Dinamika Asia Tenggara, 15 Oktober 2023
Dinamika di negara-negara Asia Tenggara pekan lalu diwarnai sejumlah isu penting, di antaranya; Menlu: Cegah bencana kemanusiaan di Palestina prioritas mendesak.
Selain itu, masih ada isu-isu lainnya seperti;
- Malaysia Umumkan Solidaritas untuk Rakyat Palestina
- PM Thailand Kunjungi Malaysia
- Serangan udara Myanmar tewaskan 29 orang di kamp pengungsi Kachin
Menlu: Cegah bencana kemanusiaan di Palestina prioritas mendesak
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengatakan pengakhiran siklus kekerasan, pelindungan warga sipil, dan pencegahan bencana kemanusiaan yang lebih parah di Palestina adalah prioritas yang mendesak.
Hal ini disampaikan Menlu Marsudi dalam pembicaraan melalui sambungan telepon dengan Menteri Luar Negeri Arab Saudi Faisal bin Farhan Al Saud, Menlu Uni Emirat Arab Abdullah Bin Zayed Al Nahyan, Menlu Mesir Sameh Shoukry dan Menlu Palestina Riyad Al-Maliki.
"Saya berbicara dengan Menlu Arab Saudi, UEA, Mesir dan Palestina mengenai situasi yang mengkhawatirkan di Gaza," cuit Marsudi pada platform X, Sabtu.
Selain itu, Marsudi juga membahas masalah Palestina dalam pertemuan bilateral di Jakarta dengan Menlu Brazil Mauro Vieira yang juga menjabat sebagai Presiden Dewan Keamanan PBB pada Oktober.
Konflik Palestina-Israel berlangsung sejak Sabtu lalu ketika Hamas mulai melakukan Operasi Badai Al Aqsa, yakni serangan mendadak dari segala penjuru termasuk serentetan peluncuran roket dan penyusupan ke Israel lewat jalur darat, laut dan udara.
Hamas mengungkapkan bahwa operasi tersebut sebagai balasan atas penyerbuan terhadap Masjid Al Aqsa di wilayah Yerusalem Timur yang diduduki dan peningkatan kekerasan oleh pemukim Israel terhadap warga Palestina.
Militer Israel kemudian melancarkan Operasi Pedang Besi untuk menargetkan Hamas di Jalur Gaza.
Aksi balasan Israel kemudian meluas hingga memutus pasokan air dan listrik ke Jalur Gaza sehingga memperparah kondisi kehidupan di wilayah yang terkepung sejak 2007 tersebut.
Malaysia Umumkan Solidaritas untuk Rakyat Palestina
Perdana Menteri Malaysia, mengatakan bahwa negaranya tetap bersolidaritas terhadap perjuangan rakyat Palestina.
Anwar Ibrahim, Minggu (8/10/2023) seperti dikutip situs The Star, mengkritik masyarakat internasional atas sikap tidak adil mereka terkait kekejaman dan penindasan terhadap rakyat Palestina.
"Ketidakadilan ini menyebabkan ratusan nyawa orang tak bersalah menjadi korban," kata PM Malaysia, di akun X miliknya.
Sebelumnya pemerintah Malaysia, mendesak supaya akar penyebab kekerasan yang terjadi di Jalur Gaza, ditemukan.
Kementerian Luar Negeri Malaysia mengatakan, "Rakyat Palestina telah menjadi target pendudukan ilegal berkepanjangan, sasaran blokade dan objek penderitaan, penistaan Masjid Al Aqsa, serta kebijakan perampasan oleh Israel, sebagai penjajah."
Ditambahkannya, "Pada situasi kritis seperti sekarang ini, korban jiwa, penderitaan masyarakat dan kehancuran lebih besar harus dihentikan, dan semua pihak harus menahan diri, serta melakukan deeskalasi konflik."
Pemerintah Malaysia mengaku prihatin dengan kekerasan terbaru di Timur Tengah, dan mendesak Dewan Keamanan PBB, untuk bertanggung jawab menjalankan amanat memelihara perdamaian, dan keamanan internasional.
Menurut pemerintah Malaysia, rakyat Palestina, berhak secara hukum internasional untuk hidup damai di wilayah perbatasan sebelum tahun 1967 dengan Al Quds sebagai ibu kotanya.
PM Thailand Kunjungi Malaysia
Perdana Menteri Thailand Srettha Thavisin melakukan kunjungan kerja dua hari ke Malaysia bertemu dengan Raja Malaysia Yang di-Pertuan Agong Al-Sultan Abdullah dan Perdana Menteri Malaysia untuk meninjau hubungan bilateral dua negara dan mengeksplorasi kerja sama baru.
Dalam keterangan tertulis Kementerian Luar Negeri Malaysia yang diterima di Kuala Lumpur, Kamis, pertemuan bilateral antara Perdana Menteri (PM) Srettha dan PM Anwar Ibrahim itu akan mengeksplor area baru kerja sama seperti keamanan siber, ekonomi hijau dan digital.
Anwar Ibrahim dan Srettha Thavisin menyepakati pembentukan satuan tugas yang akan fokus menguatkan kerja sama bilateral di sektor agrikultur, pariwisata, keamanan, dan juga perdagangan dan bisnis, termasuk juga sektor produk halal.
Anwar menyebut satuan tugas (satgas) itu harus menyelesaikan tugas awalnya dalam satu bulan, menyerahkan laporan kepadanya dan PM Thailand sebelum kedua pemimpin pemerintahan itu kembali bertemu.
Ia juga mengatakan keduanya akan sering bertemu dalam sejumlah kesempatan multilateral ke depan, beberapa di antaranya ASEAN-Gulf Cooperation Council (GCC) Summit di Riyadh pekan depan, serta pertengahan Desember 2023 di Jepang untuk menghadiri ASEAN-Japan Summit.
Sementara itu, Srettha mengatakan hubungan kedua negara sudah sangat dekat dan satgas tersebut cara terbaik untuk kedua negara melangkah maju.
Dalam diskusi, ia menyebutkan salah satu isu yang juga dibahas yakni keamanan nasional yang menjadi kekhawatiran di utara Malaysia dan selatan Thailand. Mereka sepakat mengubah perbatasan dua negara menjadi zona perdagangan, mencoba memberikan kesejahteraan di wilayah tersebut dengan meningkatkan volume perdagangan.
Keduanya juga sepakat meningkatkan volume perdagangan dengan menetapkan target baru bagi dua negara, termasuk kerja sama memperluas pasar produk halal ke dunia, meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan dari dua negara. Mereka juga membahas tentang rencana produsen mobil Proton-Geely mendirikan pabrik kendaraan listrik di Thailand.
Kementerian Luar Negeri Malaysia menyebut kunjungan kerja PM Srettha pada 11-12 Oktober itu akan semakin menguatkan hubungan baik dua negara yang sudah terbangun yang merupakan tetangga dan rekan dekat di ASEAN.
Pada 2022, Thailand menjadi rekan dagang ke-7 terbesar Malaysia di dunia, dan ke-3 terbesar di antara anggota ASEAN, dengan total nilai perdagangan mencapai 122,03 miliar ringgit Malaysia (27,75 miliar dolar AS) atau sekitar Rp405,85 triliun, meningkat 17,9 persen dibanding 2021 yang mencapai angka RM97,55 miliar (23,54 miliar dolar AS) Batau sekitar Rp331,09 triliun.
Serangan udara Myanmar tewaskan 29 orang di kamp pengungsi Kachin
Serangan udara oleh militer Myanmar ke kamp pengungsian di Negara Bagian Kachin paling utara pada Senin malam menewaskan 29 orang dan melukai lebih dari 50. menurut media setempat yang mengutip juru bicara milisi etnis minoritas di negara bagian tersebut.
Sekitar 10 dari korban tewas di kamp pengungsi adalah anak-anak, kata juru bicara Tentara Kemerdekaan Kachin (KIA) yang menguasai area di mana kamp berlokasi, menurut laporan Radio Free Asia Burma pada Selasa.
Menurut laporan yang mengutip juru bicara itu, sebuah drone atau pesawat udara milik militer Myanmar menjatuhkan bom di kamp pengungsi, yang terletak sekitar 3 kilometer dari kantor pusat KIA.
Namun juru bicara militer Myanmar Zaw Min pada Selasa menyangkal menjatuhkan bom, dan mengatakan ledakan sepertinya disebabkan oleh KIA.
Pertarungan antara militer penguasa dengan militan etnis minoritas serta pasukan pro-demokrasi sejak kudeta 2021 telah membuat 1,6 juta orang meninggalkan rumah-rumah mereka, membuat mereka menjadi pengungsi internal, menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan.
Serangan pada Senin malam tersebut adalah yang paling mematikan yang terjadi di wilayah yang dikendalikan KIA sejak junta mengebom sebuah acara komunitas pada Oktober tahun lalu yang menewaskan lebih dari 60 orang, menurut media Myanmar Now.
Pada April, militer mengadakan serangan udara di wilayah Sagaing, Myanmar tengah dan menewaskan 160 orang.