UNESCO Khawatirkan Dampak Pengembangan Proyek Wisata Taman Komodo
UNESCO kembali melayangkan kritikan atas rencana pemerintah membangun proyek di Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur (NTT).
CNN Indonesia hari Senin (27/12/2021) melaporkan, Kepala departemen warisan alam badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk urusan pendidikan dan kebudayaan tersebut, Guy Debonnet, menganggap pemerintah Indonesia tidak transparan soal kajian proyek wisata yang dikhawatirkan memiliki dampak negatif terhadap lingkungan dan habitat komodo di pulau tersebut.
"Negara pihak (Indonesia) tidak memberi tahu kami, seperti yang disyaratkan dalam pedoman operasional (terkait situs warisan dunia)," kata Debonnet dikutip dari Associated Press pada 23 Desember lalu.
"Ini jelas merupakan proyek yang menjadi perhatian, karena kami merasa bahwa dampaknya terhadap nilai universal (taman nasional) belum dievaluasi dengan baik," tambah Debonnet.
Tak hanya itu, UNESCO pada Juli juga sempat menyuarakan kekhawatiran atas proyek Taman Nasional Komodo ini. Beberapa di antaranya yakni soal pembangunan infrastruktur yang akan menghabiskan satu per tiga dari total luas alam liar di taman nasional tersebut.
UNESCO juga prihatin soal penilaian dan analisis pemerintah yang minim soal dampak lingkungan dari proyek tersebut, terutama terkait target menarik pengunjung dalam jumlah banyak.
"Informasi pihak ketiga dari Negara Pihak (Indonesia) mengindikasikan proyek itu menargetkan 500 ribu pengunjung setiap tahun untuk proyek wisata itu telah diajukan. Jumlah itu dua kali lipat dari angka pengunjung sebelum pandemi," kata sebuah laporan UNESCO.
"Ini menimbulkan pertanyaan bagaimana model wisata seperti ini sesuai dengan visi (Indonesia) beralih dari wisata massal ke wisata yang lebih ramah lingkungan."
UNESCO kemudian meminta Indonesia memberikan lebih banyak informasi terkait proyek wisata tersebut. Namun setelah melakukan tinjauan, badan PBB tadi meminta Indonesia untuk menghentikan proyek ini pada Oktober 2020.
UNESCO menuturkan Indonesia tak boleh melanjutkan proyek infrastruktur wisata apapun yang berpotensi berdampak pada Nilai Universal yang Luar Biasa, sebelum mendapatkan penilaian dampak lingkungan yang relevan dari Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN).
Sementara itu, Associated Press tidak mendapatkan akses ke tempat konstruksi, yang mana ditutup untuk publik selama berbulan-bulan. Namun, gambar satelit menunjukkan pembangunan tetap berlanjut, meski UNESCO meminta Indonesia menghentikan proyek itu.
Pertemuan Komite Warisan Dunia (WHC) UNESCO di Fuzhou, China, 16-31 Juli lalu juga menyinggung pemerintahan Presiden Joko Widodo mengenai proyek taman nasional ini.
"WHC UNESCO mendesak pihak terkait-- pemerintah RI--, untuk menghentikan semua proyek infrastruktur pariwisata di dalam dan sekitar properti yang berpotensi berdampak pada OUV-nya hingga AMDAL yang direvisi diserahkan dan ditinjau oleh IUCN [Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam)," bunyi dokumen UNESCO tersebut.
OUV (Outsanding Universal Values) adalah salah satu kriteria penilaian yang digunakan UNESCO untuk penetapan warisan dunia. Agar menyandang warisan dunia suatu pusaka harus memenuhi syarat integritas dan/atau keautentikan serta sistem pelindungan (konservasi) dan pengelolaan untuk menjamin kelestariannya.
Total ada tujuh catatan dari WHC UNESCO soal proyek di TN Komodo dalam dokumen bertajuk 'Laporan Status Konservasi Situs yang Tercantum Daftar Warisan Dunia dalam Bahaya' tersebut.
UNESCO tengah melakukan pembicaraan dengan pejabat Indonesia untuk membentuk satgas pemantauan yang bertujuan menilai dampak dari pembangunan proyek wisata terkait nilai konservasinya.
Selama bertahun-tahun, pemerintah Indonesia mencoba mencari cara terbaik untuk mengembangkan wisata pulau Komodo melalui program 'Sepuluh Bali Baru' yang bertujuan menjadikan sepuluh destinasi wisata Indonesia tujuan favorit turis asing selain Bali.
Salah satu proyek ini berada di Pulau Rinca, yang mana merupakan tempat tinggal sepertiga spesies Komodo.
Beberapa pakar khawatir proyek wisata ini akan mengganggu habitat Komodo. Profesor di Universitas Queensland, Bryan Fry menilai, proyek ini dapat membawa dampak besar jika tak dikelola dengan baik.