Mengapa Media Barat Menyembunyikan Peran NATO dalam Tragedi Libya?
(last modified 2024-09-22T03:56:22+00:00 )
Sep 22, 2024 10:56 Asia/Jakarta
  • Intervensi NATO di Libya
    Intervensi NATO di Libya

Pars Today - NATO, yang dipimpin oleh Inggris, Amerika dan Prancis, menggulingkan pemerintah Libya dengan lebih dari 9.700 serangan udara dan menjatuhkan lebih dari 7.700 bom berpemandu. Shupak percaya bahwa pemboman ini mengakibatkan terbunuhnya ribuan orang yang diklaim NATO ingin diselamatkan.

Bencana alam dan bencana kemanusiaan biasanya tidak dapat dipisahkan. Terutama ketika intervensi militer asing terlibat. Badai Daniel, yang melanda Libya pada September 2023 dan menewaskan ribuan orang, bukan hanya peristiwa alam, tapi bagian dari bencana yang lebih besar yang berakar pada tahun 2011 dan intervensi militer NATO di negara tersebut. Dalam meliput kejadian ini, media-media Barat lebih fokus pada aspek alami dari krisis tersebut dan mengabaikan peran NATO dalam pembentukan situasi ini.

Laporan Pars Today ini menyelidiki mengapa media Barat menolak menceritakan peran sebenarnya NATO dalam menciptakan ketidakstabilan dan menghancurkan infrastruktur Libya.

Pada tahun 2011, serangan NATO di Libya memperburuk krisis kemanusiaan dan infrastruktur di negara ini. Menurut Responsible Statecraft, banjir baru-baru ini di Libya yang disebabkan oleh Badai Daniel pada September 2023, yang menewaskan hingga 10.000 orang, bukan hanya bencana alam tetapi juga akibat intervensi militer NATO. Gregory Shupak dari Responsible Statecraft menyatakan bahwa media-media biasanya menyebut perang sebagai alasan ketidaksiapan Libya menghadapi bencana ini, tanpa menyebutkan peran NATO selama tahun-tahun invasi ke Libya.

Badai Daniel, yang terjadi di Mediterania timur dan mencapai Libya pada awal September 2023, dikenal sebagai badai paling mematikan dan paling merugikan dalam sejarah Mediterania dan Afrika.

Shupak menambahkan, Selama aksi kekerasan NATO terhadap Muammar Gaddafi pada tahun 2011, media AS mengklaim bahwa Angkatan Udara Libya mengebom para pengunjuk rasa, tapi mereka tidak memberikan bukti apa pun atas klaim tersebut, dan Pentagon tidak mengkonfirmasi pemboman tersebut.

NATO, yang dipimpin oleh Inggris, Amerika Serikat dan Prancis, menggulingkan pemerintah Libya dengan lebih dari 9.700 serangan udara dan menjatuhkan lebih dari 7.700 bom berpemandu. Shupak yakin pemboman tersebut menewaskan ribuan orang yang menurut NATO coba diselamatkan, dan juga menyebabkan puluhan ribu senjata tumpah ke Libya, Pantai Gading, dan bahkan Suriah.

Sejak perang NATO di Libya pada tahun 2011, negara tersebut telah terpecah menjadi dua pemerintahan yang bersaing, masing-masing berjuang untuk mendapatkan kekuasaan. Shupak menekankan bahwa pemboman NATO tidak secara langsung menyebabkan runtuhnya bendungan di Darna, tetapi perang menghancurkan pemerintah Libya dan menghancurkan tatanan sosialnya, salah satu konsekuensinya adalah ketidakmampuan memelihara infrastruktur penting.

Shupak menekankan bahwa pandangan ini tidak tercermin dalam media arus utama, bahkan media yang merujuk pada perang. Ia menemukan bahwa dari 67 artikel yang ia temukan dalam enam hari di media terkemuka seperti New York Times, Wall Street Journal dan Washington Post, hanya 40 artikel yang menyebutkan kata “perang” dan hanya tiga artikel yang membahas peran NATO.

Pada akhirnya, Shupak menyimpulkan bahwa NATO juga sangat terlibat dalam perang Ukraina, yang pada akhirnya meningkatkan rangkaian peristiwa yang menyebabkan Rusia melakukan aksi militernya.(sl)

Tags