Araghchi: Permintaan untuk Berunding Mulai Disampaikan
-
Menteri Luar Negeri Iran Sayid Abbas Araghchi
Pars Today - Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran menyatakan bahwa serangan militer baru-baru ini terhadap Iran merupakan serangan terhadap diplomasi dan mengatakan, "Sekarang permintaan untuk berunding mulai disampaikan."
Menurut laporan FNA, Menteri Luar Negeri Iran Sayid Abbas Araghchi menjelaskan perkembangan terbaru di bidang kebijakan luar negeri Minggu (15/11/2025) pagi pada konferensi internasional "Hukum Internasional di Bawah Serangan, Agresi, dan Pertahanan" di Pusat Studi Politik dan Internasional Kementerian Luar Negeri dalam sebuah wawancara dengan Sayid Mohammad Kazem Sajjadpour.
Menanggapi pertanyaan apakah diplomasi telah sepenuhnya hilang, Araghchi mengatakan, "Serangan militer baru-baru ini terhadap Iran merupakan semacam serangan terhadap diplomasi. Namun perang ini menunjukkan bahwa tidak ada jalan lain selain diplomasi. Amerika Serikat dan Israel tidak mencapai tujuan mereka. Jika tujuan mereka adalah menghancurkan program nuklir Iran, mereka tidak berhasil."
"Sekarang permintaan untuk berunding mulai disampaikan," imbuhnya.
Menteri Luar Negeri Iran menyatakan, "Kami tidak pernah meninggalkan meja perundingan dan pihak-pihak yang berseberanganlah yang selalu mengkhianati meja perundingan."
Menegaskan bahwa Iran percaya pada diplomasi dan dialog mengenai isu-isu regional, Menteri Luar Negeri Iran menyatakan, "Pilihan Iran adalah solusi diplomasi."
Menlu Iran mengatakan, "Saya melihat prospek dan masa depan Republik Islam Iran dalam gerakan yang telah kami mulai di kawasan dan internasional sangat menjanjikan dan positif."
"Kami telah melalui perang yang sulit. Perang kami adalah untuk mempertahankan diri dari serangan Amerika Serikat dan rezim Zionis dengan kerja sama banyak negara yang tidak ingin saya sebutkan namanya, tetapi beberapa mengatakan mereka membantu dalam invasi Israel, dan tujuan mereka dalam perang ini tidak tercapai sama sekali. Pada hari-hari pertama, mereka menuntut Iran menyerah tanpa syarat, tetapi pada hari kedua belas, mereka menuntut gencatan senjata," ujar Araghchi.
Menlu Iran kembali menambahkan, "Mereka gagal mencapai tujuannya, dan Iran berhasil mempersiapkan diri untuk pertahanan dalam beberapa jam pada hari pertama perang dan menunjukkan pertahanan yang sangat kuat, dan pertahanan ini semakin kuat setiap hari. Terkadang dikatakan bahwa langit Iran berada di tangan pesawat-pesawat Israel, tetapi tidak disebutkan bahwa wilayah udara Israel juga berada di tangan rudal-rudal Iran."
Araghchi menjelaskan, Kami melewati perang dengan kemenangan. Mereka tidak dapat menghancurkan persatuan nasional kami, dan rakyat Iran menjadi pendukung terkuat pemerintah dalam menghadapi agresi ini. Sekarang, beberapa bulan setelah Perang 12 Hari, saya dapat dengan yakin mengatakan bahwa kami jauh lebih kuat dalam hal kekuatan pertahanan dibandingkan sebelum tanggal 13 Juni.
Menurutnya, "Semua kekuatan kami telah dibangun kembali. Kami belajar banyak dari perang ini. Jika itu terjadi lagi sekarang, kami akan mampu menghadapinya dengan lebih baik dan lebih kuat dari sebelumnya, dan ini sendiri merupakan faktor dalam mencegah perang."
"Mereka mengira Iran tidak siap membela diri, tambahnya, tetapi kita sekarang lebih kuat daripada sebelumnya, dan persiapan perang ini jelas merupakan faktor terpenting dalam mencegah perang berikutnya. Jika pengalaman gagal sebelumnya terulang, hasilnya tidak akan lain selain kegagalan sebelumnya."
Menteri Luar Negeri Iran mengatakan, "Iran telah membuka jalannya di antara berbagai sanksi. Sanksi memang memiliki masalah dan biaya, tetapi sanksi itu tidak mampu mematahkan tekad kita atau membatasi kemampuan kita. Setiap orang yang berkunjung ke Iran mengatakan bahwa setelah 45 tahun sanksi AS, Republik Islam terus melanjutkan jalannya."
"Amerika dan negara-negara lain harus tahu bahwa tidak ada cara untuk menyelesaikan masalah dengan Iran kecuali melalui diplomasi dan menggunakan bahasa yang bermartabat dan bermartabat. Jika mereka berbicara kepada rakyat Iran dengan bahasa yang bermartabat, mereka akan dijawab dengan bahasa yang sama. Seperti yang terjadi dalam negosiasi JCPOA," jelasnya.
Araghchi menyatakan, Jika mereka berbicara kepada rakyat Iran dalam bahasa lain, rakyat Iran akan merespons dengan bahasa yang sama. Para politisi harus mengakui pengalaman sejarah dan belajar darinya.
"Sekarang mereka yang ingin berinteraksi dengan Iran harus memilih pengalaman mana yang ingin mereka pertimbangkan," pungkas Araghchi.(sl)