Feb 23, 2021 12:07 Asia/Jakarta

Negara-negara Barat, terutama negara-negara Eropa, selalu mengklaim menjunjung tinggi HAM, termasuk kebebasan berekspresi. Namun, klaim ini telah dipertanyakan dalam beberapa tahun terakhir sehubungan dengan upaya mereka untuk membatasi kebebasan berbicara. Masalah ini kini telah menimbulkan reaksi sosial di Spanyol.

Dalam hal ini, telah terjadi demonstrasi luas di kota-kota Spanyol, termasuk Madrid dan Barcelona. Protes ini telah dimulai dan berlanjut dalam beberapa hari terakhir terkait penangkapan seorang penyanyi rap Spanyol. Polisi telah menangkap puluhan orang selama protes dan seorang wanita juga kehilangan satu matanya saat melakukan protes di Barcelona.

Demonstrasi di Spanyol memrotes pelaksanaan kebebasan berekspresi

Para pengunjuk rasa menyampaikan protesnya setelah Pablo Hasel, rapper Spanyol dihukum penjara 9 bulan karena mengungkapkan protesnya lewat tweet dan lirik lagunya. Penangkapan rapper Spanyol itu memicu gelombang kritik atas pelanggaran kebebasan berbicara di Spanyol.

Hasel, yang dikenal karena pandangan kirinya, ditangkap setelah menolak untuk menyerahkan diri kepada polisi karena harus menjalani hukuman sembilan bulan penjara. Kesalahannya karena mentweet terhadap mantan raja Spanyol dan menuduh polisi menyiksa dan membunuh pengunjuk rasa. Keputusan pengadilan Spanyol telah memicu kontroversi atas kebebasan berekspresi di Spanyol, serta protes yang berujung kekerasan.

Sementara pemerintah Spanyol beberapa hari lalu berjanji akan menghapus hukuman penjara dari kejahatan terkait kebebasan berekspresi.

Para pengamat mengatakan, penangkapan rapper Pablo Hasel, yang dikenal karena memrotes monarki dan terutama karena negara ini menjual senjata ke Arab Saudi, telah mempertanyakan dan menantang kebebasan berekspresi di Spanyol.

Pablo Iglesias, pemimpin partai sayap kiri Podemos yang juga hadir dalam pemerintahan koalisi di Spanyol mengritik hukuman penjara terhadap Hasel dan kebrutalan polisi terhadap para pengunjuk rasa. Menurutnya, "Spanyol tidak berada dalam situasi normal dan demokrasi tidak berkuasa di negara ini."

Meskipun rapper itu dikatakan telah ditangkap karena kejahatan seperti tweet dan lirik lagu yang menentang monarki dan menghasut terorisme, opini publik Spanyol dan pengguna media sosial di negara itu menyebutnya sebagai pelanggaran kebebasan berekspresi.

Di salah satu tweet dan lirik lagunya ia mengatakan, "Karena pembantaian militer Saudi, anak-anak menderita di Yaman." Jadi Pablo Hasel ditahan juga karena mengritik penjualan senjata Spanyol ke kerajaan Arab Saudi.

Ini dibuktikan dengan meningkatnya tren anti-Islamisme di media-media Eropa, termasuk penerbitan karikatur yang menghina Nabi Muhammad Saw dan pembelaan Presiden Prancis Emmanuel Macron dengan dalih melindungi kebebasan berekspresi. Sementara di beberapa negara Eropa, setiap pertanyaan tentang Holocaust telah dianggap sebagai kejahatan oleh para pemikir dan dapat dihukum penjara.

Presiden Prancis Emmanuel Macron

Di Spanyol, seorang rapper menyampaikan lirik lagu bernada protes kini telah dijatuhi hukuman penjara. Kesalahannya karena melanggar garis merah sistem politik negara ini. Padahal, ia hanya mempertanyakan sistem monarki serta dukungan dan partisipasi Spanyol dalam perang terhadap Yaman, dan pembantaian rakyatnya oleh koalisi Saudi.

Dukungan luas masyarakat Spanyol untuk rapper ini mencerminkan opini publik tentang kurangnya kebebasan berekspresi yang nyata di negara ini. (SL)

Tags