Efek Terpilihnya Bolsonaro bagi Brasil dan Dunia
(last modified Wed, 31 Oct 2018 11:13:42 GMT )
Okt 31, 2018 18:13 Asia/Jakarta
  • Jair Bolsonaro dan para pendukungnya.
    Jair Bolsonaro dan para pendukungnya.

Brasil – negara terbesar di Amerika Selatan – terjebak dalam ketegangan politik, sosial, dan ekonomi selama beberapa tahun terakhir. Mantan Presiden Brasil Dilma Rousseff dimakzulkan oleh sidang majelis tinggi negara itu pada Agustus 2016 karena kasus korupsi.

Setelah investigasi tentang kasus korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan, parlemen Brasil akhirnya menangguhkan sementara posisi Rousseff sebagai presiden selama enam bulan untuk menjalani sidang pemakzulan. Dengan pemakzulan Rousseff, masa kekuasaan Partai Buruh Brasil berakhir, sebuah era yang dimulai sejak tahun 2003 dengan tampilnya Lula da Silva.

Wakil Presiden Michel Temer kemudian menggantikan posisi Rousseff selama sidang pemakzulan. Namun, perubahan politik besar tidak mampu menghentikan situasi krisis di Brasil, dan perseteruan politik dan sosial di samping kelesuan ekonomi terus mengguncang negara itu dalam dua tahun terakhir.

Setelah Senat memakzulkan Rousseff, Wakil Presiden Michel Temer resmi dilantik menjadi presiden negara itu. Selama berkuasa, dia melakukan reformasi untuk mengembalikan ketenangan di Brasil. Dia meyakinkan publik bahwa resesi dan pengangguran muncul karena korupsi anggaran negara oleh pemerintahan Rousseff.

Rakyat Brasil yakin bahwa situasi ekonomi negara mereka tidak membaik setelah Rousseff dicopot. Temer pun menghadapi protes sosial selama masa kepresidenannya. Keputusannya tentang reformasi ketenagakerjaan dan sistem pensiun memicu aksi mogok massal dan demonstrasi besar-besaran di Brasil.

Sebuah peristiwa besar terjadi selama masa kepresidenan Temer yaitu pemilu presiden Brasil pada 2018. Para analis menganggap pilpres ini sebagai fase yang menentukan bagi negara tersebut. Pilpres putaran pertama Brasil diadakan pada 7 Oktober 2018. Pilpres ini digelar secara bersamaan dengan pemilu Kongres dan parlemen.

Mantan Presiden Lula da Silva dilarang mengikuti pilpres Oktober oleh pengadilan Brasil. Dengan demikian, persaingan utama pilpres ini berlangsung antara Fernando Haddad dari sayap kiri dengan kandidat dari kelompok sayap kanan dan mantan perwira militer, Jair Bolsonaro.

Pada putaran pertama pilpres, Bolsonaro menduduki peringkat pertama dengan meraih 46,3 persen suara, sementara Haddad mengantongi 29 persen suara. Capres sayap kanan Brasil sempat kritis ditikam pisau saat melakukan kampanye. Setelah memenangi putaran pertama pilpres, mantan tentara ini tidak mengikuti acara debat di televisi dengan rivalnya, Ketua Partai Buruh Fernando Haddad. Namun, Bolsonaro aktif bergerilya di media sosial dan melakukan beberapa wawancara dengan media.

Fernando Haddad dan Jair Bolsonaro.

Pilpres Brasil memasuki putaran kedua setelah masing-masing kandidat tidak mencapai suara mayoritas. Pilpres ini diselenggarakan pada 28 Oktober 2018 dan akhirnya, Jair Bolsonaro berhasil mengalahkan saingannya dan terpilih sebagai presiden baru Negeri Samba itu. Dia meraih 55,3 persen suara dalam penghitungan resmi, sementara Fernando Haddad memperoleh 44,8 persen suara.

Setelah dinyatakan menang, Bolsonaro berjanji bahwa pemerintahannya akan membela konstitusi, demokrasi, dan kebebasan. "Ini bukan janji dari sebuah partai, bukan pula kata-kata seorang laki-laki. Ini adalah sumpah di hadapan Tuhan," ungkap Bolsonaro dalam pidato kemenangannya. Dia akan resmi menjabat sebagai presiden Brasil pada 1 Januari 2019.

Dia juga berjanji akan menegakkan keamanan dan menyelamatkan negara dari krisis akibat berbagai aksi korupsi, kriminalitas, dan lesunya perekonomian.

Sekarang muncul kekhawatiran atas kemenangan Bolsonaro, karena ia mendukung militerisme dan kebangkitan militer. Banyak pihak mengkhawatirkan kebebasan sipil di masa kepemimpinan tokoh sayap kanan itu. Orientasi politik Bolsonaro bersifat nasionalis dan populis, ia mendukung kebijakan kanan ekstrim, namun para pendukungnya mengklaim bahwa sikap Bolsonaro berada dalam konteks konservatisme tradisional.

Pada dasarnya, kemenangan Bolsonaro merupakan sebuah kekalahan besar bagi kubu sayap kiri tidak hanya di Brasil, tetapi juga di Amerika Latin. Para politisi sayap kanan meraih kekuasaan di negara-negara regional seperti Argentina, Peru, Chile, dan Kolombia dalam beberapa tahun terakhir.

Fenomena serupa sekarang muncul di Brasil dan merupakan sebuah kemunduran besar bagi sosialisme. Partai Buruh Brasil sudah berkuasa di negara itu selama 14 tahun, dan sekarang terpaksa harus memainkan perannya sebagai oposisi. Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah anggota Partai Buruh dan para mantan pejabat Brasil menghadapi tuduhan korupsi.

Pernyataan kontroversial, slogan, dan janji-janji Bolsonaro baik terkait isu domestik maupun internasional telah membuatnya dijuluki "Donald Trump Brasil" atau "Tropical Trump." Dia juga berjanji akan meningkatkan keamanan dalam negeri dengan memperhatikan situasi keamanan sosial yang kacau di negaranya.

Bolsonaro memperkenalkan dirinya sebagai sosok yang tegas dan akan menegakkan keamanan di jalan-jalan Brasil. Dia ingin meningkatkan kepemilikan senjata api dan akan memberikan polisi kekuasaan tidak terbatas untuk bertindak.

"Semua warga negara baik laki-laki maupun perempuan, jika ingin menyimpan senjata api di rumah-rumahnya, mereka bisa memilikinya dengan parameter yang ditetapkan," ujarnya.

Bolsonaro juga menentang legalisasi aborsi. Dalam sebuah tweet, dia menulis, "Uang rakyat Brasil tidak akan dipakai untuk organisasi-organisasi non-pemerintah yang mengkampanyekan aborsi." Sikapnya ini mendulang dukungan dari para pemeluk agama Katolik.

Di sektor ekonomi, banyak orang Brasil memutuskan memilih Jair Bolsonaro karena menganggap kinerja Partai Buruh tidak bagus. Menurut mereka, partai itu telah membawa ekonomi Brasil ke dalam resesi dan krisis. Setelah sempat tumbuh, kondisi ekonomi negara itu mencatat kelesuan dalam beberapa tahun terakhir. Oleh sebab itu, warga Brasil berharap program ekonomi Bolsonaro akan membawa negara itu keluar dari resesi ekonomi.

Bolsonaro juga memiliki program untuk menghentikan pemborosan anggaran dan mengurangi intervensi pemerintah di sektor ekonomi. Dalam beberapa hal, ia menunjukkan nasionalismenya dan menekankan kontrol pemerintah terhadap industri strategis. Dia ingin mereformasi struktur pemerintah dan mengurangi belanja yang tidak penting serta mengubah metode pengalokasian anggaran.

"Saya berkomitmen untuk memangkas jumlah kementerian dan sebagian besar badan usaha pemerintah akan saya bubarkan atau nasionalisasikan," ungkapnya.

Dalam kebijakan luar negeri, banyak pihak menduga bahwa Bolsonaro akan mengadopsi kebijakan yang sama atau hampir mirip dengan kebijakan Presiden AS Donald Trump. Pernyataan dan slogan Bolsonaro merefleksikan slogan-slogan Trump terutama slogan America First.

Bolsonaro akan mengadopsi doktrin ekonomi proteksionis seperti yang dilakukan Trump. Dia berjanji akan mengakhiri perdagangan pisang dengan Ekuador untuk melindungi para produsen Brasil.

Presiden baru Brasil mengancam akan menarik negaranya dari Perjanjian Iklim Paris dan Dewan Hak Asasi Manusia PBB. Menurutnya, perjanjian iklim akan memperlemah kedaulatan Brasil atas hutan Amazon. Dia menyebut pemanasan global tidak lebih dari "dongeng rumah kaca."

Mengenai Amerika Latin, semua pihak ingin mengetahui langkah apa yang akan diambil Bolsonaro terutama menyangkut krisis Venezuela. Selama kampanye pemilu, dia mengkritik dukungan para presiden dari Partai Buruh, terutama Lula da Silva terhadap pemerintah sayap kiri Venezuela.

Namun setelah menang, Bolsonaro memilih sikap yang lebih lunak dan mengumumkan penentangannya terhadap segala bentuk intervensi militer di Venezuela.

Diperkirakan bahwa Bolsonaro juga akan memindahkan kedutaan Brasil dari Tel Aviv ke al-Quds dan kemudian menutup kedutaan Palestina di Brasilia. “Apakah Palestina sebuah negara? Palestina bukan sebuah negara, jadi tidak boleh ada kedutaan di sini,” tegas Bolsonaro dalam pembukaan sidang Kongres Brasil pada musim panas 2018 lalu.

Kekuatan internasional sekarang sedang mengamati perkembangan di Brasil. Bagi Barat terutama AS, tampilnya seorang presiden sayap kanan radikal adalah sebuah berkah besar yang memfasilitasi pelaksanaan kebijakan Washington di Amerika Latin. Trump semakin optimis untuk menyamakan kebijakannya dengan Bolsonaro mengenai isu-isu regional dan internasional.

Namun untuk dua rival Amerika yaitu Cina dan Rusia, Bolsonaro akan mengancam konvergensi mereka dengan Brasil di forum-forum internasional seperti BRICS. Jika presiden baru Brasil memaksakan cara-cara yang sama dengan Trump dalam berurusan dengan BRICS, maka ini akan menjadi pukulan besar bagi kelompok baru itu. (RM)

Tags