Foto-Foto Imam Khomeini ra ketika Dirawat di Rumah Sakit
(last modified Thu, 02 Jun 2022 10:02:12 GMT )
Jun 02, 2022 17:02 Asia/Jakarta
  • Imam Khomeini ra.
    Imam Khomeini ra.

Imam Khomeini ra meninggal dunia pada tanggal 14 Khordad 1368 yang bertepatan dengan tanggal 4 Juni 1989. Pendiri Republik Islam ini wafat setelah menjalani kehidupan yang penuh perjuangan dan tak kenal lelah selama 87 tahun.

Hari Sabtu, 14 Khordad 1401 HS yang bertepatan dengan tanggal 4 Juni 2022 adalah Haul ke-33 Pencetus Revolusi Islam itu.

Hari berikutnya, Minggu, 15 Khordad 1397 Hs atau 5 Juni 2018 adalah hari ulang tahun kebangkitan bersejarah rakyat Iran, yang dikenal dengan Kebangkitan Berdarah 15 Khordad untuk melawan rezim despotik Shah Pahlevi, boneka Amerika Serikat pada 1342 HS (1963).

Sayid Ayatullah Ruhollah Khomeini ra memulai perjuangannya pada tahun 1963 melawan rezim despotik Shah dan intervensi Amerika Serikat di Iran. Akhirnya ia diasingkan ke Turki dan kemudian ke Irak oleh rezim Shah.

Imam Khomeini hidup di pengasingan di Irak selama 13 tahun. Setelah ditekan oleh rezim Baath Irak, Imam Khomeini terpaksa meninggalkan negara itu pada 6 Oktober 1978 dan hijrah ke Prancis.

Imam Khomeini ra kembali ke Iran pada 1 Februari 1979 setelah 15 tahun hidup di pengasingan, dan disambut meriah oleh rakyat negara ini. Setelah 10 hari berada di Iran, Revolusi Islam meraih kemenangan pada 11 Februari 1979.

Imam Khomeini memberikan pengaruh mendalam dan menentukan bagi sejarah Iran dan memanifestasikan kehendak rakyat dan agama mereka ,yaitu Islam dalam kerangka Republik Islam Iran.

Imam Khomeini ra bukan hanya seorang politikus bagi bangsa Iran dan seluruh umat Islam, tetapi seorang ulama besar, pemimpin yang merakyat dan sederhana dan simbol perjuangan melawan kezaliman dan ketidakadilan. Oleh karenanya, mengenang beliau senantiasa menghidupkan hati umat Islam dan bimbingan beliau masih tetap menjadi solusi.

Kini dunia dipenuhi penindasan dan ketidakadilan. Ajaran Imam Khomeini ra yang bertumpu pada sikap tegar menghadapi diskriminasi dan agresi masih tetap relevan. Imam Khomeini ra meyakini bahwa sejak pertama manusia berada di dunia, telah ada konfrontasi antara kebaikan dan keburukan.

Imam Khomeini ra menilai Islam sebagai penggerak terbaik dalam melawan para penindas. Karena ajaran-ajaran agama ini penuh dengan penekanan pada penolakan terhadap kezaliman dan pelanggaran.

Imam Khomeini ra secara transparan mengatakan, "Perintah agama kita merupakan perintah paling sempurna dan menentukan jalan kita. Berdasarkan perintah itu dan dengan pemimpin besar dunia, Muhammad Saw, kita melawan seluruh kekuatan yang mencoba mengagresi negara kita."

Dengan demikian, perjuangan Imam Khomeini ra melawan rezim zalim Pahlevi di Iran dan AS serta rezim penjajah Zionis Israel bersumber dari komitmen beliau akan nilai-nilai Islam, dimana berada di bawah penindasan adalah tidak benar dan tidak diterima oleh agama. Untuk itu beliau mengajak semua manusia untuk berjuang melawan penindasan dan orang-orang zalim.

Imam Khomeini memiliki sejumlah ciri penting seperti berani, tegas dalam perjuangan melawan penindasan di dalam negeri dan arogansi dunia. Sifat-sifat ini bersumber dari semangat tawakal dan percaya kepada Allah Swt yang tampak dalam seluruh perilakunya.

Pendiri Republik Islam Iran ini benar-benar percaya dengan ayat al-Quran ini, "Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (QS. 47: 7).

Oleh karenanya, dalam proses perjuangan melawan rezim Pahlevi, beliau tidak pernah berputus asa, dan saat menghadapi trik-trik Amerika pun beliau tidak pernah takut atau ragu. Karena beliau meyakini kekuatan asli milik Allah Swt yang melindunginya dan rakyat. Dengan bersandar pada kekuatan besar itulah beliau mengajak bangsa-bangsa di dunia untuk tegar dalam menghadapi dominasi Amerika dan para penindas di dalam negeri serta menjanjikan kemenangan kepada mereka.

Setelah bersandar kepada Allah, Imam Khomeini ra sangat percaya dengan rakyat. Beliau berkeyakinan ketika rakyat tercerahkan dan bersatu, tidak ada kekuatan yang mampu menghadapinya. Sekaitan dengan peran rakyat dalam Revolusi Islam, beliau mengatakan, "Tidak diragukan bahwa rahasia keberlangsungan Revolusi Islam adalah rahasia kemenangan. Rahasia kemenangan diketahui oleh rakyat. Generasi yang akan datang akan membaca dua tonggak utama; motivasi ilahi dan tujuan tinggi pemerintahan Islam. Berkumpulnya rakyat di seluruh negeri dengan mempersatukan motivasi dan tujuan tersebut."

Imam Khomeini ra mengikuti kakeknya Rasulullah Saw menjadi bukti dari akhir ayat surat al-Fath yang berbunyi, "Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka..." (QS. 48: 29)

Beliau berulang kali menekankan agar para pejabat negara memperhatikan urusan rakyat dan seperti seorang ayah mendukung mereka. Sebaliknya, rakyat juga sangat mencintainya dan selalu menerima bimbingan beliau dengan sepenuh jiwa lalu melaksanakannya. Hubungan erat antara Imam dan rakyat ini jelas terlihat dalam proses perjuangan melengserkan Shah Pahlevi dan membela tanah air Iran dari serangan rezim Saddam, sang diktator Irak.

Sekalipun Imam Khomeini ra melawan musuh-musuh Islam dan rakyat dengan tegas, tetapi di dalam tubuh umat Islam sendiri beliau selalu berusaha menciptakan persatuan, solidaritas dan persaudaraan Islam. Beliau menyeru bangsa-bangsa dan negara-negara agar bersatu dan menegaskan, "Bila negara-negara Muslim yang memiliki segala sesuatu dan memiliki cadangan kekayaan luar biasa ini bersatu, maka mereka tidak membutuhkan sesuatu, tidak negara dan tidak pula kekuatan (negara) lainnya..." (RA)