Rusia Bongkar Kerja Sama Badan Intelijen Barat dalam Serangan Ukraina di Kursk
(last modified Thu, 22 Aug 2024 06:10:50 GMT )
Aug 22, 2024 13:10 Asia/Jakarta
  • Rusia Bongkar Kerja Sama Badan Intelijen Barat dalam Serangan Ukraina di Kursk

Badan Intelijen Luar Negeri Rusia (FIS) mengumumkan bahwa penetrasi Ukraina di provinsi Kursk dilakukan dengan kerja sama badan intelijen Barat.

Kursk

Tehran, Parstoday- Menurut Badan Intelijen Rusia, operasi angkatan bersenjata Ukraina di Kursk dipersiapkan dengan partisipasi badan intelijen Amerika Serikat, Inggris dan Polandia.

Badan intelijen luar negeri Rusia menekankan bahwa mereka memiliki informasi yang dapat dipercaya, meskipun tidak memberikan bukti.

Gedung Putih sebelumnya mengklaim bahwa Amerika Serikat belum diberitahu sebelumnya mengenai rencana Ukraina untuk menyerang wilayah Rusia.

Menyinggung serangan Ukraina di Kursk, Nikolai Patrushev, Asisten Presiden Rusia mengungkapkan bahwa serangan ini direncanakan dengan partisipasi NATO dan Barat. 

"Tanpa partisipasi dan dukungan langsung mereka, Kyiv tidak akan memasuki wilayah Rusia," ujar Patrushev.

Pada tahun ketiga perang dengan Rusia, Ukraina telah mengambil tindakan yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan serangan mendadak terhadap provinsi tersebut mengingat kegagalan memulihkan tanahnya di empat provinsi Luhansk, Donetsk, Zaporizhzhia dan Kherson, serta kemajuan terus-menerus pasukan Rusia di poros Donetsk, Rusia, yang berbatasan dengan Ukraina. 

Sehubungan dengan itu, pada Selasa 6 Agustus 2024, pasukan Ukraina memasuki wilayah negara tersebut dengan melintasi perbatasan Rusia dan menyasar wilayah Kursk Rusia.

Ukraina mengklaim telah menduduki 1.263 kilometer persegi wilayah Rusia, termasuk 93 wilayah pemukiman.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengklaim bahwa 92 kota di wilayah Kursk saat ini berada di bawah kendali Kyiv. Ia mengklaim pasukan Ukraina saat ini menguasai lebih dari 1.250 kilometer persegi di wilayah tersebut.

Presiden Ukraina juga mengklaim bahwa konsep garis merah Rusia saat ini telah runtuh. Zelensky mengumumkan bahwa tujuan invasi militer tentara negara ini di wilayah Kursk Rusia adalah untuk menciptakan zona penyangga. Ukraina saat ini terus mengirimkan peralatan dan menyediakan logistik ke wilayah yang mereka kendalikan di Kursk.

Faktanya, tindakan Ukraina ini sebagian besar untuk mengurangi tekanan Rusia di poros Donetsk di satu sisi dan untuk mendapatkan pijakan di wilayah Rusia dengan tujuan mendapatkan poin dalam negosiasi di masa depan untuk gencatan senjata.

Namun, masalah utama Ukraina adalah Rusia telah mengirim pasukan ke Kursk dari mana saja untuk menghadapi pasukan Ukraina. Pengerahan pasukan ini tidak mengubah komposisi kekuatan yang terlibat dalam pertempuran di poros Donetsk. Wilayah yang berada di bawah ancaman Rusia di Donetsk secara strategis lebih berharga dibandingkan wilayah yang hilang dari Rusia di Kursk. Jadi, meskipun salah satu tujuan utama operasi ini adalah untuk mengurangi tekanan Rusia di poros provinsi Donetsk. 

Berdasarkan laporan sumber Rusia dan Ukraina, setelah invasi tentara Ukraina ke Kursk, tekanan dari serangan Rusia terhadap sumbu Donetsk tidak berkurang dan kemajuan Rusia, terutama di poros barat laut Audifka terus berlanjut. Artinya Rusia belum mengurangi unit yang beroperasi di poros Donetsk untuk menangkis serangan Ukraina di Kursk dan memiliki rencana lain untuk memasok pasukan yang dibutuhkan Kursk.

Tidak diragukan lagi, salah satu konsekuensi terpenting dari operasi Ukraina di Kursk adalah peningkatan mental rakyat dan pasukan Ukraina. Selain itu, Ukraina juga memanfaatkan kampanye ini secara maksimal untuk propaganda, termasuk media barat yang menayangkan video pasukan Ukraina yang memasok air kepada masyarakat Kusk untuk menunjukkan wajah kemanusiaannya. Namun, rilis video yang menunjukkan penganiayaan terhadap tentara Rusia yang ditangkap oleh tentara Ukraina menunjukkan wajah sebenarnya dari pertempuran di Kursk.

Konsekuensi lain dari serangan Ukraina terhadap provinsi Kursk adalah memberikan pembenaran yang baik kepada negara-negara sekutu Kyiv guna menyampaikan pesan kepada rakyat negara-negara tersebut dan untuk menunjukkan bahwa alokasi belanja pajak rakyat negara-negara Barat untuk membantu Ukraina bukanlah hal yang sia-sia. Dengan cara ini, ada kemungkinan bahwa tren penurunan bantuan ke Ukraina akan berbalik dan mengalami tren peningkatan dengan harapan memperoleh lebih banyak keuntungan militer.

Tidak diragukan lagi, tindakan Ukraina ini, yang berarti melintasi garis merah keamanan nasional Rusia dengan menduduki sebagian wilayah negara ini untuk pertama kalinya setelah Perang Dunia II, tidak mungkin terjadi tanpa sepengetahuan mitra barat Kyiv.

 

Negara-negara Barat, terutama dalam bentuk NATO dan dipimpin oleh Amerika Serikat, telah memberi Ukraina segala jenis senjata dan peralatan militer, amunisi, serta bantuan logistik dan intelijen dalam jumlah besar dan belum pernah terjadi sebelumnya selama tiga tahun terakhir. Tanpa bantuan ini, Ukraina tidak dapat melawan Rusia, bahkan untuk beberapa bulan.

Ukraina telah menerima sekitar 334 miliar dolar bantuan dari sekutunya sejak awal perang dengan Rusia. Amerika Serikat telah mengirimkan bantuan militer paling banyak ke Ukraina sebesar 70 miliar dolar.

Setelah Amerika Serikat, negara-negara anggota Uni Eropa telah mengalokasikan bantuan keuangan sebesar 83 miliar dolar ke Ukraina. Pada saat yang sama, jumlah total bantuan berjumlah 20 miliar dolar, di antaranya Jerman mengirimkan bantuan paling banyak ke Ukraina.

Amerika dan NATO, yang telah mengirimkan lebih dari seratus miliar dolar bantuan militer dan senjata ke Ukraina, masih menginginkan kelanjutan perang berdarah di Ukraina.

Pejabat senior Amerika dan NATO percaya bahwa kemenangan Rusia dalam perang Ukraina, bahkan di sekitar NATO, akan berarti mendiskreditkan organisasi militer ini dan memperluas pengaruh dan kekuatan regional dan internasional Rusia, dan akan mengubah keamanan, militer dan politik di Eropa, sehingga merugikan negara-negara Barat.

Selain itu, Washington melihat perang di Ukraina sebagai peluang penting untuk melemahkan kemampuan militer Rusia sebanyak-banyaknya, serta merosotnya kekuatan nasional negara yang menjadi rival Amerika Serikat. Oleh karena itu, perang ini hanya menimbulkan banyak kerugian manusia dan material bagi Rusia dan Ukraina, yang sejalan dengan tujuan Amerika Serikat.(PH)