Politisasi Minyak dan Keamanan Energi dalam Perspektif Iran
https://parstoday.ir/id/news/iran-i71567-politisasi_minyak_dan_keamanan_energi_dalam_perspektif_iran
Menteri Perminyakan Republik Islam Iran, Bijan Namdar Zangeneh saat diwawancarai televisi CNBC Amerika di sela-sela sidang ke 176 tingkat menteri perminyakan OPEC di Wina mengatakan, isu minyak tidak boleh dipolitisasi.
(last modified 2025-07-30T06:25:16+00:00 )
Jul 03, 2019 21:22 Asia/Jakarta
  • Menteri Perminyakan Iran Zangeneh
    Menteri Perminyakan Iran Zangeneh

Menteri Perminyakan Republik Islam Iran, Bijan Namdar Zangeneh saat diwawancarai televisi CNBC Amerika di sela-sela sidang ke 176 tingkat menteri perminyakan OPEC di Wina mengatakan, isu minyak tidak boleh dipolitisasi.

Seraya menjelaskan realita bahwa Iran selama seratus tahun lalu menjaga keamanan pasar minyak, Zangeneh mengingatkan, mengubah OPEC menjadi sebuah organisasi politik sama halnya dengan menjadikan minyak sebagai senjata di pasar global, padahal pasar minyak harus aman dan tidak dipolitisasi.

OPEC

Sidang tingkat menteri perminyakan OPEC di Wina berakhir ketika masa depan dan nasib organisasi ini tak menentu dan banyak dipertanyakan akibat berlanjutnya perilaku sejumlah anggota.

 

Sejak Amerika memperluas domain sanksi minyak, instabilitas dan ketidakmenentuan harga membuat konsumen dan produsen minyak kebingungan.

 

Di antara analisa dan prediksi terkait dampak keputusan Amerika Serikat menghentikan ekspor minyak Iran ada dua tujuan yang dapat diprediksi.

 

Tujuan pertama; memberikan tekanan maksimum terhadap pasar ekspor minyak, gas dan petrokimia Iran sebagai pilar utama ekonomi dan pada akhirnya memaksa Tehran berunding kembali terkait kesepakatan nuklir sesuai dengan syarat Amerika.

 

Tujuan kedua dan yang terpenting bagi AS adalah menguasai pasar penjualan minyak.

 

Para pengamat meyakini Amerika ingin bertindak demi kepentingan Shell. Trump berusaha merampas saham ekspor minyak Iran di Asia dan menyerahkannya kepada perusahaan minyak Amerika.

 

Laman al-Arabi al-Jadid dalam analisanya menulis, langkah anti Iran Trump merupakan implementasi strategi hegemoni AS terhadap energi dunia dan kontrol atasnya bagi suplai minyak dunia, harga dan rute perdagangan minyak.

 

Laman ini menulis, AS meyakini perealisasian tujuan ini akan menguntungkan perundingan dagangnya dengan Cina, karena Beijing sangat membutuhkan minyak Tehran dan negara-negara Arab Teluk Persia, serta melalui metode ini Amerika juga akan dapat menekan sekutunya seperti Jepang, Korea Selatan dan Taiwan.

 

Trump melalui keputusannya ini membuat negara-negara importir minyak Iran dalam kesulitan besar.

 

Seorang pengamat minyak asal Amerika kepada Bloomberg mengatakan, negara-negara Asia importir minyak marah atas keputusan Amerika Serikat.

 

Konsumen minyak sejatinya tidak dapat membeli minyak Iran akibat keputusan sepihak dan bertentangan dengan kebebasan perdagangan serta ketentuan Organisasi Perdagangan Dunia (WHO). Di proses ini, langkah sepihak sejumlah anggota OPEC anti Iran dapat meruntuhkan organisasi ini.

 

Keputusan Amerika bukan saja melanggar hak Iran di perdagangan, bahkan melanggar kedaulatan negara-negara sekutu maupun non sekutu Amerika di perdagangan dengan pihak-pihak yang mereka inginkan. Karena hak ini sesuai dengan undang-undang kebebasan berdagang yang justru ditandatangani oleh Amerika sendiri. Ini artinya dimulainya sebuah permainan politik berbahaya di pasar energi yang pastinya merugikan kepentingan ekonomi semua negara.

 

Menurut perspektif al-Arabi al-Jadid, langkah Amerika Serikat sebuah paku di peti mati OPEC yang menjadi alat permainan Trump, siapa saja yang menggerakkan peti mati ini kapan saja dan sesuai dengan kepentingannya, serta Arab Saudi dan Uni Emirat Arab juga menyalahgunakan kesempatan ini.

 

Zangeneh sebelumnya secara transparan mengatakan bahwa Iran menjadi anggota OPEC karena kepentingannya. Oleh karena itu, jika sejumlah negara OPEC ingin mengancam IRIN, maka Tehran tidak akan segan-segan memberikan balasan yang tepat kepada mereka.