Naqsh-e Jahan dari Isfahan; Perpaduan Kekuatan, Seni dan Kehidupan Iran
https://parstoday.ir/id/news/iran-i177052-naqsh_e_jahan_dari_isfahan_perpaduan_kekuatan_seni_dan_kehidupan_iran
Alun-alun Naqsh-e Jahan adalah alun-alun publik yang luas di jantung kota Isfahan, dikenal sebagai salah satu alun-alun kota terbesar di dunia dan dianggap sebagai mahakarya unik arsitektur Iran dan Islam.
(last modified 2025-09-17T04:59:33+00:00 )
Sep 17, 2025 11:52 Asia/Jakarta
  • Naqsh-e Jahan dari Isfahan; Perpaduan Kekuatan, Seni dan Kehidupan Iran

Alun-alun Naqsh-e Jahan adalah alun-alun publik yang luas di jantung kota Isfahan, dikenal sebagai salah satu alun-alun kota terbesar di dunia dan dianggap sebagai mahakarya unik arsitektur Iran dan Islam.

Dibangun pada awal abad ke-17 atas perintah Syah Abbas I dari Dinasti Safawiyah, Alun-alun Naqsh-e Jahan dikelilingi oleh arkade dua lantai. Alun-alun ini diapit oleh empat bangunan megah di keempat sisinya: Masjid Sheikh Lotfollah di timur, Istana Ali Qapu di barat, Gerbang Qaysariyya di utara, dan Masjid Imam di selatan.

Kompleks yang dirancang dengan cermat ini merupakan puncak urbanisme Safawiyah dan merupakan pusat budaya dan politik ibu kota Safawiyah pada masa itu. Alun-alun Naqsh-e Jahan, yang berarti "Citra Dunia", sebelumnya dikenal sebagai Alun-alun Syah, dan kini nama resminya adalah Alun-alun Imam.

Istana Ali Qapu di Alun-alun Naqsh-e Jahan

Jantung Ibu Kota Baru

Setelah memindahkan ibu kota ke Isfahan pada tahun 1590-an, Shah Abbas I memilih Alun-alun Naqsh-e-Jahan sebagai pusat rencana kota barunya. Meskipun pasar lama kota telah berkembang pesat di sekitar alun-alun lama, desain inovatif Shah Abbas mengalihkan perdagangan dan kekuasaan ke alun-alun yang baru dibangun.

Pembangunan alun-alun dimulai pada tahun 1602, dan lengkungan satu lantai dengan beranda yang menghadap ke alun-alun menjadi ciri khasnya. Di balik lengkungan ini terdapat pasar beratap baru, yang terhubung ke alun-alun kerajaan melalui banyak gerbang.

Sekitar 200 ruangan dua lantai dibangun di sekitar alun-alun. Lantai bawah berisi dua toko, dan lantai atas (Balakhaneh) berisi empat toko kecil, dua di antaranya menghadap ke alun-alun dan dua lainnya di belakang dengan balkon bata. Lantai ruangan-ruangan ini awalnya dilapisi marmer dan kemudian dihiasi dengan ubin dan batu berwarna.

Berbeda dengan pasar lama yang diperuntukkan bagi masyarakat umum, pasar baru ini utamanya diperuntukkan bagi kalangan istana Safawiyah, kaum bangsawan, dan tamu-tamu resmi. Karena itulah disebut "Pasar Kerajaan".

 

 

Mahakarya Arsitektur dan Tata Kota

Alun-alun Naqsh-e Jahan, berukuran 560 x 160 meter dan mencakup area seluas 9 hektar, dirancang kontras dengan pola tradisional kota-kota Iran yang minim ruang terbuka. Ubin kaca dan lukisan dekoratif bahkan telah mengubah arkade komersial menjadi karya seni.

Masjid Imam, dengan sudut uniknya menghadap kiblat, mosaik warna-warni, dan serambi panjang dengan dua menara, merupakan simbol kemegahan arsitektur Safawiyah. Istana Ali Qapu, dengan serambi tinggi dan pilar-pilar rampingnya, merupakan pintu gerbang menuju taman kerajaan dan Jalan Chahar Bagh. Gerbang Qaysariyeh mengarah ke Bazar Besar Isfahan, dan Masjid Sheikh Lotfollah, yang dulunya merupakan tempat ibadah pribadi Shah, kini diakui sebagai permata dalam arsitektur Islam.

Dengan kemakmuran Alun-alun Naqsh-e Jahan, bazar lama di alun-alun tersebut kehilangan peran pentingnya dan perannya sepenuhnya dialihkan ke pusat komersial yang baru. Pasar ini masih menjadi salah satu contoh terbaik pasar Islam sebelum abad ke-20.

 

 

Pusat Kehidupan Budaya dan Sosial

Pada masa Safawiyah, Alun-alun Naqsh-e Jahan menjadi tempat turnamen polo, parade militer, dan upacara publik. Ruangan-ruangannya dipenuhi pedagang, dan para musisi tampil dari balkon. Penulis perjalanan seperti Jean Chardin pada abad ke-17 menggambarkan alun-alun ini sebagai pusat perdagangan, seni, dan interaksi sosial yang ramai.

Serambi Istana Ali Qapu terhubung dengan aula-aula tempat Shah menerima tamu resmi, menjadikan alun-alun ini sebagai jantung budaya dan sosial Iran. Desain alun-alun ini, dengan memusatkan kekuasaan di satu tempat, memperkuat otoritas Shah Abbas.

Saat ini, Alun-alun Naqsh-e Jahan terus menjadi tempat berkumpul bagi masyarakat dan wisatawan; dengan taman, air mancur, festival budaya, dan acara publik. Sejak 1979, alun-alun ini telah dimasukkan dalam Daftar Warisan Dunia UNESCO, bersama dengan Persepolis dan Chogha Zanbil.(PH)