Ribuan Paket Sembako Dibagikan pada Malam Yalda (2)
Unit Basij Perempuan Sepah Bagiyatullah Shiraz, Republik Islam Iran telah menyiapkan seribu paket sembako menandai Shab-e Yalda dan Milad Sayidah Zainab al-Kubra untuk dibagikan kepada masyarakat yang memerlukan.
Paket-paket yang berisi beras, kacang-kacangan, minyak, bahan makanan dan buah kering itu dikemas pada hari Sabtu, 19 Desember 2020 dengan dihadiri oleh Komandan Sepah Fajr Fars dan Wilayah Baghiyatullah Shiraz.
Pada hari yang sama, para pemuda di kota Mobarakeh, Provinsi Isfahan, Republik Islam Iran juga menyiapkan 300 paket sembako dan buah-buahan untuk masyarakat yang memerlukan agar bisa merayakan Malam Yalda.
Paket ini senilai 900 juta rial itu kemudian dibagikan kepada orang-orang yang memerlukan pada Shab-e Yalda untuk meringankan beban mereka.
Kelahiran Sayidah Zainab al-Kubra, pembawa panji dan bendera gerakan pasca kesyahidan Imam Husein as diperingati sebagai Hari Perawat di Republik Islam Iran.
Tanggal 5 Jumadil Awal tahun 5 HQ, Sayidah Zainab, cucu Rasulullah Saw, putri Imam Ali as dan Sayidah Fathimah az-Zahra as, terlahir ke dunia. Tahun ini, tanggal 5 Jumadil Awal jatuh pada hari Minggu (20/12/2020).
Putri Imam Ali as ini terkenal dengan ketakwaan, ketinggian ilmu, kefasihan bahasa, dan keberaniannya dalam membela kebenaran.
Sayidah Zainab al-Kubra adalah teladan bagi semua perempuan dan laki-laki yang menuntut kebebasan dan menentang penindasan pada setiap masa.
Beliau bersama saudara laki-lakinya, Imam Husein as berjuang melawan penyimpangan dan kezaliman berkedok Islam yang menyebabkan tragedi besar Karbala.
Shab-e Yalda (Malam Yalda) di Republik Islam Iran tahun ini jatuh pada Minggu malam, 20 Desember 2020 atau 30 Azar 1399 Hs. Sebuah pasar di Tehran tampak ramai pembeli yang belanja keperluan untuk Malam Yalda.
Shab-e Yalda atau Shab-e Chelleh adalah festival Iran yang dirayakan pada apa yang disebut sebagai "malam terpanjang dan tergelap tahun ini." Yalda adalah perayaan musim dingin, yaitu, pada malam dari titik balik matahari musim dingin di Belahan Bumi Utara.
Shab-e Yalda diperingati di malam 1 Dey dalam penanggalan Persia. Menjelang Shab-e Yalda, masyarakat berbelanja beragam jenis buah dan kacang-kacangan untuk keperluan peringatan tersebut. Pasar dan toko-toko buah dan kacang-kacangan di Iran dibanjiri pembeli. Perayaan ini sangat menguntungkan para pedagang di pasar.
Yalda adalah istilah Syriac (salah satu rumpun Bahasa Aramic) yang berarti lahir. Menurut keyakinan orang-orang Iran kuno, matahari di malam itu lahir kembali, karena besok malam Yalda akan melihat matahari yang lebih panjang lagi.
Malam Yalda memiliki kedudukan istimewa dalam budaya dan tradisi orang-orang Iran. Perayaan Shab-e Yalda adalah momen besar Persia kuno yang masih ada hingga sekarang.
Abadinya perayaan tersebut menunjukkan ikatan yang tak terpisahkan antara masyarakat Iran sekarang dengan budaya dan tradisi nenek moyang mereka. Konon sekitar 7.000 tahun silam, nenek moyang bangsa Iran telah menemukan penanggalan matahari hingga akhirnya mengetahui bahwa malam pertama musim dingin adalah malam terpanjang dalam setahun.
Masyarakat di masa lalu yang menyaksikan pergerakan matahari, bulan, bintang, perubahan musim, pendek dan panjangnya hari dan malam berusaha menyesuaikan aktivitas sehari-hari mereka dengan kondisi tersebut.
Mereka banyak memanfaatkan fenomena itu dalam menjalani kehidupan mereka. Oleh karena itu, masyarakat Iran memuji fenomena alam dan mensyukurinya serta menganggapnya sebagai ungkapan dari keberadaan Tuhan.
Matahari dengan sinarnya telah memberikan kehidupan kepada bumi dan semua yang ada di dalamnya. Masyarakat yang berpikir akan memahami bahwa sumber cahaya materi terbesar adalah matahari. Dari pemahaman tersebut sedikit banyak mereka akan mengenal kehidupan dan mengenal sumber cahaya spiritual terbesar yaitu Tuhan. Setelah Tuhan "berada" di hati mereka, mereka akan berusaha mempertahankan sifat-sifat-Nya yang merupakan sumber perdamaian, persahabatan, cinta dan persaudaraan,dalam diri mereka.
Sejarah festival malam Yalda sangat panjang dan kembali pada era Persia kuno. Sejarah perayaan ini kembali pada sejarah peringatan ulang tahun matahari di hari pertama musim dingin atau yang dikenal dengan ritual Khorram Rooz. Festival musim dingin sangat penting bagi warga yang kehidupannya bertumpu pada pertanian dan peternakan. Festival ini tercatat sebagai perayaan bagi seluruh lapisan masyarakat.
Rahasia keabadian festival malam Yalda hingga mampu bertahan sampai saat ini bergantung pada sejumlah faktor. Faktor terpenting adalah karakterisik Yalda yang berhubungan erat dengan alam dan mulainya musim baru yang terulang setiap tahun. Ketergantungan festival alam ini dengan pola hidup dan pekerjaan masyarakat petani dan pedesaan Iran, dan eksinya identitas budaya kuno Iran di perayaan malam Yalda.
Selain itu, awal musim dingin dianggap sebagai berakhirnya aktivitas para petani dan panen serta awal dari masa-masa istirahat mereka. Perayaan Yalda juga menjadi pengingat masa lalu orang-orang Iran. Masyarakat di desa yang pergi ke kota di Malam Yalda telah menambah semaraknya perayaan itu di masyarakat kota sehingga acara tersebut semakin hidup dalam tradisi Iran.
Yalda berasal dari bahasa Suryani yang berarti kelahiran. Dengan demikian menurut keyakinan warga Iran kuno, matahari terlahir di akhir malam musim gugur, yakni akhir bulan Azar dalam kalender mereka. Abu Rayhan al-Biruni, ulama Iran abad ke-10 dan 11 Masehi menyebut festival Yalda sebagai Milad Akbar dan maksudnya adalah kelahiran matahari. Waktu Milad Akbar ini diisyaratkan oleh Biruni dapat disaksikan di buku al-Tanbih wal al-Ashraf tulisan Masudi.
Masudi, sejarawan Muslim yang hidup di abad ke 10 Masehi, membagi tahun menjadi empat musim di kitabnya tersebut. Terkait musim ketiga, yakni musim gugur, Masudi menyebut malam terakhir musim gugur sebagai malam sebelum perubahan musim dingin atau awal bulan Dey (kalender Iran). Biruni menyebut mulai hari pertama bulan Dey sebagai xwar (خور) dan di sebagian sumber disebut Khorram Rooz. (RA)