Inilah Isi Pembicaraan Presiden Iran dan Menlu Oman
(last modified Sun, 28 Jul 2019 14:06:02 GMT )
Jul 28, 2019 21:06 Asia/Jakarta

Presiden Republik Islam Iran Hassan Rouhani menerima kunjungan Menteri Luar Negeri Oman Yusuf bin Alawi bin Abdullah di Tehran, Minggu, 28 Juli 2019.

Dalam pertemuan di ibu kota Republik Islam Iran itu, Rouhani mengatakan kehadiran pasukan asing merupakan penyebab utama ketegangan regional.

"Kehadiran pasukan asing alih-alih berkontribusi pada keamanan di kawasan tetapi justru menjadi penyebab utama ketegangan regional," kata Rouhani

Dia menggambarkan hubungan antara Republik Islam Iran dan Oman sebagai hubungan yang sangat ramah dan berkembang.

"Kita harus berusaha untuk lebih memperdalam kerja sama antara Tehran dan Muscat di berbagai bidang, terutama energi dan perdagangan," ujarnya.

Dia menambahkan, Republik Islam Iran bersedia untuk mengembangkan hubungan dengan Oman di berbagai level untuk melayani kepentingan rakyat kedua negara.

Rouhani menegaskan Iran dan Oman adalah pihak utama yang bertanggung jawab untuk memastikan keamanan di Selat Hormuz.

"Republik Islam Iran selalu berusaha untuk memastikan bahwa Laut Oman, Teluk Persia dan Selat Hormuz adalah aman, dan aman untuk navigasi internasional," tegasnya.

Presiden Iran lebih lanjut menekankan pentingnya rekonstruksi Suriah dan kembalinya para pengungsi ke negara Arab ini, serta penghentian pembunuhan terhadap orang-orang tak berdosa di Yaman.

"Kita harus bekerja sama untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan dan obat-obatan ke rakyat Yaman yang tak berdosa," tuturnya.

Di bagian lain pernyataannya, Rouhani menggambarkan agresi rezim Zionis Israel dan pembunuhan terhadap warga Palestina serta penghancuran rumah-rumah mereka sebagai masalah penting lainnya di kawasan.

"Perencanaan berbahaya untuk masa depan Palestina dengan nama Kesepakatan Abad adalah mengkhawatirkan," tandasnya.

Masalah-masalah di kawasan, lanjut Rouhani adalah saling terkait, jika kita ingin kawasan berkembang, maka semua pihak harus berusaha membangun stabilitas dan keamanan yang langgeng di seluruh kawasan.

"Republik Islam Iran tidak pernah memulai ketegangan dengan negara-negara lain. Insiden dan ketegangan yang tidak menyenangkan di kawasan saat ini berakar pada penarikan Amerika Serikat secara sepihak dari perjanjian nuklir JCPOA (Rencana Aksi Komprehensif Bersama)," jelasnya.

Presiden Republik Islam Iran juga menyinggung pembajakan kapal tanker minyak negaranya di Gibraltar oleh Angkatan Laut Kerajaan Inggris.

Dia mengatakan bahwa penyitaan tanker Iran di Gibraltar adalah ilegal dan pasti akan merugikan Inggris sendiri.

"Republik Islam Iran akan terus berdiri melawan segala bentuk pelanggaran peraturan yang membahayakan keamanan navigasi di Teluk Persia, Selat Hormuz dan Laut Oman," pungkasnya.

Sementara itu, Menlu Oman menyampaikan salam Sultan Qaboos ke Presiden Iran dan mengatakan, hubungan antara Muscat dan Tehran telah berkembang di berbagai bidang, terutama perdagangan dan investasi.

"Kedua negara menyambut peningkatan hubungan dan kerja sama di berbagai bidang," tuturnya.

Yusuf bin Alawi menuturkan, hari ini, kawasan sedang mengalami krisis, dan pembentukan keamanan berkelanjutan di kawasan pasti tidak akan mungkin terwujud tanpa keterlibatan Iran.

"Terlepas dari semua tantangan yang mereka hadapi, Iran dan Oman harus melakukan yang terbaik untuk membangun stabilitas dan keamanan berkelanjutan di kawasan," pungkasnya. (RA)