AS dan kira-kira apa dampak dari peralihan kekuasaaan ini bagi Amerika di kancah internasional merupakan pembasan yang luas. Oleh karena itu, Trump dan masa depan politik AS harus dilihat dari semua aspek dan dalam hal ini akan disinggung mengenai hal-hal yang berkaitan dengan Iran.

 

Sejak 15 tahun hingga sekarang, AS menghadapi persoalan ekonomi yang serius. Sebagian besar masalah ekonomi ini disebabkan agresi militer AS ke Afghanistan dan Irak, di mana Gedung Putih telah menghabiskan anggara besar untuk membiayai perang di kedua negara tersebut. Selain itu, masyarakat Amerika juga dihadapkan pada kesenjangan sosial yang semakin meningkat, di mana masalah ini mempengaruhi hubungan sosial di antara anggota masyarakat.

 

Kesenjangan sosial yang dihadapi masyarakat AS saat ini belum pernah terjadi sebelumnya, dan bahkan kian hari meningkat. Ketidakpuasan di Amerika juga semakin tampak jelas di kalangan masyarakat. Oleh karena itu, mereka memiliki harapan besar akan adanya pemerintahan baru yang bisa membebaskan mereka dari kondisi buruk tersebut.

 

Trump memahami kondisi yang sedang dialami oleh masyarakat Amerika dan mengerti tuntutan mereka, sehingga ia mengusung slogan-slogan yang menjanjikan dalam kampanyenya. Masyakarat menyambut hangat slogan-slogan itu dan mereka berharap Trump akan bisa membawa AS ke masa depan yang lebih baik. Banyak kalangan menilai slogan-slogan yang diusung Trump menjadi salah satu faktor terpenting kemenangannya dalam pemilu presiden tahun 2016.

 

Ada karakter khusus Trump, bicaranya tanpa filter, sehingga banyak pengamat dan peneliti profesional atau akademisi tidak memperhatikan gayanya ini. Namun dari pandangan rata-rata warga AS, Trump justru mengungkapkan apa yang menjadi keyakinan mereka. Ada beberapa media percaya bahwa kemenangan Trump dikarenakan dukungan besar dari kaum pekerja krah putih dan biru (pekerja kasar dan pekerja perkantoran). Pasca krisis keuangan, pemulihan ekonomi AS tidak memiliki kekuatan, bahkan kesenjangan pendapatan pun meningkat, sedangkan kelas menengah menurun.

 

Banyak pekerja kelas krah biru dan putih mengeluh bahwa manfaat dari pembangunan ekonomi telah diambil dan dinikmati oleh kaum elit Wall Street, sementara kehidupan mereka terus memburuk. Gambaran dari Trump yang di bentuk selama kampanye salah satunya adalah anti-tradisonalis dan anti-elitis. Masyarakat AS membenci status quo dan para pemimpin politik saat itu. Mereka berpikir bahwa orang-orang itu tidak mewakili kepentingan mereka secara baik. Pemimpin dan politisi tersebut tidak mendengarkan suara mereka dan tidak menanggapi tuntutan mereka, sehingga mereka berharap akan ada perubahan. Dan Trump dianggap akan bisa membawa perubahan yang diinginkan itu.  

 

Kebanyakan masyarakat AS di berbagai negara bagian kecuali di kota-kota besar seperti Washington dan San Francisco lebih mementingkan masalah ekonomi, kesejahteraan, olahraga dan rekreasi, sementara masalah politik dan kebijakan luar negeri bagi mereka berada pada prioritas berikutnya. Trump menawarkan satu hal yang lebih realistis kepada masyarakat dan ia berhasil mengungkapkan kekhawatiran mereka yang tersembuyi.  Gerakan Trump ini telah mengantarkannya mencapai kemenangan dalam pemilu presiden. Kemenangan Trump dan pandangaannya telah berubah menjadi sebuah gerakan politik yang berpengaruh.

 

Sementara itu, Barack Obama yang menjadi pewaris pemerintahan George W. Bush menghadapi beragam persoalan di sektor ekonomi dan kebijakan luar negeri. George Bush di sebagian besar peristiwa penting di masa pemerintahannya seperti perang di Irak, bertindak sendiri dan minim dalam menjalin kerjasama dengan sekutu internasional AS. Dalam agresi militer ke Irak, hanya Inggris yang bersedia bekerjasama dengan AS, sementara negara-negara Eropa tidak bersedia untuk membiayai perang yang menguras tenaga tersebut.

 

Di bawah bayangan kebijakan permusuhan George Bush, banyak perististiwa yang tidak menyenangkan terjadi di kawasan Timur Tengah dan berbagai wilayah dunia. Kemunculan kelompok teroris Takfiri Daesh (ISIS), Boko Haram dan al-Qaeda lebih dikarenakan kebijakan-kebijakan keliru George Bush yang menyebabkan kematian banyak warga tak berdosa di dunia.

 

Dalam kondisi saat ini, sebagian besar politisi bahkan di Amerika mengkritik kebijakan-kebijakan Obama dan mempertanyakan kebijakan-kebijakan presiden dari warga kulit hitam ini. Namun tentang Trump, mereka hingga sekarang belum sampai kepada kesimpulan yang meyakinkan dan hanya bisa menilai dari pernyataan-pernyataan Presiden terpilih AS itu. Mereka juga hanya bisa mengevaluasi dari orang-orang yang dipilih Trump untuk menduduki posisi penting seperti para penasihat, Kementerian Pertahanan, Kementerian Luar Negeri dan sektor-sektor penting keamanan lainnya.

 

Obama –yang sedang meninggalkan Gedung Putih– berusaha menghindari perang langsung selama masa pemerintahannya. Ia berusaha menyelesaikan persoalan-persoalan AS dengan negara-negara lain melalui diplomasi. Obama paling tidak telah menyelesaikan dua masalah penting dan bersejarah dalam kebijakan luar negari AS, yaitu; isu nuklir Iran dan hubungan Amerika dengan Kuba. Ia juga telah mengambil langkah baru dalam kebijakan luar negeri AS untuk meredam konflik dengan melakukan kunjungan bersejarah ke kota Hiroshima.

 

Kawasan Timur Tengah selalu menjadi ajang petualangan berseri militer Amerika. Petualangan terbesar AS di Timur Tengah adalah invasi militer ke Irak pada tahun 2003, di mana pasca agresi yang tidak mengantongin izin PBB ini, muncul kelompok teroris Takfiri Daesh (ISIS) yang kemudian menciptakan bencana besar bagi rakyat di kawasan dan dunia.

 

Saat ini, periode pendudukan sebuah negara terhadap negara lain telah berakhir. Pemerintahan baru AS diharapkan memperhatikan beberapa hal dalam kebijakannya di Timur Tengah. Pertama; setiap kebijakan yang terekomendasi harus bebas dari segala bentuk resiko, kedua;  biaya dan manfaat yang diperoleh dari kebijakan itu harus dievaluasi, dan ketiga; bahwa AS tentu bukan solusi atas berbagai persoalan di kawasan, namun di banyak kasus, negara ini justru bagian dari masalah di kawasan dan dunia.

 

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei dalam pidatonya di hadapan masyarakat kota Isfahan pada  Rahbu, 16 November 2016 mengatakan, "Tidak seperti beberapa dari mereka di dunia yang berduka atas hasil pemilu AS atau beberapa lainnya bahagia dan merayakan hasil pemilu itu, kami tidak berkabung atau bersuka cita, sebab, tidak ada perbedaan bagi kami, dan kami juga tidak memiliki kekhawatiran apapun, serta dengan karunia Allah Swt, kami siap untuk menghadapi segala peristiwa yang mungkin terjadi."

 

Rahbar menambahkan, kami tidak memiliki penilaian apapun tentang pemilu ini, sebab Amerika adalah Amerika yang sama, dan dalam 37 tahun lalu, masing-masing dua partai yang berkuasa tidak membawa kebaikan apapun, bahkan kejahatan mereka selalu ditujukan kepada rakyat Republik Islam Iran.

 

Ayatullah Khamenei menegaskan, ketika politik, ekonomi, budaya dan mental para elit dan pejabat senior kuat, maka tidak akan ada bahaya yang mengancam negara. Rakyat Iran terutama para pemuda, lanjut Rahbar, harus melanjutkan semangat revolusioner, sebab, masalah utama negara bukan sebagian yang diperdebatkan, namun menjaga semangat dan orientasi revolusi.

 

Dalam kondisi apapun, bangsa Iran akan selalu berdiri tegak dalam menghadapi ancaman dan tekanan AS. Perlawanan ini telah berubah menjadi kekuatan lunak, dan selama keserakahan AS dan kekuatan-kekuatan interventif lainnya berlanjut, maka satu-satunya cara untuk menghadapinya adalah perlawanan dan perjuangan revolusioner.