Pembukaan Kembali Kedubes Iran di Saudi, Kegagalan Lain Kebijakan Regional AS
Sejalan dengan dihidupkan kembali hubungan politik dan diplomatik antara Iran dan Arab Saudi, Kedutaan Besar Republik Islam Iran di Riyadh dibuka kembali pada hari Selasa (06/6/2023) setelah tujuh tahun.
Alireza Begdali, Kuasa Usaha Kedutaan Besar Republik Islam Iran mengatakan selama pidato pada acara ini, Hari ini adalah hari penting dalam sejarah hubungan kedua negara. Kami sangat senang bisa hadir di negara saudara dan sahabat Arab Saudi.
Dengan menyatakan bahwa dengan pengibaran bendera Arab Saudi dan Iran di kedua negara, kerja sama bilateral akan mencapai puncaknya, Begdali mengklarifikasi, Kami sedang menyaksikan lembaran baru dalam hubungan bilateral dan regional menuju kerja sama dan konvergensi yang lebih besar.
Pembukaan kembali kedutaan Iran di Arab Saudi merupakan langkah baru menuju normalisasi dan pemulihan hubungan politik dan diplomatik antara dua negara penting Asia Barat di Teluk Persia dan sebagai landasan pengembangan hubungan kedua negara di segala bidang.
Pembukaan kembali kedutaan Iran di Riyadh terjadi setelah mengikuti kesepakatan 10 Maret 2023, Iran dan Arab Saudi di Beijing untuk melanjutkan hubungan diplomatik setelah jeda tujuh tahun tiga bulan, dan diputuskan bahwa menteri luar negara kedua pihak akan melakukan pertemuan setelah itu yang akhirnya diadakan pada tanggal 6 April dan keduanya mengeluarkan pernyataan bersama dan menekankan kesiapan untuk menghilangkan hambatan perluasan kerja sama.
Setelah itu, tim teknis kedua belah pihak dikirim ke ibu kota kedua negara untuk menyelidiki proses pembukaan kembali tempat-tempat diplomatik.
Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian juga mengungkapkan kepuasannya atas kemajuan baik yang dibuat dalam hubungan bilateral dalam pertemuan dengan timpalannya dari Saudi Faisal bin Farhan di sela-sela pertemuan BRICS di Cape Town pada 3 Juni
Menurutnya, Untungnya, duta besar kedua negara telah ditunjuk dan mereka saling diperkenalkan dan sarana bagi pembukaan kedutaan dan konsulat telah siap.
Menteri Luar Negeri Saudi juga mengatakan, Dengan kerja sama yang sangat baik dari kedua belah pihak, kami dengan cepat melewati tahapan penunjukan duta besar dan meletakkan dasar untuk pembukaan misi politik dan konsuler, dan kami bergerak menuju tahap baru dalam hubungan antara kedua negara, yang menjamin kepentingan kedua bangsa dan seluruh kawasan.
Terlepas dari sikap awal Amerika Serikat yang tampak positif terkait normalisasi hubungan antara Iran dan Arab Saudi, Washington terus menuduh Tehran, termasuk menciptakan ketegangan di kawasan Asia Barat, yang disampaikan oleh para pejabat di pemerintahan Biden dan sepertinya menentang perjanjian baru-baru ini, termasuk pembentukan aliansi maritim antara Iran dan negara-negara pantai selatan Teluk Persia untuk menjaga keamanan maritim zona biru ini.
Sejalan dengan dihidupkan kembali hubungan politik dan diplomatik antara Iran dan Arab Saudi, Kedutaan Besar Republik Islam Iran di Riyadh dibuka kembali pada hari Selasa (06/6/2023) setelah tujuh tahun.
Dalam hal ini, Tim Hawkins, Juru Bicara Armada Ke-5 Angkatan Laut AS mengklaim sebagai tanggapan atas pernyataan komandan Angkatan Laut Iran tentang pembentukan koalisi gabungan Angkatan Laut Iran dengan negara-negara kawasan, termasuk Arab Saudi, UEA, Qatar, Bahrain dan Irak, dalam waktu dekat, bahwa "klaim ini tidak sesuai dengan tindakan Iran".
Sikap ini menunjukkan bahwa Amerika, terlepas dari propaganda Iranofobia dalam beberapa dekade terakhir, kini berada dalam posisi yang genting.
Sebenarnya, proses normalisasi hubungan antara Iran dan negara-negara Arab bertentangan dengan keinginan Washington dan Tel Aviv yang menaruh harapan besar terhadap kelanjutan proses normalisasi hubungan negara-negara Arab dengan Zionis Israel dan membentuk koalisi melawan Iran, dan kini mereka menyaksikan sebuah proses yang bertentangan dengan tren ini.
Tampaknya kekhawatiran akan perluasan proses normalisasi hubungan antara Iran dan Arab Saudi serta upaya menghidupkan kembali proses normalisasi hubungan antara Riyadh dan Tel Aviv menjadi salah satu alasan utama kunjungan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken saat ini ke Arab Saudi dan bertemu dengan Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman.
Belum lama ini, publikasi Amerika Axios melaporkan bahwa Mohammed bin Salman menolak permintaan Gedung Putih untuk menormalisasi hubungan dengan rezim Zionis pada akhir tahun ini.
Selain itu, perjalanan ini berlangsung dalam situasi di mana pemerintah Biden bermaksud menstabilkan hubungan dengan Riyadh.
Hubungan kedua belah pihak menghadapi berbagai ketegangan karena perbedaan berbagai isu, mulai dari normalisasi hubungan dengan Iran hingga harga minyak dan desakan Riyadh untuk mengurangi produksi minyak dalam kerangka perjanjian OPEC+.(sl)