Diplomat Iran Diusir, Khatib Jumat Tehran Minta Tanggapan Serius
Khatib Salat Jumat Kota Tehran Hujjatul Islam Kazem Seddiqi mengkritik tindakan pemerintah Jerman yang mengusir diplomat-diplomat Republik Islam Iran dan menekankan perlunya tanggapan serius atas tindakan tersebut.
Hubungan Masyarakat Kehakiman Provinsi Tehran mengumumkan pada hari Selasa (21/2/2023) dalam sebuah laporan bahwa setelah penyelidikan dan investigasi kasus selesai, Pengadilan Revolusi Tehran menghukum Jamshid Sharmahd, pemimpin kelompok teroris Tondar (Thunder), atas tuduhan "Afsadu fil Ard" (corruption on Earth) yang dilakukannya melalui perencanaan dan pengarahan aksi-aksi terorisme.
Setelah pengumuman hukuman mati terhadap pemimpin kelompok teroris Tondar tersebut, Kementerian Luar Negeri Jerman memanggil Kuasa Usaha Kedutaan Republik Islam Iran di Berlin dan mengusir dua diplomat Iran.
Khatib Salat Jumat Kota Tehran menanggapi tindakan Jerman itu dan mengatakan bahwa Jamshid Sharmahd didampingi seorang pengacara ketika dia dijatuhi hukuman mati di pengadilan yang adil.
Hujjatul Islam Seddiqi mengkritik campur tangan Jerman atas keputusan pengadilan Iran.
"Pemerintah Jerman dan media-media anti-kemanusiaan menantang masalah ini, dan bahkan pemerintah Jerman memanggil Kuasa Usaha Iran dan mengusir beberapa diplomat Iran, untuk itu, apa yang diperlukan dan masyarakat harapkan dari Kementerian Luar Negeri Iran adalah menindaklanjuti dan menangani tindakan kurang ajar tersebut dengan langkah yang tepat," tegas Seddiqi dalam khutbahnya, Jumat (24/2/2023) seperti dimuat Mehrnews.
Hujjatul Islam Seddiqi menuturkan, sejak hari pertama kemenangan Revolusi Islam, Timur dan Barat serta kekuatan dunia ingin memukul Revolusi Islam.
"Musuh-musuh Republik Islam Iran telah mengintensifkan perselisihan internal dengan berbagai taktik, termasuk perang lunak dan hasutan etnis, namun permusuhan ini berhasil dinetralkan berkat perencanaan dan kebijaksanaan Pemimpin Besar Revolusi Islam dan dukungan rakyat Iran," ujarnya.
Dia menjelaskan, setelah perang militer dan ekonomi skala penuh selama delapan tahun yang berujung pada kemenangan Iran Islami, musuh mengambil sebuah pendekatan baru, dan itu adalah perang, invasi, serangan budaya, dan budaya NATO.
Hujjatul Islam Seddiqi menilai peran IRGC (Korps Garda Revolusi Islam/Sepah Pasdaran) dalam melawan musuh sebagai peran yang tidak tertandingi.
"IRGC telah memainkan peran yang tak tertandingi dalam perang gabungan melawan terhadap Iran Islami dan memperkuat kemampuan pertahanan," pungkasnya. (RA)