Wisata, Jendela Spiritualitas (5)
(last modified Mon, 16 Jul 2018 10:15:31 GMT )
Jul 16, 2018 17:15 Asia/Jakarta
  • Wisata Religi
    Wisata Religi

Bergerak adalah sunnah Ilahi di sistem penciptaan dan di seluruh alam semesta baik itu penciptaan manusia, alam (hewan dan tumbuhan), benda mati dan benda langit (bintang dan lain sebagainya).

Kelahiran dan kematian merupakan bentuk kedatangan dan kepergian yang terus berlanjut di dunia. Seluruh makhluk di sistem pemciptaan senantiasa dalam kondisi bergerak dan berubah. Di bagian ayat ke 88 Surat al-Naml Allah Swt berfirman yang artinya, " Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan...."

 

Perjalanan termasuk topik yang diungkapkan oleh al-Quran. Di Kitab Suci ini kita akan menyaksikan ayat-ayat yang mendorong manusia untuk melakukan perjalanan. Tujuan Islam mendorong pengikutinya untuk melakukan perjalanan adalah perhatiannya terhadap kesehatan fisik dan jiwa.

 

Di bidang kesehatan badan/fisik, tujuan dari wisata dan melakukan perjalanan adalah wisata yang sehat, meraih kesehatan, bertemu dengan sanak keluarga (silaturahmi), menimba ilmu dan pengetahuan, berdagang dan mencari rizki yang halal.

 

Urgensitas tujuan ini banyak ditemukan di ayat dan riwayat Islam. Terkait pentingnya bertemu dengan sanak famili atau silaturahmi, Nabi Muhammad Saw bersabda, "Saya wasiatkan kepada seluruh umatku, baik itu yang hadir maupun ghaib dan mereka yang masih berada di tulang rusuk laki-laki dan rahim perempuan hingga hari Kiamat untuk melakukan silaturahmi, meski jarak di antara mereka satu tahun perjalanan, karena ini merupakan bagian dari agama."

Wisata Religi di Semarang

 

Mengingat pentingnya perjalanan di Islam, maka pandangan agama ini terkait perjalanan sangat luas. Mengenal diri dan dunia, mengembangkan pemikiran, mengenal penciptaan, mengenal kehidupan umat terdahulu dan mengambil pelajaran dari nasib umat-umat terdahulu merupakan tujuan lain dari seruan Islam kepada umatnya untuk melakukan perjalanan.

 

Di sebagian ayat al-Quran, perjalanan disebut sebagai keharusan bagi sebagian kelompok, dengan harapan perjalanan di dunia ini dan menyaksikan peninggalan bersejarah dari umat terdahulu akan menjadi sumber pelajaran bagi para musafir dan mengenal kebenaran.

 

Imam Ali as bersabda, "Lakukan sebuah perjalanan karena memiliki lima manfaat; menghilangkan kesedihan, mendatangkan pendapatan, menambah pengetahuan, memberikan pelajaran adat istiadat serta moral dan duduk bersama orang-orang yang saleh."

 

 

Dari segi terminologi, kata yang digunakan al-Quran terkait perjalanan memiliki arti khusus yang menunjukkan sebuah perjalanan yang dibarengi dengan berpikir. Hijrah termasuk dalam kategori ini. Menurut kesaksian sejarah, peran penting agama samawi di sejarah umat manusia senantiasa terkandung dalam proses hijrah dan gerakan para wali Allah.

 

Kisah perjalanan/ hijrah sebagian nabi di al-Quran menunjukkan awal transformasi penting di sejarah umat manusia. Awal kehidupan manusia di bumi bersamaan dengan turunnya Nabi Adam. Kehidupan manusia pilihan Tuhan seperti Nabi Nuh, Khidir, Yusuf, Dhul Qarnain, Ashabul Kahfi, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa dan Nabi Muhammad Saw seluruhnya dibarengi dengan hijrah.

 

Ashabul Kahfi untuk mempertahankan keimanannya rela berhijrah. Nabi Ibrahim as dengan berhijrah ke Mekah, membangun Baitullah sehingga setiap tahun manusia dengan ritual tawafnya mengingat penciptanya, Tuhan Yang Maha Esa. Sementara Nabi Muhammad Saw, dengan berhijrah dari Mekah ke Madinah serta membentuk pemerintahan Islam, telah membangun peradaban besar Islam.

 

Penjelasan sejumlah hukum dan tata cara bepergian/perjalanan di al-Quran harus meneladani perjalanan di Islam. Hukum ini untuk mempermudah perjalanan para musafari dalam menjalankan ibadahnya seperti shalat dan puasa serta hal-hal yang berkaitan dengan kehidupannya.

Pesona Wisata Religi Qazwin di Iran

 

Ayat 101 surat an-Nisa termasuk ayat yang mengisyaratkan hal ini, " Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu men-qashar sembahyang(mu)..." Selain shalat, puasa juga termasuk ibadah lain di Islam yang memiliki hukum khusus ketika seseorang bepergian yang tujuannya untuk mempermudah para musafir melakukan ibadahnya.

 

Di bagian ayat 185 surat al-Baqarah yang membahas hukum puasa ketika seseorang melakukan perjalanan disebutkan, " Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu." Sebagian meyakini di antara hikmah hukum bepergian di bidang ibadah adalah perjalanan seorang mukmin karena diwarnai dengan motivasi agaman dan Ilahi termasuk bagian ibadah.

 

Di antara hukum bepergian di Islam adalah menanggung biaya perjalanan bagi mereka yang kehabisan bekal. Seperti yang kita ketahui, salah satu kekhawatiran para wisatawan dan musafir di berbagai penjuru dunia adalah biaya atau anggaran perjalanan.

 

Keamanan termasuk faktor yang akan membuat tenang para wisatawan dan musafir selama perjalanannya. Agama Islam memberikan wewenang untuk mengambil sebagian harta publik dan zakat atau khumus demi membantu mereka yang tidak dapat melanjutkan perjalanannya, atau musafir yang kehabisan bekal.

 

Bepergian di dalam Islam memiliki ritual seperti memberi sedekah sebelum melakukan perjalanan, membaca doa dan munajat khusus bepergian.