Ketika Komunitas Internasional Sudah Tidak Lagi Mempercayai UE
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia percaya bahwa negara-negara di selatan dan timur dunia telah kehilangan kepercayaan mereka pada Uni Eropa karena kebijakan ganda Brussel, dan mantan menteri luar negeri Austria juga mengatakan bahwa Barat malah terisolasi. dari Rusia.
Maria Zakharova, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia menyatakan bahwa mayoritas masyarakat dunia telah kehilangan kepercayaan terhadap Uni Eropa akibat kebijakan ganda Brussels.
Dalam sebuah pernyataan yang dipublikasikan di situs Kementerian Luar Negeri Rusia pada hari Jumat ((2/8), Jubir Kemenlu ini mengingatkan, Hasil logis dari kebijakan luar negeri Uni Eropa yang terputus-putus dan diwarnai secara ideologis adalah hilangnya kepercayaan politik dan keyakinan negara mayoritas dunia.
Dia kemudian merujuk pada kebijakan ganda UE mengenai perang Ukraina dan perang Gaza.
Uni Eropa, sejalan dengan kebijakan ganda Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat, jelas telah mengadopsi pendekatan yang berbeda terhadap isu-isu seperti hak asasi manusia dan terorisme, hingga konflik yang sedang terjadi di Eropa dan Asia Barat, yaitu perang di Ukraina dan perang di Gaza.
Persoalan ini menuai banyak kritik dari negara lain. Negara-negara Eropa sejak awal mengutuk serangan Rusia ke Ukraina pada Februari 2022 tanpa menyebutkan alasan tindakan tersebut, termasuk provokasi terus menerus terhadap Ukraina oleh NATO dan Amerika Serikat untuk menjadi anggota organisasi militer Barat tersebut.
Moskow telah berulang kali menyatakan bahwa realisasi hal ini akan menjadi ancaman langsung terhadap keamanan nasional Rusia dan tidak akan pernah mengizinkan hal tersebut dilaksanakan.
Faktanya, serangan Rusia terhadap Ukraina terjadi setelah Kiev dan NATO mengabaikan peringatan dan tenggat waktu Moskow.
Pada saat yang sama, negara-negara Eropa yang menjadi anggota NATO, bersama dengan Amerika Serikat, sejauh ini telah memberikan bantuan militer dan senjata paling banyak kepada Ukraina, dan pada saat yang sama, mereka telah meluncurkan sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya dan sangat luas serta komprehensif terhadap Rusia.
Sementara negara-negara Eropa telah mendukung rezim Zionis sejak awal perang Gaza, dan para pemimpin negara-negara seperti Jerman, Prancis, dan Inggris secara terbuka mendukung perang kejam Israel dan genosida terhadap warga Palestina dengan mengunjungi Palestina Pendudukan.
Pada bulan-bulan pertama perang, Uni Eropa mengadopsi pendekatan berdiri bersama rezim Zionis.
Meskipun dalam beberapa bulan terakhir dan setelah terungkapnya peristiwa genosida terhadap masyarakat tertindas di Gaza, mereka terpaksa mengambil sikap kritis di bidang ini, khususnya perempuan dan pengungsi, dan meluasnya kehancuran di Jalur Gaza serta larangan Israel bagi pemberian bantuan kepada masyarakat Gaza dengan tujuan menyebabkan kelaparan dan kematian bertahap seluruh penduduk negeri ini.
Isu ini dikemukakan sebagai tanggapan atas pernyataan Departemen Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa dan Josep Borrell, pejabat Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa.
Namun, Uni Eropa dan negara-negara anggotanya menolak mengambil tindakan efektif untuk menghentikan rezim Zionis melanjutkan kejahatannya dalam perang Gaza.
Pada saat yang sama, perbedaan nyata dalam posisi negara-negara Eropa terhadap perkembangan perang Gaza berakar pada perbedaan sikap dan pendekatan negara-negara anggota Uni Eropa terhadap isu Palestina.
Beberapa negara Eropa seperti Spanyol, Irlandia dan Belgia secara tegas menuntut pengakuan negara Palestina dan mengambil posisi mengutuk tindakan kriminal rezim Zionis dalam perang Gaza.
Sementara sekutu dekat Amerika di Eropa seperti Jerman dan Austria serta negara-negara Eropa Timur seperti Republik Ceko mengambil posisi mendukung Israel dan menginginkan kelanjutan operasi militer rezim Zionis di Jalur Gaza.
Maria Zakharova, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia menyatakan bahwa standar ganda dalam kebijakan Uni Eropa dalam mengevaluasi peristiwa di Timur Tengah, termasuk memburuknya situasi di Jalur Gaza dan situasi di sekitar Ukraina, cukup terlihat.
Dia mengingatkan bahwa ketika konflik Palestina-Israel dibahas di Brussels, kepala diplomasi UE Josep Borrell menyerukan penyelidikan internasional, tanpa menuduh salah satu pihak atau menarik kesimpulan pasti tentang peristiwa tersebut.
Zakharova menambahkan, Namun jika menyangkut kejahatan rezim Kiev terhadap rakyat Rusia, terutama penduduk republik Donetsk dan Luhansk serta wilayah Zaporizhzhya dan Kherson, Borrell tidak melihat perlunya penyelidikan internasional dan dengan mudah mengabaikan pembunuhan warga negara Rusia.
Tentu saja, sikap ganda masyarakat Eropa dan ketidakpercayaan masyarakat dunia terhadap mereka serta kegagalan kebijakan Uni Eropa merupakan permasalahan yang bahkan diakui oleh beberapa pejabat Eropa.
Dalam konteks ini, Karin Kneissel, mantan Menteri Luar Negeri Austria dalam sebuah wawancara menyatakan bahwa upaya Barat (termasuk Eropa) untuk mengisolasi Rusia hanya berujung pada isolasi negara-negara Barat itu sendiri.
Dia mengatakan, Negara-negara Barat telah mengisolasi diri mereka sendiri. Meskipun mereka mengklaim bahwa Rusia terisolasi, saya tidak melihat Rusia terisolasi sama sekali.
Dengan demikian, nampaknya bangsa Barat, termasuk Eropa, mengalami kegagalan tidak hanya dalam bidang mengukuhkan dominasi Barat atas dunia akibat munculnya kekuatan dunia baru dan keinginan untuk menciptakan tatanan dunia baru, tetapi juga karena pendekatan dan kebijakan ganda Barat, termasuk Uni Eropa, pada dasarnya telah kehilangan kepercayaan dari banyak negara di dunia karena perkembangan dan peristiwa regional dan global, dan telah kehilangan peran hegemoni mereka sebelumnya.(sl)