Jan 28, 2023 18:35 Asia/Jakarta
  • Menara pengawas Hizbullah
    Menara pengawas Hizbullah

Dinamika di negara-negara Asia Barat pekan lalu diwarnai sejumlah isu penting di antaranya; Menara Pengawas Hizbullah Dibangun di Perbatasan Israel.

Selain itu, ada isu lainnya seperti; Menteri Rezim Zionis Diam-Diam Kunjungi Uni Emirat Arab, Hizbullah: Al Quran Dilecehkan, Kita Sama Sekali Tak Boleh Diam, Jihad Islam Siap Masuki Perang Besar dengan Rezim Zionis, Pasukan Rezim Zionis Akhirnya Mundur dari Kamp Jenin, Al-Mashat: Amerika dan Inggris di Balik Perang Ekonomi terhadap Yaman, Irak Gagalkan Serangan Teroris di Pengadilan Nineveh, Pejabat Lebanon: Kehancuran Ukraina Tak Penting bagi AS, Presiden Zionis: Kami Berada di Ambang Perang Saudara

Menara Pengawas Hizbullah Dibangun di Perbatasan Israel

Media Rezim Zionis mengabarkan, Hizbullah membangun sebuah menara pengawas tinggi di dekat garis perbatasan Lebanon dengan Wilayah pendudukan.

Surat kabar Yedioth Ahronoth, Selasa (24/1/2023) melaporkan, Hizbullah membangun sebuah menara pengawas dengan ketinggian 17 meter di dekat perbatasan Israel.

Image Caption

Sebelum menara pengawas Hizbullah dibangun, Rezim Zionis telah memulai pembangunan tembok pertahanan setinggi sembilan meter untuk menghalangi pengawasan penjaga perbatasan Lebanon.

"Sejak setahun lalu pasukan Israel sudah memulai pembangunan tembok beton sepanjang 140 kilometer di sebuah wilayah di antara Rosh Hanikra dan Jabal er Rous. Langkah ini melanggar Resolusi 1701 Dewan Keamanan PBB terkait pembangunan di dekat garis perbatasan Lebanon," tulis Ynet.

Pemukim Rezim Zionis yang berada di dekat perbatasan Lebanon, kepada Kanal 12 televisi Israel mengatakan, suara aktivitas Hizbullah terdengar saat membangun menara pengawas tersebut.

Sampai saat ini pejabat Hizbullah, dan Lebanon belum memberikan komentar resmi terkait pembangunan menara pengawas di dekat perbatasan Wilayah pendudukan itu.

Menteri Rezim Zionis Diam-Diam Kunjungi Uni Emirat Arab

Menteri Urusan Strategis Rezim Zionis melakukan kunjungan secara diam-diam ke Uni Emirat Arab (UEA) untuk menemui pejabat tinggi negara Arab itu.

Pada 15 September 2020, Menteri Luar Negeri UEA menandatangani perjanjian untuk menormalkan hubungan dengan rezim Zionis di hadapan mantan Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih, yang bertentangan dengan cita-cita bangsa Palestina.

Media rezim Zionis mengutip sumber-sumber internal Senin (23/1/2023) malam melaporkan, Menteri Urusan Strategis Israel Ron Dermer telah melakukan perjalanan ke Abu Dhabi dan bertemu dengan pejabat tinggi Uni Emirat Arab.

Dalam kunjungan ini, Menteri Urusan Strategis Israel didampingi penasihat keamanan nasional dan sejumlah pejabat lainnya.

Salah satu tujuan dari perjalanan Dermer ke Abu Dhabi untuk mempersiapkan kunjungan Perdana Menteri Rezim Zionis Benjamin Netanyahu ke UEA.

Netanyahu berencana untuk melakukan perjalanan ke Uni Emirat Arab dua pekan lalu, yang ditunda setelah terjadi kegaduhan yang dibuat oleh Menteri Keamanan Dalam Rezim Zionis, Itamar Ben Gvir yang menyerbu Masjid Al-Aqsa baru-baru ini.

Aksi ben Gvir memicu kecaman luas di tingkat internasional, terutama dari negara-negara Muslim.

Hizbullah: Al Quran Dilecehkan, Kita Sama Sekali Tak Boleh Diam

Gerakan Hizbullah Lebanon, terkait pelecehan terhadap kitab suci Al Quran terbaru di Swedia, menegaskan bahwa di hadapan aksi buruk semacam ini, kita sama sekali tidak boleh diam.

Dikutip situs Al Ahed, Minggu (22/1/2023) Hizbullah mengumumkan, "Hizbullah mengecam keras pembakaran Al Quran di Swedia, dan mengutuk aksi kejahatan keji terhadap agama Islam serta simbol-simbol Islam."

"Aksi ini dilakukan dalam kerangka pelecehan berantai memalukan terhadap Rasulullah Saw dan Keluarganya, ulama Islam, simbol-simbol, dan kesucian Islam. Aksi ini adalah penghinaan terbesar terhadap umat Islam di seluruh dunia, dari timur hingga barat, dan kita sama sekali tidak boleh diam," paparnya.

Hizbullah menambahkan, "Kami menganggap tanggung jawab aksi buruk ini sepenuhnya ada di pundak pemerintah Swedia, dan kami mendesak mereka segera bertindak untuk menghukum pelaku serta mencegah terulangnya peristiwa serupa."

"Kami meminta seluruh pemerintah negara Muslim, ulama, institusi dan lembaga Islam untuk mengecam penghinaan besar ini, dan berupaya untuk membangun opini publik dunia dengan maksud mencegah terulangnya sabotase berbahaya semacam ini," tegasnya.

Rasmus Paludan, pemimpin partai sayap kanan Denmark, Hard Line, yang memiliki kewarganegaraan Swedia membakar salinan Al Qur'an di dekat kedutaan Turki di Stockholm pada hari Sabtu.

Jihad Islam Siap Masuki Perang Besar dengan Rezim Zionis

Salah satu pemimpin Jihad Islam menyatakan kesiapannya untuk memasuki perang besar-besaran dengan rezim Zionis, jika semua pihak tidak memenuhi tanggung jawab mereka untuk menghentikan kejahatan Israel.

Image Caption

Sejak peresmian kabinet baru Benyamin Netanyahu, Masjid Al-Aqsa mengalami peningkatan serangan tentara dan pemukim Zionis di tempat suci ini.

Dengan mengintensifkan serangan mereka terhadap Masjid Al-Aqsa, Israel berusaha memberikan dasar pembagian ruang dan waktu masjid bersejarah ini.

Menurut situs berita Ahed pada hari Selasa (23/1/2023), Tariq Salmi, Juru Bicara Jihad Islam Palestina menekankan bahwa insiden Masjid Al-Aqsa adalah agresi yang jelas dan meluas terhadap rakyat Palestina dan umat Islam.

Pejabat Jihad Islam Palestina ini menegaskan, "jika semua pihak tidak menunaikan tanggung jawabnya untuk menghentikan kejahatan rezim Zionis dan tentaranya, maka kami juga akan memasuki konflik yang menyeluruh dan tidak akan melepaskan tugas kami untuk membela Al-Quds dan al-Aqsa,".

"Bangsa Palestina dengan segenap dayanya akan mempertahankan tanah dan tempat-tempat suci mereka. Masalah ini ditunjukkan dalam Pertempuran Pedang Quds," papar Salmi.

Daoud Shahab, pemimpin Jihad Islam lainnya menekan, "Perang mempertahankan Al-Aqsa adalah perang kita semua dan jika konflik dimulai, tidak akan terbatas pada satu wilayah saja, Musuh harus memahami ini dengan baik,".

Itamar Ben Gvir, Menteri Keamanan Dalam Negeri rezim Zionis, menyerang Masjid Al-Aqsa bulan lalu, yang mendapat gelombang kecaman luas di Palestina dan dunia Islam, dan negara-negara di dunia juga menuntut diakhirinya tindakan provokatif yang dilakukan oleh Zionis.

Pasukan Rezim Zionis Akhirnya Mundur dari Kamp Jenin

Pasukan Rezim Zionis akhirnya mundur dari kamp Jenin, setelah melakukan serangan brutal, dan menewaskan sembilan warga Palestina.

Dikutip kantor berita Shehab News, Kamis (26/1/2023), pasukan Rezim Zionis siang ini akhirnya ditarik total dari kamp Jenin, setelah melancarkan serangan brutal ke kamp tersebut dengan dukungan dinas intelijen internal Israel, Shin Bet.

Image Caption

Media-media Israel termasuk Kanal 13 mengabarkan tewasnya seorang perwira militer dari pasukan elit Rezim Zionis, Yamam bernama Avi Cohen, dalam kontak senjata dengan pejuang Palestina di kamp Jenin.

Sementara itu warga Palestina di Gaza, Ramallah, dan Nablus menggelar unjuk rasa mengecam serangan pasukan Rezim Zionis ke kamp Jenin. Di Nablus dan Bethlehem warga Palestina melakukan mogok untuk mengenang para syuhada.

Ratusan penduduk Palestina yang tinggal di kamp Jenin, Tepi Barat, mengantar jenazah para syuhada yang gugur akibat serbuan pasukan Israel hari ini.

Al-Mashat: Amerika dan Inggris di Balik Perang Ekonomi terhadap Yaman

Kepala Dewan Tinggi Politik Yaman mengatakan bahwa Amerika Serikat dan Inggris berada di balik perang ekonomi terhadap rakyat Yaman.

Mahdi Al-Mashat, Kepala Dewan Tinggi Politik Yaman hari Selasa (24/1/2023) mengatakan bahwa tindakan kriminal Inggris dan Amerika terhadap perekonomian Yaman semakin intensif demi mewujudkan tujuan ilegal mereka di negara ini.

"Peningkatan tekanan sanksi dalam harga dolar bea cukai dan kenaikan harga produk turunan minyak menyebabkan kenaikan harga barang dan inflasi, terutama di wilayah selatan Yaman," ujar Al Mashat.

Sebelumnya, James Kariuki, Deputi Wakil Tetap Inggris untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengklaim bahwa larangan Ansarullah atas ekspor minyak memicu krisis ekonomi yang serius bagi pemerintah Yaman.

Sementara itu, pejabat Pemerintah Penyelamatan Nasional Yaman selalu menekankan perlunya memenuhi tuntutan rakyat Yaman, termasuk gaji pegawai pemerintah dari pendapatan minyak negara sebagai prasyarat untuk memperbaharui gencatan senjata.

Hingga saat ini, koalisi agresor yang menduduki beberapa wilayah dan provinsi selatan Yaman, menjarah minyak Yaman dan mengekspornya, dan memberikan sebagian pendapatan minyaknya kepada pemerintah bonekanya di Yaman. Tetapi militer Yaman yang berafiliasi dengan Pemerintah Penyelamatan Nasional Yaman berupaya menghentikan pencurian minyak Yaman ini dan mengumumkan tidak akan mengizinkan ekspor sampai tuntutan rakyat Yaman, termasuk gaji pegawai pemerintah Yaman dibayarkan.

Irak Gagalkan Serangan Teroris di Pengadilan Nineveh

Kementerian Dalam Negeri Irak mengumumkan keberhasilan pasukan keamanan negaranya menggagalkan serangan teroris di pengadilan provinsi Nineveh dan menangkap pelakunya.

Kementerian Dalam Negeri Irak hari Rabu (25/1/2023) menyatakan telah menangkap tiga pelaku bom bunuh diri sebelum mereka melancarkan aksinya di Pengadilan Banding Nineveh.

Menteri Dalam Negeri Irak Abdul Amir Al-Shamari mengatakan bahwa pasukan intelijen Irak berhasil mengamati inti teroris dan rencana mereka untuk menargetkan Pengadilan Banding Nineveh sebelum mereka menjalankan aksinya.

Tiga pelaku bom bunuh diri, bersama dengan senjata dan peralatan mereka, ditangkap sebelum memasuki pengadilan, dan rencana aksi terorisnya digagalkan.

Pejabat Lebanon: Kehancuran Ukraina Tak Penting bagi AS

Mantan Menteri Luar Negeri Lebanon mengatakan, bagi Amerika Serikat sama sekali tidak penting jika warga sipil Ukraina atau warga negara lain dikorbankan.

Adnan Mansoor, Kamis (26/1/2023) dalam wawancara dengan surat kabar Jamejam menuturkan, "Saya bahkan bisa katakan bahwa AS sama sekali tidak menganggap penting kekhawatiran ekonomi negara-negara Eropa, akibat perang Ukraina."

Adnan Mansoor

Ia menambahkan, "Ukraina bukan semata-mata korban agresi Rusia, karena sebelum perang, AS tidak puas dengan kebijakan provokasi terhadap Rusia, karena pada 1999, AS dan sekutunya di Eropa berusaha mencapai perbatasan Rusia, dan mengerahkan kekuatan NATO, maka dari itu perang Ukraina adalah respon dari kasus-kasus semacam ini."

Ditanya mengapa Ukraina bersedia menjadi alat Barat untuk melawan Rusia, Adnan Mansoor menjelaskan, "Saya akan berbicara tentang politisi-politisi ceroboh semacam Volodymyr Zelensky, orang yang lebih mengutamakan terwujudnya hegemoni Barat di dunia, daripada kepentingan negaranya sendiri."

Menurutnya saat ini AS dan Uni Eropa dalam bentuk tertentu sedang bermain judi yang dirancang oleh para ekonom dan beberapa penasihat keamanan. Bagi AS damai, dan perang di Ukraina bukan berlandaskan keingingan atau kepentingan Eropa dan Ukraina tapi atas dasar kepentingan dan kehendaknya sendiri.

Presiden Zionis: Kami Berada di Ambang Perang Saudara

Presiden Rezim Zionis memperingatkan pecahnya perang saudara di antara pemukim Zionis di Wilayah pendudukan. Menurutnya, perang saudara ini mungkin saja akan menelan dan membinasakan Israel.

Isaac Herzog, Selasa (24/1/2023) mengatakan, "Israel di ambang sebuah perang saudara karena konflik politik, dan perpecahan di berbagai bagian masyarakat, yang mungkin saja berujung dengan ledakan situasi di wilayah ini."

Pemimpin Rezim Zionis mendesak seluruh lapisan masyarakat, dan partai-partai politik untuk bekerja keras mencapai kesepakatan dan mengakhiri konflik ini.

Isaac Herzog mengaku khawatir dengan nasib, dan masa depan Rezim Zionis, menurutnya seluruh pejabat Israel, harus bersatu.

"Ketika kita mengadapi konflik tanpa rasa takut, maka kita harus tahu bagaimana mengendalikan konflik-konflik yang ada di antara para pejabat pemerintah," ujarnya.

Sebelum Benjamin Netanyahu memenangkan pemilu Rezim Zionis baru-baru ini, berbagai kalangan sudah memprediksikan naiknya Netanyahu akan meningkatkan konflik internal Israel, dan itu akan terus memburuk.

Menlu Saudi: Kami Coba Jalin Dialog dengan Iran

Menteri Luar Negeri Arab Saudi menyatakan bahwa Riyadh sedang mencoba mencari cara untuk berbicara dengan Iran, karena dialog adalah cara terbaik untuk mengurangi perbedaan.

Menteri Luar Negeri Saudi Faisal Bin Farhan dalam statemennya di sela-sela Forum Davos 2023 yang mengusung tema "Masa Depan Cerah Di Tengah Tantangan Geopolitik" hari Selasa (17/1/2023) mengatakan, "Kami mencoba menemukan cara untuk berbicara dengan semua pihak dan fokus pada pengembangan hubungan untuk mengurangi perbedaan yang ada selama ini,".

Mengenai krisis energi di dunia, Menlu Saudi juga mengatakan bahwa ketahanan energi sangat penting bagi dunia yang menjadi tantangan di masa depan.

Hari ini, Menteri Luar Negeri Saudi juga bertemu dengan mitranya dari Irak Fouad Hussein di sela-sela Forum Davos di Swiss untuk membahas kawasan Asia Barat.

Fouad Hossein, Menteri Luar Negeri Irak saat berpartisipasi dalam KTT Keamanan Manama menyinggung perkembangan terkait peran Baghdad dalam mediasi antara Iran dan Arab Saudi, dengan mengatakan bahwa upaya Irak untuk memimpin dialog antara Iran dan Arab Saudi terus berlanjut dan kedua negara bersedia melanjutkan dialog.

Ahmed Al-Sahaf, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Irak juga mengumumkan bahwa negosiasi antara Republik Islam Iran dan Arab Saudi berlanjut dengan mediasi Baghdad dan telah memasuki jalur diplomatik.

Irak sejauh ini telah menjadi tuan rumah lima putaran negosiasi antara Iran dan Arab Saudi.

 

Tags