IMF: Resesi Global Lebih Dalam dan Pertumbuhan Ekonomi RI -0,3 Persen
-
IMF
Pandemi Virus Corona baru atau COVID-19 telah menyebabkan kerusakan yang lebih luas dan lebih dalam pada kegiatan ekonomi daripada yang diperkirakan. Hal itu disampaikan Dana Moneter Internasional (IMF) pada Rabu (24/6/2020), dan mendorong lembaga itu untuk memangkas lebih lanjut perkiraannya untuk pertumbuhan global 2020.
Sekarang, menurut IMF, perkiraan ekonomi global 2020 menyusut sebesar 4,9 persen, lebih buruk dibandingkan dengan kontraksi 3,0 persen yang diprediksi pada April.
Sementara, pemulihan pada 2021 juga akan lebih lemah, dengan perkiraan pertumbuhan global sebesar 5,4 persen untuk tahun ini dibandingkan dengan 5,8 persen pada perkiraan April. IMF mengatakan bagaimanapun wabah baru yang besar pada 2021 dapat mengecilkan pertumbuhan tahun itu menjadi hampir tidak terlihat, 0,5 persen.
Meskipun banyak ekonomi telah mulai dibuka kembali, IMF mengatakan bahwa karakteristik unik dari penguncian dan jarak sosial telah berkonspirasi untuk menekan investasi dan konsumsi.
“Kami jelas belum keluar dari bahaya. Kami belum lolos dari Penguncian Besar. Mengingat ketidakpastian yang luar biasa ini, para pembuat kebijakan harus tetap waspada,” ujar Kepala Ekonom IMF Gita Gopinath pada konferensi pers." Sebagaimana hasil pantauan Partodayid dari Antaranews, Kamis (25/06/2020).
Di sisi lain, saat menyoroti Indonesia, Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksi Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia bakal mengalami kontraksi atau tumbuh negatif 0,3 persen pada tahun ini.
Prediksi terhadap ekonomi Indonesia ini memburuk dibandingkan WEO pada April 2020. Saat itu, IMF masih memproyeksikan pertumbuhan positif pada tahun ini, yakni di level 0,5 persen. Artinya, terjadi penurunan 0,8 poin persentase dengan jeda hanya dua bulan.
Namun demikian, tahun depan kondisi perekonomian RI diproyeksi akan membaik dan tumbuh 6,1 persen. Meski, angka tersebut lebih rendah 2,1 poin persentase jika dibandingkan dengan proyeksi IMF April lalu.
IMF pun memproyeksi, untuk negara berkembang, pertumbuhan PDB diproyeksi akan mengalami kontraksi 3 persen tahun ini. Lebih rendah 2 poin persentase jika dibandingkan dengan proyeksi April 2020.
Sementara dari sisi pemerintah, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memaparkan, kinerja perekonomian hingga akhir tahun diproyeksi akan tumbuh di kisaran minus 0,4 persen hingga 1 persen.
Angka tersebut jauh lebih rendah dari proyeksi perekonomian skenario berat yang sebelumnya sempat dia sebutkan, di mana perekonomian masih bisa tumbuh 2,3 persen hingga akhir tahun.
Menkeu RI itu menjelaskan, penurunan batas proyeksi pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun menjadi 1 persen dilakukan dengan pertimbangan kontraksi akan terjadi cukup dalam pada kuartal II tahun ini. Demikian dilansir Kompas, Kamis (25/06/2020).
IMF memandang resesi saat ini sebagai yang terburuk sejak Depresi Hebat 1930-an, yang menyebabkan PDB global menyusut 10 persen, tetapi Gopinath mengatakan bahwa dukungan fiskal 10 triliun dolar AS dan pelonggaran besar-besaran oleh bank-bank sentral sejauh ini telah mencegah kebangkrutan skala besar. Lebih banyak dukungan akan dibutuhkan, tambahnya.