Des 30, 2019 16:30 Asia/Jakarta

Manuver militer gabungan Angkatan Laut (AL) Republik Islam Iran, Rusia dan Cina, CHIRU 2019, telah berakhir pada Minggu, 29 Desember 2019.

Menurut Humas Angkatan Bersenjata Iran, pada akhir latihan, helikopter dan tugboat milik AL Iran, Rusia, dan Cina bermanuver di depan kapal penghancur Sahand.

Panglima AL Iran Laksamana Hossein Khanzadi, Wakil Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran Brigadir Jenderal Mehdi Rabbani dan para komandan dan pejabat angkatan bersenjata dan militer lainnya hadir dalam upacara penutupan.

Manuver gabungan AL Iran, Rusia dan Cina dimulai pada 27 Desember 2019 dengan melibatkan unit-unit kapal perang ketiga negara tersebut di Pelabuhan Chabahar dan Samudera Hindia utara.

Iran, Rusia dan Cina telah memulai manuver maritim bersama pada Jumat pagi, 27 Desember 2019 di Samudera Hindia utara dan perairan terbuka yang meliputi area seluas 17.000 kilometer persegi.

Latihan militer gabungan AL tersebut bersandi "Marine Security Belt" dan akan berlangsung selama empat hari.

Manuver AL gabungan Iran, Rusia dan Cina merupakan inisiatif pertama sejak kemengan Revolusi Islam 1979 di Iran yang menggulingkan rezim Shah Pahlevi, boneka Amerika Serikat.

Manuver bersama Iran, Cina dan Rusia dilakukan di tengah upaya AS untuk mengajak negara-negara dunia masuk ke dalam koalisi maritim untuk berpatroli di Teluk Persia. Upaya ini kurang mendapat tanggapan dari sekutu Washington.

Iran telah menyatakan kesiapan untuk bekerja dengan negara-negara tetangganya untuk mengamankan Teluk Persia dengan menawarkan inisiatif regional HOPE (Hormuz Peace Endeavour).

Juru bicara Manuver Militer Gabungan Republik Islam Iran, Rusia dan Cina, Laksamana Gholamreza Tahani mengatakan, memperkuat dan meningkatkan keamanan perdagangan maritim dan memerangi pembajakan adalah tujuan utama latihan ini.

Dia menambahkan, unit-unit tempur permukaan, bawah permukaan, dan udara dari Angkatan Laut (AL) Iran, Rusia, dan Cina berpartisipasi dalam latihan militer tersebut.

"Ini adalah manuver AL gabungan trilateral pertama yang pernah dilakukan di wilayah laut yang sangat luas antara tiga kekuatan AL Republik Islam Iran, Rusia, dan Cina," kata Tahani dalam wawancara dengan Iranpress, Jumat (27/11/2019).

Dia menambahkan, di antara tujuan penting dari manuver militer ini adalah memperkuat dan meningkatkan keamanan perdagangan maritim di wilayah Samudra Hindia utara, memerangi pembajakan di kawasan itu, bertukar pengalaman di bidang penyelamatan maritim dan pengalaman taktis serta operasional dari personel yang lebih senior ke personel junior.

"Unit-unit veteran berpartisipasi dalam latihan ini. Unit-unit yang mampu melawan semua dimensi permukaan, bawah permukaan, dan udara juga berpartisipasi dalam  menuver ini," jelasnya.

Menurut Tahani, berbagai latihan, termasuk latihan taktis maritim siang dan malam, akan dilakukan dengan mengerahkan semua kemampuan unit yang berpartisipasi dalam latihan ini.

"Latihan ini akan dilakukan di wilayah Samudra Hindia utara dan di perairan terbuka, meliputi area seluas 17.000 kilometer persegi," pungkasnya.

Panglima Angkatan Laut Militer Republik Islam Iran Laksamana Hossein Khanzadi dalam jumpa pers di sela-sela latihan militer gabungan AL Iran, Rusia dan Cina di Samudera Hindia utara pada hari Minggu mengatakan, periode cengkeraman Amerika Serikat di kawasan dan pamer kekuatan Angkatan Laut (AL) negara itu di wilayah Teluk Persia dan kawasan telah berakhir.

"Amerika telah berusaha keras untuk mengisolasi Republik Islam Iran. Tetapi upaya mereka belum berhasil. Latihan bersama AL Iran, Rusia, dan Cina menggambarkan hal ini dengan sangat baik. Kami tentu tidak terisolasi, dan jika ada, kami bekerja sama dan bekerja lebih erat dengan sekutu kami daripada sebelumnya," kata Khanzadi.

Dia menambahkan, kerja sama pertahanan dan keamanan laut dengan latihan baru-baru ini mencerminkan perkembangan hubungan dan kerja sama antara ketiga negara di tingkat tertinggi, di mana ini menekankan bahwa upaya AS untuk membuat kawasan itu tidak aman semakin memudar.

"Kami mengundang semua negara di kawasan ini untuk bergabung dengan kerja sama regional semacam ini untuk waktu berikutnya guna memastikan keamanan terbaik di kawasan," ujarnya.

Khanzadi menjelaskan, hari ini, mereka yang tidak mengharapkan koalisi regional yang dipimpin Iran dan menginginkan isolasi terhadap negara ini serta menjatuhkan sanksi kejam terhadap Republik Islam, sedang melihat bahwa semua sanksi yang mereka kenakan tidak hanya sia-sia, namun tindakan itu membawa konvergensi dan persatuan kekuatan regional, dan wilayah ini akan berdiri di atas kakinya sendiri.

Menurut Panglima AL Militer Iran, sejauh ini, AS telah melakukan segala upaya untuk memaksakan pengaturan keamanan yang tidak diinginkan di kawasan, seperti pembajakan di mana mereka terlibat secara tidak langsung. Dengan cara ini, mereka ingin menekan negara-negara di kawasan untuk membayar lebih demi keamanan ekonomi bebas.

"Musuh telah memberlakukan sanksi terhadap Iran selama 40 tahun terakhir, dan berusaha mengucilkan dan mengisolasi Republik Islam Iran. Namun sanksi ini gagal, dan justru membuat kekuatan-kekuatan regional bersatu," pungkasnya. (RA)

Tags