Mencermati Mencermati Di Balik Kemungkinan Gencatan Senjata di Lebanon Selatan
(last modified Sat, 02 Nov 2024 04:00:42 GMT )
Nov 02, 2024 11:00 Asia/Jakarta
  • Serangan Hizbullah Lebanon
    Serangan Hizbullah Lebanon

Sumber-sumber Amerika dan Zionis dan beberapa sumber Lebanon telah mengumumkan perjanjian awal untuk mengadakan gencatan senjata di Lebanon selatan, tapi terdapat keraguan mengenai kualitas dan validitas kesepakatan ini.

Dua pejabat AS yang mengetahui masalah ini mengatakan kepada Axios bahwa negosiasi gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah telah mencapai kemajuan signifikan dalam 24 jam terakhir, tapi pemerintahan Biden belum mencapai kesepakatan akhir dengan Israel atau Lebanon.

Seorang pejabat Amerika mengklaim bahwa karena kesiapan Hizbullah untuk mencapai kesepakatan, terpisah dari perang Gaza dengan Israel, kunjungan Amos Hockstein, utusan khusus Biden untuk Beirut, membuat negosiasi mengalami kemajuan.

Berita tentang gencatan senjata yang akan segera terjadi di Lebanon ini dipublikasikan sementara Sheikh Naim Qassem, Sekretaris Jenderal Hizbullah yang baru, menekankan dalam pidato pertamanya pada Rabu (30/10) malam bahwa upaya diplomatik sejauh ini belum membuahkan hasil.

Pada hari Rabu, Hochstein melakukan perjalanan ke Wilayah Pendudukan bersama Brett McGurk, penasihat Biden untuk urusan Asia Barat. Sebelumnya, Hochstein pernah berbicara dengan Najib Mikati, Perdana Menteri Lebanon.

Dalam sebuah wawancara dengan saluran TV Lebanon Al-Jadeed, Mikati mengatakan bahwa Hochstein memberitahunya bahwa "hari ini situasinya lebih baik dari kemarin".

Presiden Siprus Nikos Christodoulides setelah bertemu dengan Biden di Gedung Putih pada hari Rabu mengatakan bahwa menurutnya, perjanjian gencatan senjata di Lebanon dapat dicapai dalam “satu atau dua minggu ke depan”.

Optimisme yang diungkapkan oleh para pejabat pemerintahan Biden, serta meningkatnya gerakan dan konsultasi untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata, meskipun hanya sementara, menjelang pemilihan umum presiden negara ini, dapat dibenarkan.

Karena semakin intensifnya konflik di Asia Barat, yang dimulai dengan perang Gaza dan menyebar ke wilayah lain, telah mengubah atmosfir pemilu yang menguntungkan Trump dan Partai Republik, dan kini menghentikan atau menciptakan peluang di bidang ini, mungkin sampai batas tertentu, situasi Partai Demokrat dan Kamala Harris bisa diperbaiki agar lebih baik dalam kontestasi pemilu.

Namun pertanyaan yang muncul di sini adalah apakah Partai Republik dan Trump akan mengizinkan Netanyahu memberikan kesempatan seperti itu kepada saingannya dalam pemilu.

Mengingat hubungan Netanyahu yang lebih dekat dengan Trump dan Partai Republik, tampaknya ia tidak akan memperkuat posisi Partai Demokrat dan pesaing Trump dalam pemilu dengan menciptakan celah dalam krisis di Asia Barat.

Kecuali isi perjanjian yang mungkin dicapai, menjamin tuntutan dan kepentingan Tel Aviv dan Netanyahu secara pribadi atau serangan Hizbullah dalam beberapa hari terakhir membuat situasi menjadi sangat sulit bagi Netanyahu sehingga dia tidak punya pilihan selain mencari perlindungan dalam perjanjian dan gencatan senjata.

Berdasarkan hal ini, media-media Zionis hari Kamis (31/10) melaporkan bahwa Amos Hochstein bertanggung jawab untuk menyusun rancangan perjanjian gencatan senjata, dan Channel 12 Israel juga melaporkan, Netanyahu telah menyatakan keinginannya untuk menyelesaikan perang di Lebanon, yang menjamin kembalinya pemukim Zionis ke wilayah permukiman

Menurut rencana ini, dalam waktu 7 hari setelah berakhirnya konflik, tentara Israel akan mundur dari Lebanon, dan angkatan bersenjata Lebanon, khususnya 10.000 tentara Lebanon, akan ditempatkan di sepanjang perbatasan, dan pemindahan pasukan penjaga perdamaian PBB ke sana juga akan difasilitasi.

Perlu diingat bahwa apa yang mengungkapkan keinginan rezim Zionis untuk mengakhiri perang adalah kerugian besar yang diderita tentara Zionis setelah dimulainya perang darat di Lebanon dan menghadapi kekalahan bersejarah lainnya.

Terbunuhnya 90 tentara Zionis dan korban luka sedikitnya 750 tentara lainnya hanyalah sebagian dari kerugian dan kerusakan yang diderita tentara Zionis selama periode ini.

Statistik korban jiwa dan kerusakan parah yang ditimbulkan pada tentara Zionis yang dipublikasikan menunjukkan bahwa bayangan rezim ini untuk menduduki kembali Lebanon selatan dan menciptakan sabuk keamanan di dalamnya telah hancur dan ini merupakan kekalahan yang jauh lebih buruk daripada perang 33 hari pada tahun 2006.(sl)