Neraca Perdagangan Surplus, SMI: Sektor Manufaktur Transformasi Ekonomi
(last modified Thu, 15 Dec 2022 05:48:11 GMT )
Des 15, 2022 12:48 Asia/Jakarta
  • Sri Mulyani, Menteri Keuangan Republik Indonesia
    Sri Mulyani, Menteri Keuangan Republik Indonesia

Badan Pusat Statistik (BPS) melansir neraca perdagangan Indonesia surplus 5,16 miliar dolar AS pada November 2022 dengan nilai ekspor 24,12 miliar dolar AS dan impor 18,96 miliar dolar AS.

"Surplus neraca perdagangan November 2022 merupakan surplus ke-31 bulan berturut-turut yang dicapai Indonesia sejak Mei 2020," kata Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M Habibullah di Jakarta, sebagaimana dikutip Parstodayid dari Antaranews, Kamis (15/12/2022).

Habibullah memaparkan, surplus pada November 2022 ditopang oleh surplus neraca komoditas nonmigas sebesar 6,83 miliar dolar AS dengan komoditas penyumbang surplus utama yakni bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan nabati, serta besi dan baja.

Sementara neraca perdagangan migas mengalami defisit 1,67 miliar dolar AS dengan penyumbang defisit utama yaitu minyak mentah dan hasil minyak.

Adapun tiga negara penyumbang surplus terbesar bagi Indonesia adalah Amerika Serikat dengan surplus 1,31 miliar dolar AS, perdagangan dengan India surplus 1,17 miliar dolar AS, dan Filipina surplus 1,02 miliar dolar AS.

Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia pada periode Januari-November 2022 mengalami surplus 50,59 miliar dolar AS dengan nilai ekspor 268,18 miliar dolar AS dan impor 217,58 dolar AS.

Pelabuhan peti kemas (dok)

SMI: Pengembangan sektor manufaktur transformasi ekonomi RI
Sementara itu, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyatakan upaya pemerintah dalam mengembangkan sektor manufaktur merupakan salah satu bentuk transformasi ekonomi Indonesia.

“Manufaktur sebenarnya adalah transformasi perekonomian Indonesia,” kata Menkeu Sri Mulyani dalam "The Lauch of The World Bank Indonesia Economic Prospects Report" di Jakarta, Kamis (15/12/2022).

Sri Mulyani menekankan pengembangan industri manufaktur sangat penting karena akan memberi efek berantai bagi Indonesia seperti penciptaan lapangan pekerjaan formal dengan tenaga kerja yang berkualitas tinggi dan gaji yang lebih baik.

Menurutnya, sejauh ini perekonomian Indonesia masih dominan dikuasai oleh sektor informal, khususnya sektor perdagangan, sehingga sulit untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

“Tidak hanya nilai tambah, namun jadi lebih sehat dan lebih baik yang dalam hal ini untuk tenaga kerja tetapi juga untuk modal,” ujar Sri Mulyani.

Ia menyebutkan salah satu upaya pemerintah untuk mengembangkan dan memberi nilai tambah terhadap industri manufaktur adalah melalui hilirisasi Sumber Daya Alam (SDA) yang dibarengi dengan kebijakan substitusi impor.

Terlebih lagi neraca perdagangan Indonesia dalam 30 bulan terakhir mampu mencatat surplus hingga 44 miliar dolar AS yang didominasi oleh ekspor komoditas SDA mentah akibat ledakan harga komoditas di level global.

“Surplus perdagangan ini didukung karena beberapa bahan mentah sekarang telah diproses dan menciptakan nilai perdagangan yang lebih berkelanjutan dan lebih tinggi,” kata Sri Mulyani.

Meski hilirisasi komoditas nikel menyumbang peningkatan nilai jual yang signifikan, ternyata pemerintah masih akan berusaha melakukan hilirisasi pada komoditas lain yang potensial.

“Menciptakan lingkungan industri di mana sektor manufaktur bisa tumbuh bukan lah tugas yang mudah,” tegas Sri Mulyani.(sl)

Tags