Kerinduan Trump Tampil di Hollywood
-
Pesan di akun Twitter Trump, \\\\\\\"Sanctions Are Coming, Novemver 5.\\\\\\\"
Surat kabar The Guardian dalam satu laporannya pada Agustus 2018 memperkenalkan beberapa sutradara yang berpotensi dipilih untuk mengarahkan film biografi Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Martin Scorsese salah satu sutradara yang menanggapi ide pembuatan film itu mengatakan, "Trump mengingatkannya pada pemeran utama film Gangs of New York, Bill the Butcher. Dia adalah penguasa tertinggi di sebuah area yang penuh dengan kejahatan, prostitusi, pencurian, dan pembunuhan." Film ini menyoroti dampak berbahaya dari peningkatan kekuasaan dan nafsu bagi umat manusia.
Jurnalis senior Amerika, Dan Rather melalui sebuah tweet mengusulkan pembuatan sebuah film tentang Trump kepada Martin Scorsese. Dia dianggap sebagai sutradara ideal untuk film biografi Trump. Usulan ini langsung menyita perhatian banyak pengguna Twitter serta para pakar media dan sinema.
The Guardian kemudian memperkenalkan beberapa sutradara yang dianggap tepat untuk mengarahkan film seperti itu. Menariknya, para sutradara dan aktor Hollywood selalu mengkritik dan melakukan kampanye melawan Trump selama dua tahun terakhir, dan sangat jarang ada pesohor sinema yang mendukungnya.
Jika sebuah film tentang Trump diproduksi, maka sindiran kasar terhadapnya dan kebijakan kontroversial Gedung Putih tampaknya akan mewarnai jalan cerita di film itu.
Perubahan politik dan sosial terjadi di AS dan beberapa tempat di dunia setelah Trump berkuasa. Berkuasanya Trump telah menjadi salah satu tantangan bagi orang-orang yang ingin mengkaji persoalan sosial Amerika. Mereka akan bertanya, mengapa para aktor Hollywood gagal mengirim Hillary Clinton ke Gedung Putih dan bagaimana fenomena Trump dalam waktu singkat bisa menduduki kursi Presiden AS.
Beberapa pihak berpendapat bahwa Trump adalah simbol dari apa yang dipromosikan oleh Hollywood dan media Amerika selama bertahun-tahun, dan untuk itu dia meraih kemenangan. Dengan kata lain, Trump adalah produk gaya hidup Amerika yang dipromosikan Hollywood dan ia pantas disebut sebagai Presiden Hollywood Amerika.
Trump tentu saja juga terlibat aktif di dunia televisi dan dapat dikatakan dia adalah presiden kedua AS yang dikenal sebagai aktor setelah Ronald Reagan. Trump memulai aktivitasnya di layar televisi dan tampil di hadapan kamera dalam serial komedi Jefferson pada tahun 1985.
Pada 1989, Trump menjadi lawan main Bo Derek dalam film fantasi kriminal berjudul "Ghosts Can't Do It." Film ini memenangkan penghargaan Razzie Awards untuk kategori film terburuk, aktris terburuk, sutradara terburuk, dan aktor pendukung terburuk, Donald Trump.
Pada tahun 1992, Trump kembali membintangi sebuah film dengan judul "Home Alone 2." Dia selanjutnya tampil di beberapa serial televisi dan memainkan peran singkat di proyek-proyek yang tidak populer. Pada 2001, Trump ikut bermain dalam film Zoolander dan pada 2010, ia muncul dalam sebuah adegan di film Wall Street: Money Never Sleeps.
Sejak 2004, Trump mengarahkan sebuah acara reality show tentang kompetisi bakat di televisi NBC. Dalam acara The Apprentice ini, Trump memperoleh pengalaman baru sebagai pembawa acara dan menampilkan kemampuan aktingnya dalam mencari bakat bisnis pada diri seseorang. Tujuh seri dari acara ini hanya diikuti oleh kalangan pebisnis dan pelaku ekonomi tanpa melibatkan selebritis. Sejak tahun 2008, para selebritis dan pesohor mulai meramaikan acara ini.
Uniknya, Trump selalu menggunakan frasa "You're fired" untuk peserta yang gagal dalam acara The Apprentice. Dia bahkan berusaha mematenkan frasa tersebut untuk mendapatkan uang. Namun, setelah dimulainya kampanye pemilu Presiden AS dan komentar-komentar kerasnya yang menyerang minoritas, NBC kemudian mencari sosok lain sebagai pembawa acara The Apprentice.
Meski demikian, Trump tidak menarik diri dari dunia hiburan dan layar televisi. Dia masih sangat tertarik dengan dunia akting dan tampil dalam banyak iklan televisi milik perusahaan-perusahaan penting Amerika sejak dekade 1990-an. Dia bersama istri pertamanya, Ivana, menjadi bintang iklan untuk sebuah restoran waralaba dan memperkenalkan sebuah model pizza untuk pertama kalinya.

Pada tahun 1999, ia kembali tampil di iklan restoran waralaba tersebut dan mengajak konsumen untuk mencicipi sebuah pizza baru. Trump berulang kali muncul di iklan televisi hingga tahun 2005, dan bahkan ia membintangi iklan untuk sebuah merek kasur dan perlengkapan tidur.
Lalu, apa tujuan kami mengangkat kisah Donald Trump sebagai aktris yang antusias? Jawabannya adalah: Presiden AS saat ini tampaknya ingin kembali ke layar lebar dan memperlihatkan bakat aktingnya "yang luar biasa" kepada dunia.
Trump ketika mengumumkan pengembalian sanksi AS terhadap Iran, memposting sebuah gambar dirinya di akun Twitter dengan tulisan, "Sanctions Are Coming, Novemver 5". Dalam gambar ini, ia tidak hanya terinspirasi dari slogan Winter is Coming, tetapi juga menggunakan font serial fantasi Game of Thrones.
Trump dengan mengangkat film Game of Thrones, mencoba menciptakan dan mengintensifkan perang psikologis menjelang penerapan tahap kedua sanksi terhadap Iran. Namun, tweet itu dicemooh oleh para netizen dan dikritik oleh produser dan salah satu aktor film tersebut.
Salah satu netizen berkata, "Musim dingin di sini," dan yang lain mengingatkan warga Amerika untuk memberikan hak suara dalam pemilu sela Kongres demi melawan perilaku Presiden AS.
Home Box Office (HBO) dalam menanggapi postingan Trump menyatakan, "Kami tidak mengetahui pesan ini dan lebih suka merek dagang kami tidak disalahgunakan untuk tujuan politik."
Aktor film tersebut, Kit Harington dalam sebuah wawancara menuturkan, "Tuan Trump… Saya tidak menggunakan gelar Presiden untuk dia. Menurut pendapat saya, pria yang memimpin negara Anda adalah seorang penipu."
George Martin, seorang novelis Game of Thrones juga mengkritik tindakan Trump, dan menggambarkannya sebagai Joffrey Baratheon, sosok yang paling dibenci dalam serial fantasi ini.
"Saya pikir Joffrey sekarang adalah raja Amerika Serikat karena mereka berdua memiliki tingkat kedewasaan emosional yang sama dan mereka selalu ingin mengingatkan orang lain bahwa mereka adalah penguasa," ujar Martin.
Dengan demikian, gambar yang diposting Trump bukannya ditanggapi serius oleh opini publik, tetapi malah diejek dan para netizen memanfaatkan postingan itu sebagai sarana untuk mengekspresikan serangan kasarnya terhadap Trump.
Pesan Twitter ini membuat Presiden AS diolok-olok dan ini adalah sebuah kesalahan Trump dalam memilih cara menyampaikan pesan ke publik. Ini tampaknya tidak akan menjadi kesalahan terakhir yang dibuat oleh Presiden AS itu, sebab ia sudah terbiasa dengan pernyataan dan tindakan kontroversial yang mengundang kecaman dunia.
Di masa lalu, karya seni didasarkan pada kepribadian tokoh-tokoh besar dan perempuan hebat, tetapi Presiden AS sekarang memanfaatkan karakter negatif dari sebuah serial fantasi dan itupun untuk mengancam sebuah bangsa. (RM)