Mengapa Varian Delta Menurunkan Efektivitas Vaksin Covid-19 66 Persen?
https://parstoday.ir/id/news/indonesia-i103634-mengapa_varian_delta_menurunkan_efektivitas_vaksin_covid_19_66_persen
Varian Delta virus Corona membuat berbagai negara kewalahan untuk mengontrol penyebaran penyakit ini. Apa lagi studi yang dilakukan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menemukan efektivitas vaksin Covid-19 terhadap varian Delta turun hingga 66 persen.
(last modified 2025-07-30T06:25:16+00:00 )
Aug 26, 2021 12:24 Asia/Jakarta
  • Virus Corona varian Delta
    Virus Corona varian Delta

Varian Delta virus Corona membuat berbagai negara kewalahan untuk mengontrol penyebaran penyakit ini. Apa lagi studi yang dilakukan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menemukan efektivitas vaksin Covid-19 terhadap varian Delta turun hingga 66 persen.

Kendati demikian, para pakar kesehatan tetap menyarankan pentingnya vaksinasi untuk mencegah keparahan Covid-19 akibat infeksi virus corona dari berbagai varian, termasuk Delta.

Varian Delta yang telah dikategorikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), bahkan CDC, sebagai Variant of Concern (VOC) telah memberikan pukulan keras terhadap efektivitas vaksin Covid-19 yang ada saat ini.

Dilansir dari Live Science, Kamis (26/8/2021), studi baru yang dilakukan pada tenaga kesehatan menunjukkan bahwa persentase efektivitas vaksin Covid-19 telah turun sekitar 25 poin sejak varian Delta menjadi jenis virus corona yang dominan di Amerika Serikat.

Dalam studi yang dilakukan CDC, menemukan efektivitas vaksin terhadap infeksi Covid-19 menurun dari 91 persen sebelum muncul varian Delta, menjadi 66 persen, setelah varian virus corona ini muncul pada musim panas.

Virus Corona varian Delta

"Terlepas dari pengurangan moderat ini, pejabat kesehatan menekankan bahwa pengurangan dua pertiga yang berkelanjutan dalam risiko infeksi menggarisbawahi pentingnya dan manfaat berkelanjutan dari vaksinasi Covid-19," tulis para peneliti dalam studi baru ini, sebagaimana dikutip dari Kompas, Kamis (26/08/2021).

Studi baru CDC yang menunjukkan penurunan efektivitas vaksin Covid-19 terhadap varian Delta tersebut telah dipublikasikan pada 24 Agustus 2021 di CDC journal Morbidity and Mortality Weekly Report (MMWR).

Makalah studi ini didasarkan pada informasi yang dikumpulkan pada lebih dari 4.000 tenaga kesehatan di enam negara bagian Amerika Serikat.

Di antaranya negara bagian Arizona, Florida, Minnesota, Oregon, Texas dan Utah.

Data tersebut diambil dari pertengahan Desember 2020 hingga pertengahan Agustus 2021.

Setelah Pulih, Jangan Lupa Konsumsi Makanan Bergizi

Siapa saja yang sudah pulih dari Covid-19 tetap tidak boleh lupa menjaga kekebalan tubuhnya. Salah satunya melalui konsumsi makanan bergizi yang cukup khususnya protein.

"Protein merupakan salah satu zat gizi makro yang menjadi sumber pembentukan sel imun dan antibodi dalam tubuh. Setidaknya, penyintas Covid-19 disarankan untuk memakan tiga porsi protein sehari," kata Chief of Medical Halodoc, dr. Irwan Heriyanto, MARS dalam siaran persnya, sebagaimana dikutip dari Antaranews, Kamis (26/08/2021).

Berbagai jurnal penelitian internasional menyebutkan pentingnya protein dalam meningkatkan imunitas tubuh.

Apabila Anda tak yakin apakah asupan protein harian yang dikonsumsi mencukupi, Anda mencoba meminum suplemen makanan kaya protein dan asam amino sebagai tambahan.

Di sisi lain, Anda juga sebaiknya tetap memperhatikan kondisi kesehatan Anda. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), waktu pemulihan bagi mereka yang sudah sembuh dari COVID-19 akan tergantung dengan keparahan penyakitnya dan tipikal gejala yang dialami.

Usai mendapatkan hasil tes PCR negatif, tubuh tidak dengan otomatis dapat kembali normal. Seperti dilansir dari The Pharmacy Times, disebutkan 87,4% orang yang pulih dari infeksi COVID-19 masih melaporkan mengalami setidaknya satu gejala seperti kelelahan dan sesak napas.

Berdasarkan beberapa penelitian, pasien yang telah sembuh dari COVID-19 memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengidap penyakit lainnya, setidaknya dalam waktu singkat.

Selain itu, penyintas COVID-19 juga kerap mengalami gejala emosional. Laporan ilmiah yang dipublikasikan US Pharm pada tahun 2021 menunjukkan pasien yang pernah memiliki riwayat positif COVID-19 memiliki tendensi untuk menderita kecemasan, disregulasi emosi, dan perburukan kondisi mental yang sebelumnya sudah ada.