Mengenang Kesyahidan Ahlul Bait dan Cucu Nabi di Iran / Pilihan Gambar Hari Ini Oleh Fotografer Iran
(last modified 2024-07-19T12:50:07+00:00 )
Jul 19, 2024 19:50 Asia/Jakarta
  • Mengenang Kesyahidan Ahlul Bait dan Cucu Nabi di Iran / Pilihan Gambar Hari Ini Oleh Fotografer Iran

Pars Today - Hari-hari berkabung atas kesyahidan Imam Husein as, cucu dan anggota keluarga Nabi Muhammad Saw diadakan pada sepuluh hari pertama Muharam tahun 1446 HQ dengan suasana khusus di seluruh Iran.

Imam Husain dan para sahabat setianya syahid di Karbala pada tanggal 10 Muharam 61 H.

Menurut Pars Today, bersamaan dengan bulan Muharam dan hari berkabung atas kesyahidan Imam Husein as dan para sahabat setianya, para pecinta Imam Husein as di Iran meliput tempat-tempat suci, pilar , masjid dan bahkan pintu rumah mereka juga ditutupi kain hitam.

Sejak dahulu kala di Iran, mengenakan pakaian berwarna hitam telah menjadi simbol kesedihan dan duka. Jika seseorang mengalami tragedi dan kehilangan orang yang dicintainya, sudah menjadi kebiasaan untuk mengenakan pakaian berwarna hitam untuk berkabung.

Dalam lanjutan laporan Pars Today ini, Anda bisa melihat foto-foto masyarakat Iran yang berduka atas Imam Husein as:

Acara bayi yang masih menyusui Hosseini

Berkumpulnya bayi yang masih menyusui Hosseini merupakan ritual mengenang anak-anak yang syahid pada peristiwa Karbala di hari Asyura 61 HQ. Acara ini diadakan pada pagi hari Jumat pertama bulan Muharam setiap tahun di masjid, Huseiniyah dan maukib di kota-kota Iran dan beberapa negara di dunia, termasuk India, Pakistan, Bahrain, Irak, Arab Saudi, Turki dan Afganistan.

Dalam acara ini, para ibu bersama bayinya mengenakan pakaian berwarna hijau, selendang, dan ikat kepala. Berduka dan memperingati anak-anak syuhada Asyura serta membuat buaian dan menyanyikan lagu pengantar tidur untuk anak-anak oleh para ibu adalah salah satu acara keagamaan kuno di Iran.

Menyalakan obor

Menyalakan obor adalah salah satu ritual berkabung pada hari Muharam di Iran dan Irak. Dalam ritual ini, api unggun dipindahkan ke jalan-jalan, alun-alun, dan tempat-tempat suci.

Gambar mengarak pohon korma di sore Asyura

Mengarak pohon korma merupakan salah satu ritual berkabung tradisional masyarakat Iran terhadap Imam Husein as. Dalam ritual ini, ruangan mirip peti mati dengan penutup hitam dan dihiasi berbagai selendang dan cermin warna-warni dibawa oleh masyarakat di Hosseiniyeh, Maukib dan tempat-tempat diadakannya berkabung Muharam. Mengarak pohon korma lebih umum dilakukan di kota-kota dan pemukiman di sekitar gurun tengah Iran.

Image Caption
Acara Sineh Dor di Shahrood

Sineh dor merupakan kebiasaan berkabung kuno masyarakat kota Shahrood Iran. Sine dor adalah jenis menepuk dada yang setiap orangnya mengaitkan tangan kirinya ke pinggang orang di sebelahnya, dan menepuk dada dengan tangan kanan. Gaya tepuk dada ini dilakukan dengan gerakan kaki ke atas yang berasal dari gaya hidup masyarakat Shahrood (pertanian) dan merupakan simbol menyekop tanah untuk meminta rezeki yang secara bertahap memasuki tradisi keagamaan.

Acara Lilin Pailamaq

Acara Lilin Pailamaq (perputaran lilin) ​​merupakan acara kuno yang telah berusia ratusan tahun. Dalam ritual yang dimulai pada malam Hari Tasua dan berlanjut hingga malam hari, para pelayat secara individu atau kelompok yang terdiri dari beberapa orang menyalakan 41 lilin di depan 41 masjid di kota itu, dan dengan membacakan ratapan tradisional hari-hari kesedihan karena Imam Husein as dan para sahabatnya sedang berduka.

Ritual Ta’ziyya

Ritual Ta’ziyya adalah acara tradisional sejenis pertunjukan keagamaan yang berasal dari peristiwa sejarah dan epik yang menyedihkan tentang peristiwa Karbala dan kesyahidan Imam Husein as dan Ahlul Bait serta para sahabatnya, dan penderitaan keluarga Nabi Muhammad Saw yang tercinta. Ritual ini diadakan pada sepuluh hari pertama Muharam di Iran.

Sham Ghariban atau malam terasing

Sham Ghariban atau malam terasing yang dalam sastra dan elegi berbahasa Persia, acara ini dimulai dari matahari terbenam hari Asyura dan duka pada malam ini. Ratapan acara ini mengingatkan akan pengungsian keluarga Imam Husein as dan para tawanan serta anak-anak yang selamat dari peristiwa Karbala, yang berada di gurun Karbala pada malam Asyura, tanpa perlindungan dalam kegelapan malam. Beberapa adat istiadat khusus, seperti menyalakan lilin atau duduk dalam kegelapan, membuat malam berkabung ini berbeda dengan malam Muharam lainnya.

Tradisi Gel Mali atau melumuri badan dengan tanah

Tradisi Gel Mali atau melumuri badan dengan tanah adalah salah satu warisan spiritual terpenting di provinsi Lorestan Iran dan mengungkapkan kedalaman kesedihan masyarakat negara ini atas duka Imam Hesein as dan para sahabat setianya Asyura, yang dirayakan setiap tahun dengan proses khusus.

Bersamaan dengan hari ke 10 Muharam dan datangnya Asyura Hosseini, masyarakat provinsi Lorestan Iran, dengan menggelar tradisi Gel Mali dan memainkan alat musik Chamarone, menunjukkan tingginya kesedihan mereka dalam berduka atas kehilangan Husein as yang menunjukkan waktu lebih dari 1.400 tahun belum mampu mengurangi penderitaan umat Islam dalam tragedi Husein as.(sl)

Tags