Washington Mengklaim ada Pengaruh Iran di Kalangan Pendukung Palestina di Amerika
Gerakan mahasiswa Amerika yang terjadi di seluruh Amerika Serikat yang berujung pada ratusan demonstrasi, pertemuan dan aksi duduk di universitas-universitas negara itu untuk memprotes tindakan kejahatan Israel, terutama genosida terhadap rakyat Gaza, dan menyatakan dukungannya terhadap Palestina, telah memicu reaksi negatif dari pemerintah Amerika dan otoritas negara ini dalam pernyataannya mencoba menganggap gerakan ini terinspirasi oleh negara lain, terutama Iran.
Juru Bicara Gedung Putih Karin Jean-Pierre menuduh Republik Islam Iran berusaha mengeksploitasi protes terkait Perang Gaza di Amerika Serikat dan menganggap perilaku tersebut tidak dapat diterima.
Dia berpendapat bahwa kebebasan berpendapat sangat penting bagi demokrasi Amerika, tapi pemerintah juga mempunyai kewajiban untuk memperingatkan warga negaranya mengenai operasi pengaruh asing.
Peringatan ini diberikan beberapa jam setelah Direktur Intelijen Nasional Amerika, April Haynes mengklaim adanya aktivitas siber Iran dan penyalahgunaan agen-agen Iran dalam protes terhadap Israel dalam Perang Gaza.
Direktur Intelijen Nasional Amerika Serikat mengatakan dalam sebuah pernyataan, Amerika Serikat telah mengidentifikasi agen siber yang terkait dengan Iran, dalam bentuk aktivis online yang berusaha mendorong protes dan bahkan memberikan dukungan keuangan kepada para pengunjuk rasa [terhadap perang Gaza].
Mengacu pada kesaksiannya di Kongres AS, dia mengatakan, Iran semakin berusaha untuk secara agresif mempengaruhi dan menciptakan perselisihan serta melemahkan kepercayaan terhadap lembaga-lembaga demokrasi kita.
Nampaknya pihak berwenang Amerika, yang sedang menghadapi fenomena yang belum pernah terjadi sebelumnya, yaitu protes yang sangat luas di Amerika Serikat sebagai bentuk protes terhadap kejahatan rezim Zionis dalam Perang Gaza yang dilakukan oleh para pemuda Amerika, khususnya para mahasiswa negeri ini, bukannya berusaha untuk menyelidiki masalah ini secara realistis, justru berusaha menuduh Iran sebagai pemicu protes tersebut.
Haynes menekankan dalam pidatonya yang aneh bahwa Republik Islam Iran sedang mencari "oportunisme" dalam protes yang sedang berlangsung mengenai Perang Gaza dengan menggunakan "buku panduan" yang telah digunakan pihak lain selama bertahun-tahun.
Sebenarnya, alih-alih menyikapi alasan obyektif terbentuknya gerakan mahasiswa anti-Israel di Amerika, pejabat senior intelijen Amerika ini justru mencoba memperkenalkan Iran sebagai pencetus gerakan tersebut.
Sebuah klaim yang terbukti tidak berdasar bahkan dengan pemeriksaan singkat terhadap dimensi gerakan yang tersebar di universitas-universitas Amerika dan banyak negara Barat.
Pada saat yang sama, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan hal ini.
Pertama, di dunia abad ke-21, yaitu abad komunikasi dan informasi, dunia maya dan jejaring sosial, serta berkat teknologi dan inisiatif baru di bidang komunikasi, monopoli berita dan media telah hilang dari tangan Barat, khususnya Amerika.
Saat ini, berdasarkan tingkat dan jangkauan akses dan fasilitas media, serta aktivitas di ruang siber, berbagai negara dapat mengekspresikan pandangannya mengenai perkembangan regional dan global pada tingkat yang luas di dunia.
Wajar saja, berkat pencapaian luar biasa di bidang komunikasi dan ruang maya, Iran mampu mempublikasikan pandangan dan pesannya di berbagai institusi dunia, termasuk Amerika Serikat, dengan medianya di dunia maya dan satelit, sekaligus mengirimkan berita dan memublikasikan pesan-pesan Revolusi Islam, khususnya posisi dan pandangan Pemimpin Besar Revolusi Islam, Ayatullah Khamenei, banyak orang di berbagai negara, termasuk pemuda Amerika, memperhatikan media dan pesan-pesan tersebut dan mengikutinya.
Sehubungan dengan itu, surat Pemimpin Besar Revolusi Islam baru-baru ini yang ditujukan kepada mahasiswa Amerika, yang diterbitkan pada tanggal 30 Mei 2024, bukanlah sebuah intervensi terhadap urusan dalam negeri Amerika Serikat, melainkan sebuah pengakuan dan penjelasan gerakan di Amerika yang menyatakan bahwa mahasiswa Amerika mendukung rakyat Palestina yang tertindas dan mengutuk kejahatan yang dilakukan oleh rezim Zionis selama Perang Gaza.
Faktanya, Iran tidak berperan dalam pembentukan gerakan ini dan hanya menyatakan dukungannya ke arah mendukung perjuangan Palestina, serta tren meningkatnya kesadaran di kalangan pemuda Barat, khususnya Amerika, tentang Palestina, telah meningkatkan rasa muak dan kebencian mereka terhadap Israel.
Ayatullah Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam dalam suratnya yang ditujukan kepada para mahasiswa yang dengan sungguh-sungguh mendukung rakyat Palestina di universitas-universitas Amerika, menyatakan simpati dan solidaritas terhadap protes anti-Zionis yang dilakukan para mahasiswa tersebut, dan menganggap mereka sebagai bagian dari Poros Perlawanan dan mengacu pada perubahan situasi dan nasib kawasan sensitif Asia Barat beliau menekankan perubahan sejarah dunia.
Menyikapi gerakan mahasiswa pro-Palestina di Amerika, beliau menekankan bahwa Anda kini berdiri di sisi sejarah – yang sedang berbalik arah.
Yang penting, protes mahasiswa di Amerika untuk mendukung Palestina merupakan fenomena baru dalam sistem politik dan sosial di negeri ini.
Protes yang meluas dan belum pernah terjadi sebelumnya di universitas-universitas Amerika untuk mendukung warga Palestina dan menentang tindakan kriminal Israel sekali lagi menyoroti perubahan mendasar dan esensial dalam sikap generasi muda Amerika terhadap isu Palestina.
Kini pertanyaan ini semakin mengemuka, mengapa generasi muda, atau lebih tepatnya “Generasi Z”, berbeda dengan bapak-bapaknya, mendukung Palestina dan tidak bersimpati dengan rezim Zionis?
Para pejabat dan institusi yang dekat dengan lobi Zionis di Amerika, bersama dengan otoritas Tel Aviv, telah mencoba untuk menganggap demonstrasi dan protes mahasiswa sebagai akibat dari penipuan dan penyimpangan generasi baru Amerika, dan menuntut agar pasukan keamanan menangani hal tersebut.
Selain itu, kini institusi dan pejabat senior politik dan intelijen Amerika, seperti April Haynes, Direktur Intelijen Nasional, atau Karin Jean-Pierre, JuruBbicara Gedung Putih, telah melakukan upaya yang jelas untuk memproyeksikan faktor-faktor di balik pembentukan gerakan mahasiswa Amerika anti-Israel dengan menuduh Iran.
Mereka sengaja menyangkal fenomena ini sebagai gerakan yang dilakukan sendiri yang disebabkan oleh perubahan sikap pemuda Amerika terhadap Israel di satu sisi dan simpati serta dukungan mereka terhadap Palestina di sisi lain.(sl)